Home » Artikel » Deep Learning dalam Pendidikan: Untuk Generasi Masa Depan
Posted in

Deep Learning dalam Pendidikan: Untuk Generasi Masa Depan

Deep Learning dalam Pendidikan: Untuk Generasi Masa Depan (ft.istimewa)
Deep Learning dalam Pendidikan: Untuk Generasi Masa Depan (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Dalam rangkaian acara penyusunan Modul Pembelajaran Mendalam (PM) dan Kecerdasan Artifisial (KKA) yang diselenggarakan oleh Direktorat Guru Pendidikan Dasar, hadir seorang narasumber utama yang membawa perspektif segar dalam dunia pendidikan, yaitu Rob Randall, pakar pendidikan asal Australia. Bagaimana Deep Learning dalam pendidikan di Indonesia?

Dalam presentasinya, Rob Randall menegaskan bahwa pendidikan modern tidak bisa lagi hanya berfokus pada penyampaian konten. Ia mendorong agar sistem pendidikan Indonesia beralih ke pendekatan Deep Learning (pembelajaran mendalam), agar siswa tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga mampu berpikir kritis, kreatif, serta memiliki keterampilan memecahkan masalah yang kompleks.

Siapa Rob Randall?

Rob Randall adalah tokoh pendidikan terkemuka dari Australia yang dikenal luas karena gagasannya dalam reformasi kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi. Ia merupakan mantan CEO dari Australian Curriculum, Assessment and Reporting Authority (ACARA) dan telah berkontribusi dalam perancangan kurikulum nasional Australia yang menekankan pada pembelajaran mendalam dan keterampilan abad ke-21.

Dalam berbagai kesempatan, Randall konsisten mendorong transformasi pembelajaran dari yang bersifat instruksional dan pasif menuju pendekatan yang inovatif, kontekstual, dan berorientasi masa depan.

Apa Itu Deep Learning dalam Pendidikan?

Menurut Randall, Deep Learning bukan sekadar metode mengajar, melainkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan bertujuan menghasilkan pemahaman yang mendalam, bukan hafalan dangkal.

Pembelajaran mendalam menekankan:

  • Pengembangan pemikiran kritis dan reflektif
  • Kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan lintas disiplin
  • Mendorong kreativitas dan inovasi
  • Menumbuhkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi
  • Kemampuan problem solving yang kontekstual
Ciri khas Deep Learning:
  • Siswa aktif dalam proses belajar (bukan hanya mendengarkan)
  • Belajar berdasarkan pengalaman dan proyek nyata
  • Penilaian dilakukan secara holistik dan formatif
  • Guru bertindak sebagai fasilitator, bukan pusat informasi

Mengapa Sistem Pendidikan Harus Berfokus pada Deep Learning?

Dalam forum Direktorat Guru Pendidikan Dasar tersebut, Randall mengingatkan bahwa tantangan dunia abad ke-21 membutuhkan lulusan yang tidak hanya bisa menghafal fakta, tetapi mampu berpikir, menganalisis, berkolaborasi, dan bertindak.

Menurutnya, pendidikan yang tidak relevan dengan dunia nyata hanya akan menghasilkan lulusan yang rapuh secara intelektual dan emosional.

Beberapa alasan mengapa deep learning sangat dibutuhkan:

  1. Era Disrupsi Teknologi
    Dunia bergerak cepat karena teknologi. Banyak pekerjaan akan hilang, dan banyak jenis pekerjaan baru akan muncul. Dibutuhkan pelajar yang adaptif dan inovatif.
  2. Masalah Global yang Kompleks
    Isu seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, hingga etika penggunaan AI tidak bisa diselesaikan dengan pengetahuan sempit. Dibutuhkan pemikiran lintas disiplin dan empati sosial.
  3. Relevansi dan Makna dalam Belajar
    Pelajar harus tahu mengapa mereka belajar dan bagaimana pengetahuan itu berguna bagi kehidupan pribadi dan sosial mereka.
  4. Tuntutan Kompetensi Abad 21
    Kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif adalah kompetensi kunci yang tidak bisa dilatih lewat pembelajaran pasif dan hafalan.

Modul Pembelajaran Mendalam (PM) dan Kecerdasan Artifisial (KKA)

Acara penyusunan Modul PM dan KKA menjadi langkah awal konkret dalam menghadirkan pendekatan pembelajaran yang lebih relevan di era digital. Modul ini dirancang untuk:

  • Membantu guru memahami dan menerapkan pembelajaran mendalam
  • Mendorong eksplorasi konsep AI dalam proses pembelajaran
  • Memberi ruang bagi guru dan siswa untuk menjadi kreator, bukan hanya konsumen teknologi

Rob Randall menekankan pentingnya integrasi AI yang etis dan mendidik, bukan sekadar meniru kecanggihan teknologi tanpa makna.

Baca juga: Sekolah Tidak Lagi Cukup Menjadi Tempat Belajar: Menjawab Tantangan Pendidikan Abad ke-21

Strategi Penerapan Deep Learning di Kelas

Berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan guru untuk menerapkan pembelajaran mendalam:

1. Gunakan Pertanyaan Esensial

Ajukan pertanyaan pemantik seperti: “Mengapa keadilan sosial penting dalam masyarakat kita?” atau “Bagaimana kita bisa berkontribusi untuk lingkungan melalui tindakan sederhana?”

2. Proyek Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

Libatkan siswa dalam menyelesaikan persoalan nyata, seperti menyusun solusi pengelolaan sampah sekolah, atau membuat kampanye hemat energi.

3. Interdisipliner

Gabungkan pelajaran IPA dan IPS dalam satu proyek untuk menumbuhkan keterkaitan lintas ilmu.

4. Gunakan Teknologi secara Aktif

Manfaatkan AI, simulasi digital, dan platform pembelajaran untuk eksplorasi yang lebih luas dan kolaboratif.

5. Latih Refleksi Diri

Ajak siswa menuliskan jurnal belajar atau melakukan diskusi reflektif tentang apa yang mereka pelajari dan rasakan.

Peran Guru dalam Deep Learning

Dalam pendekatan ini, guru bukan sekadar pengajar, melainkan fasilitator dan pembimbing belajar. Guru harus:

  • Merancang aktivitas belajar yang menantang dan kontekstual
  • Mendorong pertanyaan kritis dari siswa
  • Memberi umpan balik formatif secara berkelanjutan
  • Menyesuaikan pembelajaran sesuai gaya belajar siswa

Randall menyebut, “Guru yang baik bukan yang paling banyak bicara, tapi yang paling banyak mendengarkan dan membimbing.

Tantangan dan Solusi

Tantangan:
  • Masih kuatnya budaya belajar berbasis ujian
  • Minimnya pelatihan guru dalam pendekatan pembelajaran inovatif
  • Kurangnya akses teknologi di beberapa daerah
Solusi:
  • Pelatihan berkelanjutan dan komunitas guru pembelajar
  • Kurikulum yang fleksibel dan terbuka untuk eksplorasi
  • Integrasi teknologi yang inklusif dan beretika

Kesimpulan

Bagaimana Deep Learning dalam pendidikan, untuk generasi masa depan? Kehadiran Rob Randall dalam forum penyusunan Modul Pembelajaran Mendalam menjadi momen penting dalam transformasi pendidikan Indonesia. Gagasannya tentang deep learning sebagai pendekatan utama dalam pendidikan modern sejalan dengan kebutuhan dunia masa depan.

Pembelajaran mendalam bukan hanya soal memahami pelajaran lebih baik, tetapi membangun manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan peduli terhadap lingkungan dan sesama. Pendidikan masa depan adalah pendidikan yang memberdayakan siswa sebagai pembelajar aktif, bukan sekadar penghafal informasi.

Dengan dukungan kebijakan, guru yang reflektif, serta pemanfaatan teknologi yang bijak, deep learning bisa menjadi tulang punggung pendidikan Indonesia dalam menghadapi era digital dan tantangan global.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apakah deep learning itu kurikulum baru?

Tidak. Deep learning adalah pendekatan atau strategi pembelajaran, bukan kurikulum. Ia bisa diterapkan dalam kurikulum apapun, termasuk Kurikulum Merdeka.

2. Siapa Rob Randall dan mengapa pendapatnya penting?

Rob Randall adalah pakar pendidikan dari Australia yang dikenal dengan gagasannya tentang kurikulum nasional berbasis kompetensi. Ia berperan penting dalam pengembangan pendekatan pembelajaran mendalam yang kini relevan di berbagai negara.

3. Apa perbedaan antara deep learning dan pembelajaran tradisional?

Pembelajaran tradisional cenderung berfokus pada hafalan dan nilai ujian. Deep learning fokus pada pemahaman, refleksi, pemecahan masalah, dan pengembangan karakter.

4. Bagaimana guru bisa mulai menerapkan deep learning?

Guru dapat memulai dengan merancang proyek nyata, menggunakan pertanyaan esensial, memberikan umpan balik reflektif, dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung eksplorasi dan kolaborasi.

5. Apa kaitannya deep learning dengan AI dalam pendidikan?

AI bisa menjadi alat pendukung untuk memperdalam proses belajar jika digunakan dengan etis dan kontekstual, misalnya untuk pembelajaran adaptif, simulasi, atau eksplorasi ide-ide baru.


Referensi:

  • Direktorat Guru Pendidikan Dasar, Kemendikbudristek. (2025). Penyusunan Modul Pembelajaran Mendalam dan Kecerdasan Artifisial.
  • ACARA (Australian Curriculum, Assessment and Reporting Authority). https://www.acara.edu.au
  • Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J. (2018). Deep Learning: Engage the World, Change the World. Corwin Press.
  • OECD. (2018). The Future of Education and Skills: Education 2030.
  • Platform Merdeka Mengajar. https://guru.kemdikbud.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.