Sekolah bukan hanya tempat untuk belajar pengetahuan akademik, tetapi juga tempat penting bagi siswa untuk berinteraksi sosial. Melalui interaksi sosial, siswa belajar memahami perbedaan, bekerja sama, menghargai orang lain, dan membentuk karakter yang baik. Interaksi sosial di sekolah melibatkan berbagai pihak โ siswa, guru, staf, dan masyarakat sekitar.
Artikel ini akan membahas pengertian interaksi sosial di lingkungan sekolah, bentuk-bentuknya, contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari, serta dampak positifnya bagi perkembangan sosial peserta didik.
Pengertian Interaksi Sosial di Sekolah
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu atau kelompok yang saling memengaruhi. Dalam konteks sekolah, interaksi sosial mencakup segala bentuk hubungan antara siswa dengan teman sebaya, guru, tenaga kependidikan, maupun masyarakat sekitar lingkungan sekolah.
Menurut Soerjono Soekanto (2009), interaksi sosial merupakan dasar dari semua kehidupan sosial. Artinya, tanpa adanya interaksi, kehidupan bermasyarakat tidak akan terbentuk. Sekolah berperan penting sebagai wadah di mana anak belajar bersosialisasi secara terarah dan positif.
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial di Lingkungan Sekolah
Interaksi sosial di sekolah terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu asosiatif (kerja sama) dan disosiatif (persaingan atau konflik). Kedua bentuk ini dapat terjadi secara wajar dan membentuk dinamika sosial yang mendidik.
1. Interaksi Sosial Asosiatif (Membangun Kerjasama)
Interaksi asosiatif di sekolah bersifat positif karena mendorong kerja sama, solidaritas, dan saling pengertian.
Beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif di sekolah antara lain:
- Kerjasama (Cooperation): Siswa bekerja sama dalam kelompok belajar, membersihkan kelas, atau melaksanakan proyek sekolah.
- Akomodasi: Guru membantu menyelesaikan konflik kecil antara siswa agar situasi kembali harmonis.
- Asimilasi: Siswa dari latar belakang budaya berbeda saling menyesuaikan diri, misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler bersama.
- Akulturasi: Sekolah menggabungkan nilai-nilai budaya lokal dengan modern, seperti memperingati Hari Batik Nasional dengan lomba fashion show batik modern.
2. Interaksi Sosial Disosiatif (Persaingan dan Konflik)
Interaksi sosial disosiatif tidak selalu berdampak negatif; kadang justru mendorong siswa untuk lebih berprestasi. Namun, jika tidak dikendalikan, bisa menimbulkan perpecahan atau perundungan.
Contohnya:
- Persaingan (Competition): Terjadi saat siswa berusaha meraih nilai terbaik atau memenangkan lomba.
- Kontravensi: Misalnya, perbedaan pendapat dalam organisasi OSIS.
- Konflik (Conflict): Perkelahian antar siswa akibat salah paham. Konflik ini dapat diselesaikan dengan mediasi oleh guru BK agar menjadi pembelajaran sosial yang positif.
Contoh Nyata Interaksi Sosial di Lingkungan Sekolah
Berikut beberapa contoh konkret interaksi sosial antara siswa, guru, dan masyarakat sekitar:
1. Interaksi antara Siswa dan Guru
- Siswa bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dipahami.
- Guru memberikan arahan dan motivasi belajar kepada siswa.
- Saat upacara bendera, guru dan siswa berkomunikasi dalam konteks formal dan saling menghormati.
Contoh nyata:
Di SMP Negeri 5 Bandung, guru-guru aktif menggunakan metode diskusi kelompok agar siswa berani berpendapat dan saling menghargai pandangan teman.
2. Interaksi antar Siswa
- Kerja sama dalam kelompok tugas, seperti membuat laporan IPS atau proyek sains.
- Saling membantu ketika ada teman yang kesulitan memahami pelajaran.
- Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka, OSIS, atau futsal untuk mempererat hubungan sosial.
Contoh nyata:
Siswa kelas VIII membentuk tim kebersihan kelas yang bergantian setiap minggu, menciptakan tanggung jawab bersama dan solidaritas.
Baca juga: Jenis-Jenis Kegiatan Manusia untuk Memenuhi Kebutuhan Hidupnya: Pengertian dan Contoh Lengkap
3. Interaksi antara Sekolah dan Masyarakat Sekitar
- Sekolah bekerja sama dengan warga sekitar untuk menjaga kebersihan lingkungan.
- Program โSekolah Adiwiyataโ melibatkan masyarakat dalam kegiatan penghijauan dan daur ulang sampah.
- Kegiatan bakti sosial di sekitar sekolah memperkuat hubungan sosial antara guru, siswa, dan masyarakat.
Contoh nyata:
SMP Muhammadiyah di Yogyakarta mengadakan program โJumโat Berbagiโ di mana siswa mengumpulkan makanan untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan.
Dampak Positif Interaksi Sosial di Sekolah
Interaksi sosial yang baik memberikan banyak manfaat bagi perkembangan siswa, antara lain:
- Meningkatkan Kemampuan Komunikasi: Siswa belajar menyampaikan pendapat dengan sopan dan jelas.
- Menumbuhkan Sikap Toleransi: Melalui pergaulan yang beragam, siswa belajar menghargai perbedaan suku, agama, atau latar belakang.
- Memupuk Kerjasama: Kegiatan kelompok mengajarkan pentingnya kerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
- Membangun Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab: Interaksi dengan guru dan teman melatih siswa untuk disiplin waktu dan menghormati aturan sekolah.
- Meningkatkan Prestasi Akademik dan Nonakademik: Melalui persaingan sehat, siswa termotivasi untuk berprestasi lebih baik.
