Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keberagaman budaya, suku, agama, dan bahasa. Keanekaragaman ini menjadikan Indonesia sebagai masyarakat multikultural, yaitu masyarakat yang terdiri atas berbagai kelompok sosial dengan nilai, norma, dan kebudayaan yang berbeda. Dalam konteks ini, interaksi sosial menjadi kunci utama agar keberagaman dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis. Bagaimana Interaksi Sosial dalam Masyarakat Multikultural di Indonesia?
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai pengertian interaksi sosial dalam masyarakat multikultural, bentuk-bentuknya, tantangan yang dihadapi, serta contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Interaksi Sosial dalam Masyarakat Multikultural
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok lainnya yang memengaruhi tindakan dan perilaku satu sama lain. Dalam masyarakat multikultural, interaksi sosial tidak hanya mencakup hubungan antarindividu dari latar belakang yang sama, tetapi juga melibatkan pertemuan nilai dan norma dari berbagai budaya yang berbeda.
Menurut sosiolog J. Gillin dan J. Gillin, interaksi sosial adalah “hubungan sosial yang dinamis antara orang-orang, baik antarindividu maupun antar kelompok.” Sementara itu, masyarakat multikultural didefinisikan sebagai “masyarakat yang memiliki keberagaman etnis, agama, budaya, dan bahasa yang hidup berdampingan dalam satu wilayah.”
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial dalam Masyarakat Multikultural
Interaksi sosial dalam masyarakat multikultural dapat dibedakan menjadi dua bentuk besar, yaitu asosiatif (membangun) dan disosiatif (memecah).
1. Interaksi Sosial Asosiatif
Bentuk ini mengarah pada kerja sama dan integrasi sosial yang memperkuat persatuan di tengah perbedaan.
Beberapa bentuknya meliputi:
- Kerja Sama (Cooperation)
Contohnya terlihat pada kegiatan gotong royong lintas agama di sebuah desa di Yogyakarta, di mana warga Muslim, Kristen, dan Hindu bersama-sama memperbaiki jalan desa tanpa memandang perbedaan keyakinan. - Akomodasi (Accommodation)
Akomodasi terjadi ketika kelompok masyarakat saling menyesuaikan diri untuk menghindari konflik. Misalnya, saat perayaan Natal dan Idul Fitri, masyarakat saling menghormati dengan menyesuaikan kegiatan agar tidak mengganggu ibadah satu sama lain. - Asimilasi (Assimilation)
Proses ini terjadi ketika dua budaya berbeda berbaur menjadi kebudayaan baru. Contohnya, budaya Peranakan Tionghoa di Semarang, yang memadukan unsur budaya Tionghoa dan Jawa. - Akulturasi (Acculturation)
Akulturasi terjadi ketika suatu kebudayaan menerima unsur budaya lain tanpa menghilangkan budaya aslinya. Contohnya, musik dangdut yang merupakan hasil perpaduan budaya Melayu, India, dan Arab.
2. Interaksi Sosial Disosiatif
Bentuk ini mengarah pada perpecahan, pertentangan, atau konflik yang dapat mengancam keharmonisan masyarakat.
- Persaingan (Competition)
Contoh nyata dapat ditemukan dalam kompetisi ekonomi antar pedagang dari etnis berbeda, seperti pedagang Jawa dan Tionghoa di pasar tradisional. Persaingan sehat mendorong inovasi, tetapi perlu dijaga agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial. - Kontravensi (Contravention)
Ini terjadi ketika muncul perasaan tidak senang terhadap kelompok lain, namun belum sampai pada konflik terbuka. Misalnya, saling curiga antar warga pendatang dan penduduk asli dalam perebutan lahan usaha. - Konflik (Conflict)
Konflik merupakan bentuk interaksi sosial yang paling berisiko. Contohnya bisa dilihat dari konflik sosial di Poso atau Ambon yang disebabkan oleh perbedaan agama dan kesalahpahaman sosial. Namun, melalui dialog antarumat dan peran pemerintah, konflik tersebut dapat diredam dan menuju perdamaian.
Peran Interaksi Sosial dalam Menjaga Keharmonisan Multikultural
Interaksi sosial yang positif memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan toleran.
- Menumbuhkan Sikap Toleransi
Melalui interaksi yang intens, masyarakat belajar menghargai perbedaan dan menumbuhkan sikap saling menghormati. - Memperkuat Solidaritas Sosial
Aktivitas seperti gotong royong, perayaan hari besar bersama, atau kegiatan sosial lintas agama dapat mempererat rasa persaudaraan. - Mengurangi Stereotip dan Prasangka Sosial
Interaksi yang terbuka membantu menghapus pandangan negatif terhadap kelompok lain, sehingga masyarakat lebih inklusif. - Mendorong Integrasi Nasional
Ketika masyarakat multikultural saling berinteraksi dengan baik, rasa kebangsaan akan semakin kuat.
Baca juga: Pengaruh Globalisasi terhadap Kegiatan Ekonomi di Indonesia
Contoh Nyata Interaksi Sosial dalam Masyarakat Multikultural di Indonesia
- Bali – Kehidupan Harmonis Antarumat Beragama
Di Bali, meskipun mayoritas penduduk beragama Hindu, masyarakat Muslim, Kristen, dan Budha dapat hidup berdampingan dengan damai. Mereka saling menghormati saat perayaan keagamaan dan bekerja sama dalam berbagai kegiatan desa adat. - Manado – Kota Toleran di Indonesia Timur
Kota Manado dikenal dengan toleransi yang tinggi. Di sini, masjid dan gereja dapat berdiri berdampingan tanpa konflik sosial. Kegiatan sosial seperti Festival Kerukunan Umat Beragama rutin diadakan untuk mempererat hubungan masyarakat lintas agama. - Yogyakarta – Kampung Pancasila
Beberapa kampung di Yogyakarta dijuluki “Kampung Pancasila” karena warganya berhasil menjaga kerukunan antar suku dan agama dengan semangat gotong royong dan musyawarah.
