Home » Sejarah » B.J. Habibie: Presiden Teknokrat yang Memimpin di Masa Transisi
Posted in

B.J. Habibie: Presiden Teknokrat yang Memimpin di Masa Transisi

B.J. Habibie: Presiden Teknokrat yang Memimpin di Masa Transisi (ft.istimewa)
B.J. Habibie: Presiden Teknokrat yang Memimpin di Masa Transisi (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Bacharuddin Jusuf Habibie, atau lebih dikenal sebagai B.J. Habibie, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Ia menjabat sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia menggantikan Soeharto pada tahun 1998, di tengah krisis politik dan ekonomi yang melanda bangsa. Habibie dikenal sebagai seorang teknokrat jenius, ilmuwan, dan pemimpin yang membawa arah baru bagi demokrasi Indonesia di masa transisi reformasi. Bagaimana B.J. Habibie: Presiden Teknokrat yang Memimpin di Masa Transisi?

Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan

B.J. Habibie lahir pada 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan. Ia adalah anak keempat dari delapan bersaudara pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Sejak kecil, Habibie dikenal sangat cerdas dan menyukai ilmu pengetahuan, terutama bidang teknologi dan penerbangan.

Setelah menamatkan pendidikan di Indonesia, Habibie melanjutkan studi teknik penerbangan di RWTH Aachen, Jerman Barat. Di sana, ia menempuh pendidikan hingga tingkat doktor dan menyelesaikannya dengan hasil yang sangat memuaskan. Habibie dikenal sebagai salah satu insinyur paling berprestasi dalam industri pesawat terbang Jerman dan sempat bekerja di perusahaan Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), di mana ia menjabat sebagai Wakil Presiden bidang teknologi.

Kembali ke Indonesia dan Kiprah Teknokrat

Pada awal 1970-an, Habibie dipanggil pulang oleh Presiden Soeharto untuk membantu pengembangan teknologi Indonesia. Ia kemudian dipercaya menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) selama lebih dari 20 tahun, dari 1978 hingga 1998. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia mulai mengembangkan industri strategis, termasuk PT PAL, PT Dirgantara Indonesia (dulu IPTN), dan BPPT.

Habibie memperkenalkan Teori Crack Progression, sebuah teori rekayasa dalam dunia penerbangan yang digunakan hingga kini. Selain itu, ia juga terlibat dalam pengembangan pesawat N-250, simbol kemandirian bangsa di bidang teknologi dirgantara.

Masa Kepemimpinan sebagai Presiden

Habibie menjabat sebagai Presiden Indonesia pada 21 Mei 1998, menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri setelah 32 tahun berkuasa. Ia memimpin di tengah situasi yang sangat genting: krisis moneter, ketidakstabilan politik, dan tekanan internasional untuk melakukan reformasi demokrasi.

Reformasi Politik dan Demokratisasi

Meski masa jabatannya hanya sekitar 1 tahun 5 bulan, Habibie berhasil meletakkan fondasi penting bagi demokrasi Indonesia:

  • Membebaskan Pers: Habibie mencabut pembredelan terhadap media massa dan membuka kebebasan pers secara luas.
  • Reformasi Pemilu: Ia memperkenalkan sistem multi-partai dan membuka jalan bagi Pemilu 1999 yang lebih demokratis.
  • Desentralisasi Kekuasaan: Habibie menerbitkan UU Otonomi Daerah yang memberikan lebih banyak kewenangan kepada daerah.
  • Membebaskan Tahanan Politik: Banyak tahanan politik yang dibebaskan, termasuk aktivis pro-demokrasi.
Referendum Timor Timur

Salah satu keputusan paling kontroversial Habibie adalah menyetujui referendum di Timor Timur. Dalam referendum yang diawasi oleh PBB, mayoritas rakyat Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia. Keputusan ini mendapat sorotan tajam, baik dari dalam maupun luar negeri, tetapi juga menunjukkan komitmen Habibie terhadap prinsip demokrasi dan hak menentukan nasib sendiri.

Pemulihan Ekonomi

Habibie juga mengambil langkah-langkah penting dalam pemulihan ekonomi:

  • Restrukturisasi Perbankan: Melalui pendirian Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan restrukturisasi utang swasta.
  • Stabilisasi Rupiah: Kurs rupiah yang sempat anjlok berhasil distabilkan.
  • Kerja Sama dengan IMF: Meski banyak dikritik, langkah ini diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi.

Tidak Lolos dalam Sidang Umum MPR

Habibie menyampaikan pertanggungjawabannya dalam Sidang Umum MPR tahun 1999. Namun, laporan tersebut tidak diterima oleh mayoritas anggota MPR. Akibatnya, ia memutuskan untuk tidak mencalonkan diri kembali sebagai Presiden dan menyerahkan estafet kepemimpinan kepada penerusnya.

Meski masa jabatannya singkat, Habibie dikenang sebagai pemimpin yang berani mengambil keputusan sulit demi masa depan bangsa.

Baca juga: Dampak Orde Baru terhadap Indonesia: Antara Kemajuan dan Otoritarianisme

Warisan dan Pengaruh

Habibie bukan hanya Presiden, tetapi juga seorang visioner teknologi dan inspirator bangsa. Ia mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan penelitian. Setelah pensiun, ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan melalui The Habibie Center, yang fokus pada demokrasi, HAM, dan kebebasan sipil.

Habibie juga menulis beberapa buku, termasuk “Detik-Detik yang Menentukan” yang menceritakan kisahnya sebagai Presiden di masa transisi. Ia menjadi inspirasi banyak anak muda untuk menekuni ilmu pengetahuan dan teknologi.

Wafat dan Penghormatan

B.J. Habibie wafat pada 11 September 2019 dalam usia 83 tahun. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, berdampingan dengan istrinya tercinta, Hasri Ainun Besari. Rakyat Indonesia berduka atas kepergian sosok negarawan, teknokrat, dan pemimpin demokratis ini.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apa latar belakang pendidikan B.J. Habibie?
B.J. Habibie menempuh pendidikan teknik penerbangan di RWTH Aachen, Jerman, hingga tingkat doktor.

2. Apa kontribusi B.J. Habibie di bidang teknologi Indonesia?
Habibie memimpin pengembangan pesawat N-250 dan mendirikan berbagai industri strategis seperti IPTN, BPPT, dan PT PAL.

3. Apa saja kebijakan penting yang diambil Habibie saat menjadi Presiden?
Habibie mencabut pembredelan pers, meliberalisasi pemilu, memberikan otonomi daerah, serta menyetujui referendum Timor Timur.

4. Berapa lama B.J. Habibie menjabat sebagai Presiden?
Ia menjabat dari Mei 1998 hingga Oktober 1999.

5. Mengapa Timor Timur lepas dari Indonesia pada masa Habibie?
Habibie memberikan pilihan referendum kepada rakyat Timor Timur yang kemudian memilih merdeka melalui pemungutan suara yang diawasi PBB.

6. Apa warisan terbesar dari kepemimpinan Habibie?
Habibie meninggalkan warisan reformasi demokrasi, kebebasan pers, dan semangat inovasi teknologi dalam negeri.


Referensi:

  1. The Habibie Center – https://www.habibiecenter.or.id
  2. Detik-Detik yang Menentukan – B.J. Habibie, Penerbit THC Press
  3. Kompas.com – “Profil B.J. Habibie: Teknokrat Jenius yang Jadi Presiden”
  4. Tirto.id – “B.J. Habibie dan Transisi Demokrasi Indonesia”
  5. BBC Indonesia – “Refleksi Reformasi: Warisan Habibie untuk Indonesia”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.