Sesuaikan Preferensi Izin

Kami menggunakan cookie untuk membantu Anda menavigasi secara efisien dan menjalankan fungsi tertentu. Anda akan menemukan informasi mendetail tentang semua cookie di bawah setiap kategori persetujuan di bawah.

Cookie yang dikategorikan sebagai "Diperlukan" disimpan di browser Anda karena sangat penting untuk mengaktifkan fungsionalitas dasar situs.... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Home » Sejarah » Dampak Supersemar terhadap Perubahan Politik di Indonesia
Posted in

Dampak Supersemar terhadap Perubahan Politik di Indonesia

Dampak Supersemar terhadap Perubahan Politik di Indonesia (ft/istimewa)
Dampak Supersemar terhadap Perubahan Politik di Indonesia (ft/istimewa)

Supersemar atau Surat Perintah 11 Maret 1966 adalah dokumen penting yang mengubah dinamika politik Indonesia secara drastis. Dengan adanya Supersemar, kekuasaan Presiden Soekarno mulai tergeser, sementara Jenderal Soeharto mendapatkan legitimasi untuk mengambil tindakan dalam rangka pemulihan keamanan dan ketertiban negara. Peristiwa ini menandai awal dari transisi menuju Orde Baru, menggantikan kepemimpinan lama yang dianggap gagal dalam mengendalikan kondisi negara pasca Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Artikel ini akan mengupas dampak Supersemar terhadap perubahan politik di Indonesia, mulai dari peralihan kekuasaan hingga lahirnya kebijakan-kebijakan Orde Baru.

Peralihan Kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto

Supersemar menjadi titik awal perubahan besar dalam kepemimpinan nasional. Beberapa dampak signifikan dari peralihan kekuasaan ini antara lain:

1. Melemahnya Wewenang Soekarno

Setelah menandatangani Supersemar, Soekarno mulai kehilangan kendali atas pemerintahan. Keputusan-keputusan penting negara mulai diambil oleh Soeharto, terutama terkait stabilisasi politik dan ekonomi. Kewenangan Soekarno semakin berkurang hingga akhirnya pada 1967, MPRS mencabut mandatnya sebagai Presiden.

2. Soeharto Sebagai Pejabat Presiden

Pada 12 Maret 1967, MPRS resmi mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden menggantikan Soekarno. Keputusan ini memperkuat posisi Soeharto dalam pemerintahan dan menandai berakhirnya era Demokrasi Terpimpin.

3. Awal Mula Orde Baru

Dengan naiknya Soeharto ke tampuk kekuasaan, lahirlah era Orde Baru yang berorientasi pada stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi. Berbagai kebijakan yang diterapkan bertujuan untuk menghapus pengaruh komunisme serta memperbaiki kondisi sosial ekonomi Indonesia.

Dampak Supersemar dalam Perubahan Kebijakan Politik

Setelah berkuasa, Soeharto menerapkan sejumlah kebijakan yang mengubah wajah politik Indonesia. Beberapa perubahan yang terjadi antara lain:

1. Pembubaran PKI dan Pembersihan Simpatisannya

Salah satu tindakan pertama yang dilakukan Soeharto setelah menerima Supersemar adalah membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 12 Maret 1966. Langkah ini diikuti dengan operasi militer yang bertujuan untuk menumpas simpatisan PKI di berbagai wilayah.

2. Perubahan Struktur Pemerintahan

Dalam upaya menstabilkan negara, Soeharto melakukan perombakan besar dalam kabinet. Menteri-menteri yang dianggap dekat dengan Soekarno mulai tersingkir, digantikan oleh tokoh-tokoh yang lebih loyal kepada Orde Baru.

3. Pemberlakuan Demokrasi Pancasila

Orde Baru menggantikan konsep Demokrasi Terpimpin dengan Demokrasi Pancasila. Sistem ini menekankan stabilitas politik melalui kontrol ketat terhadap partai politik dan organisasi masyarakat.

4. Dominasi Golkar dalam Pemilu

Partai Golongan Karya (Golkar) mulai mendominasi pemilu sejak 1971. Dengan dukungan militer dan birokrasi, Golkar menjadi kendaraan politik utama bagi Soeharto untuk mempertahankan kekuasaannya selama beberapa dekade.

Baca juga: Megawati Soekarnoputri: Ketua Umum PDIP dan Peranannya dalam Politik Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.