Home ยป IPS Kelas 7 ยป Kebenaran dalam Ilmu Sejarah: Objektif atau Subjektif?
Posted in

Kebenaran dalam Ilmu Sejarah: Objektif atau Subjektif?

Kebenaran dalam Ilmu Sejarah: Objektif atau Subjektif? (ft.istimewa)
Kebenaran dalam Ilmu Sejarah: Objektif atau Subjektif? (ft.istimewa)

Ilmu sejarah sering menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah kebenaran sejarah bersifat objektif atau subjektif? Sejarah mempelajari peristiwa masa lalu yang benar-benar terjadi, namun penyajiannya tidak lepas dari peran sejarawan sebagai penafsir. Oleh karena itu, kebenaran dalam ilmu sejarah menjadi kajian penting agar masyarakat memahami bagaimana sejarah disusun dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Memahami sifat kebenaran sejarah membantu kita bersikap kritis dan tidak mudah menerima informasi sejarah tanpa kajian yang mendalam.


Pengertian Kebenaran dalam Ilmu Sejarah

Kebenaran dalam ilmu sejarah adalah tingkat kesesuaian antara penulisan sejarah dengan fakta-fakta masa lalu yang dapat dibuktikan melalui sumber sejarah. Kebenaran sejarah diperoleh melalui penelitian, kritik sumber, dan penafsiran yang logis.

Kebenaran sejarah tidak bersifat mutlak, tetapi mendekati kebenaran berdasarkan bukti terbaik yang tersedia.


Kebenaran Objektif dalam Sejarah

Kebenaran objektif adalah kebenaran yang didasarkan pada fakta-fakta sejarah yang dapat diverifikasi dan diuji oleh siapa pun.

Ciri-ciri Kebenaran Objektif
  • Berdasarkan sumber sejarah yang sahih
  • Dapat diuji ulang oleh peneliti lain
  • Tidak bergantung pada pendapat pribadi
Contoh Nyata Kebenaran Objektif
  • Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi pada 17 Agustus 1945
  • Sumpah Pemuda dilaksanakan pada 28 Oktober 1928
  • Perang Diponegoro berlangsung tahun 1825โ€“1830

Fakta-fakta tersebut didukung oleh dokumen, arsip, dan bukti sejarah yang kuat.


Kebenaran Subjektif dalam Sejarah

Kebenaran subjektif muncul dalam proses interpretasi sejarah, yaitu ketika sejarawan menafsirkan makna, sebab, dan dampak suatu peristiwa.

Ciri-ciri Kebenaran Subjektif
  • Dipengaruhi sudut pandang sejarawan
  • Berkaitan dengan penafsiran dan analisis
  • Bisa berbeda antara satu sejarawan dan lainnya
Contoh Nyata Kebenaran Subjektif
  • Perbedaan penafsiran tentang penyebab utama Peristiwa G30S 1965
  • Beragam pandangan mengenai peran tokoh tertentu dalam sejarah nasional
  • Penafsiran latar belakang Perang Diponegoro

Meski subjektif, interpretasi tetap harus berlandaskan fakta dan metode ilmiah.


Hubungan Objektivitas dan Subjektivitas dalam Sejarah

Dalam praktiknya, kebenaran sejarah merupakan perpaduan antara objektivitas dan subjektivitas. Fakta sejarah bersifat objektif, sedangkan interpretasinya mengandung unsur subjektif.

Namun, subjektivitas dalam sejarah dibatasi oleh:

  • Metode ilmiah
  • Kritik sumber
  • Etika akademik

Dengan batasan ini, sejarah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Baca juga: Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Kerja Sama: Toleransi, Tanggung Jawab, dan Kejujuran


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.