Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial yang membentuk kehidupan masyarakat. Dalam dunia kerja dan pemerintahan, interaksi ini menjadi sangat penting karena menentukan bagaimana koordinasi, komunikasi, dan kolaborasi terjadi antara individu maupun antardivisi. Salah satu bentuk interaksi yang sering terjadi namun tidak selalu disadari adalah interaksi sosial diagonal. Apa Ciri-Ciri dan Karakteristik Interaksi Sosial Diagonal dalam Dunia Kerja dan Pemerintahan?
Interaksi sosial diagonal bukanlah hubungan antara atasan dan bawahan (vertikal) atau hubungan antara individu dengan kedudukan setara (horizontal). Interaksi diagonal lebih bersifat lintas bidang, lintas struktur, dan lintas kewenangan, sehingga memunculkan dinamika yang unik dan sering kali kompleks. Artikel ini mengulas ciri-ciri, karakteristik, contoh nyata, serta peran interaksi sosial diagonal dalam dunia kerja dan pemerintahan.
Apa Itu Interaksi Sosial Diagonal?
Interaksi sosial diagonal adalah bentuk interaksi yang terjadi antara dua individu atau lebih yang memiliki perbedaan status atau jabatan, tetapi tidak berada dalam hubungan langsung atasan-bawahan maupun dalam status sejajar. Hubungan ini biasanya melibatkan koordinasi lintas bagian, lembaga, atau divisi yang tidak berada dalam satu lini komando.
Contohnya adalah interaksi antara staf HRD dengan supervisor gudang, kepala desa dengan petugas dinas kesehatan, atau teknisi IT dengan manajer pemasaran. Mereka memiliki jabatan yang berbeda, bahkan struktur kerja yang berlainan, tetapi tetap membutuhkan interaksi untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Ciri-Ciri Interaksi Sosial Diagonal
Agar lebih mudah dipahami, berikut adalah ciri utama interaksi sosial diagonal dalam dunia kerja dan pemerintahan:
1. Melibatkan Pihak dengan Status atau Jabatan yang Berbeda
Interaksi diagonal tidak terjadi antara orang yang memiliki jabatan setara. Salah satu pihak biasanya memiliki jabatan lebih tinggi, tetapi bukan atasan langsung pihak yang berinteraksi dengannya.
Contoh
- Staf administrasi kantor berkoordinasi dengan kepala bagian keuangan.
- Petugas desa bekerja sama dengan pejabat kecamatan lintas bidang.
Perbedaan status ini mempengaruhi cara komunikasi dan proses koordinasi.
2. Terjadi di Luar Lini Komando Langsung
Dalam struktur organisasi, ada hierarki atasan dan bawahan. Interaksi diagonal terjadi di luar jalur tersebut. Artinya, meskipun status berbeda, mereka tidak berada dalam hubungan komando langsung.
Contoh
- Supervisor produksi berkomunikasi dengan staf IT untuk memperbaiki perangkat.
- Camat berkoordinasi dengan petugas Dinas Sosial untuk penyaluran bantuan.
Ini menunjukkan adanya hubungan lintas garis organisasi.
3. Berlangsung Secara Lintas Divisi, Lintas Unit, atau Lintas Lembaga
Karena tidak berada dalam garis struktur yang sama, interaksi diagonal sering kali muncul dalam konteks kerja antarbagian.
Contoh
- Divisi pemasaran bekerja sama dengan divisi legal untuk promosi produk.
- Pemerintah desa berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan terkait vaksinasi.
Hubungan lintas divisi ini sangat umum dalam organisasi besar.
4. Komunikasi Bisa Formal Maupun Nonformal
Karena melibatkan pihak dari struktur berbeda, komunikasi dapat terjadi secara:
- Formal โ melalui surat, email resmi, rapat koordinasi.
- Nonformal โ obrolan langsung, pesan singkat, atau koordinasi cepat di lapangan.
Contoh
- Surat permohonan data dari kelurahan kepada Dinas Kependudukan.
- Chat WhatsApp antara guru BP dan petugas TU untuk data murid.
5. Memiliki Tujuan Fungsional
Interaksi diagonal muncul karena adanya tugas bersama atau kebutuhan koordinasi yang bersifat fungsional, bukan karena hubungan pribadi atau hierarkis.
Contoh
- Tim keamanan kantor meminta data kepada tim HRD untuk pembuatan kartu akses.
- Petugas puskesmas perlu data dari RT untuk program kesehatan lingkungan.
Tujuannya adalah menyelesaikan pekerjaan, bukan menyusun kebijakan atau memerintah.
6. Dipengaruhi oleh Beda Kepentingan Antarbagian
Karena pihak yang terlibat berasal dari bidang berbeda, mereka sering memiliki prioritas yang berbeda pula.
Contoh
- Divisi produksi ingin proses cepat, divisi quality control ingin hasil terbaik.
- Kepala desa ingin program cepat selesai, tapi dinas terkait memiliki prosedur panjang.
Perbedaan kepentingan ini membuat interaksi diagonal sering menimbulkan miskomunikasi.
Karakteristik Interaksi Sosial Diagonal
Selain ciri-ciri di atas, interaksi diagonal memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari interaksi lainnya.
1. Bersifat Koordinatif
Interaksi diagonal sangat menekankan pada koordinasi untuk menyatukan informasi, data, atau kebijakan agar program berjalan sesuai rencana.
2. Multi-Arah (Multi-directional)
Tidak ada batasan arah komunikasi karena interaksi bisa terjadi:
- Dari jabatan lebih tinggi ke lebih rendah.
- Dari jabatan lebih rendah ke lebih tinggi.
- Dari satu divisi ke divisi lain.
3. Terkadang Menimbulkan Konflik Lintang
Karena perbedaan status dan fungsi, interaksi diagonal rentan menimbulkan konflik seperti:
- Perbedaan prioritas pekerjaan,
- Ketidakjelasan wewenang,
- Ego jabatan.
Namun jika dikelola dengan baik, interaksi diagonal justru menjadi penguat integrasi organisasi.
Baca juga: Perbedaan Komunikasi Langsung dan Tidak Langsung serta Contohnya
