Sebagai Pangkostrad, Soeharto memiliki sejumlah keunggulan yang membantunya dalam menghadapi G30S/PKI:
- Kontrol atas pasukan strategis – Kostrad memiliki kekuatan yang cukup besar untuk melakukan operasi militer cepat dan efektif.
- Akses terhadap jaringan komunikasi – Dengan menguasai RRI dan pusat telekomunikasi, Soeharto mampu mengendalikan narasi informasi yang beredar.
- Dukungan dari perwira militer lainnya – Banyak perwira tinggi yang segera bergabung dengan Soeharto dalam upaya menumpas G30S/PKI.
Dampak G30S/PKI terhadap Karier Politik Soeharto
Peran Soeharto dalam menangani G30S/PKI memperkuat citranya sebagai pemimpin yang tegas dan berani. Dalam beberapa bulan setelah peristiwa ini, ia berhasil mengambil langkah-langkah berikut:
- Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret 1966) – Pada 11 Maret 1966, Soeharto memperoleh wewenang dari Soekarno untuk mengambil tindakan guna mengendalikan keamanan negara.
- Pembubaran PKI – Dengan menggunakan Supersemar sebagai dasar hukum, Soeharto membubarkan PKI dan menangkap ribuan orang yang dianggap terlibat.
- Kudeta Terselubung terhadap Soekarno – Secara bertahap, Soeharto melemahkan kekuasaan Soekarno hingga akhirnya pada 1967, Soekarno secara resmi dicopot dari jabatan presiden.
Kesimpulan
Jabatan Soeharto pada Saat G30S/PKI sebagai Pangkostrad memainkan peran kunci dalam keberhasilannya menghadapi G30S/PKI. Dengan mengendalikan pasukan strategis, ia mampu mengambil alih situasi dengan cepat dan menumpas pemberontakan tersebut. Kesuksesannya dalam menangani krisis ini menjadi batu loncatan bagi karier politiknya, yang akhirnya mengantarkannya menjadi Presiden Indonesia pada 1968 dan memimpin selama lebih dari 30 tahun di bawah rezim Orde Baru.
Baca juga: Apakah Soeharto Terlibat dalam G30S?
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa jabatan Soeharto saat G30S/PKI terjadi?
Soeharto menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) pada saat G30S/PKI terjadi.
2. Mengapa jabatan Pangkostrad penting dalam penanganan G30S/PKI?
Sebagai Pangkostrad, Soeharto memiliki kendali atas pasukan cadangan yang dapat digerakkan dengan cepat, serta akses ke jaringan komunikasi strategis yang membantunya dalam mengambil alih situasi.
3. Apa yang dilakukan Soeharto pada 1 Oktober 1965?
Pada 1 Oktober 1965, Soeharto mengonsolidasikan pasukan di bawah komandonya, merebut kembali RRI dan pusat telekomunikasi, serta mulai melakukan operasi militer untuk menumpas G30S/PKI.
4. Bagaimana G30S/PKI mempengaruhi karier politik Soeharto?
Peran Soeharto dalam menumpas G30S/PKI meningkatkan citranya sebagai pemimpin yang kuat. Hal ini membuka jalan baginya untuk menerima Supersemar, membubarkan PKI, dan akhirnya menggantikan Soekarno sebagai Presiden Indonesia pada 1968.
5. Apakah ada teori lain tentang keterlibatan Soeharto dalam G30S/PKI?
Beberapa teori konspirasi menyebutkan bahwa Soeharto sudah mengetahui rencana G30S/PKI sebelumnya dan memanfaatkannya untuk mengambil alih kekuasaan. Namun, tidak ada bukti kuat yang dapat mengonfirmasi klaim ini secara resmi.