Home » Sejarah » B.J. Habibie: Dari Ilmuwan hingga Presiden, Kisah Perjalanan Hidupnya
Posted in

B.J. Habibie: Dari Ilmuwan hingga Presiden, Kisah Perjalanan Hidupnya

B.J. Habibie: Dari Ilmuwan hingga Presiden, Kisah Perjalanan Hidupnya (ft.istimewa)
B.J. Habibie: Dari Ilmuwan hingga Presiden, Kisah Perjalanan Hidupnya (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Nama Bacharuddin Jusuf Habibie, atau yang akrab dikenal sebagai B.J. Habibie, merupakan sosok yang tidak hanya dikenal sebagai presiden ketiga Republik Indonesia, tetapi juga sebagai ilmuwan kelas dunia yang mengharumkan nama bangsa lewat kecerdasan dan dedikasinya pada dunia teknologi, khususnya dirgantara. Perjalanan hidupnya merupakan narasi inspiratif tentang kegigihan, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, dan pengabdian kepada bangsa. Bagaimana kiprah B.J. Habibie: Dari Ilmuwan hingga Presiden, Kisah Perjalanan Hidupnya?

Dari seorang anak asal Parepare, Sulawesi Selatan, hingga menjadi Presiden Indonesia di masa transisi reformasi, B.J. Habibie telah meninggalkan warisan besar baik dalam dunia sains maupun politik. Artikel ini akan mengulas kisah perjalanan hidup B.J. Habibie secara lengkap, mulai dari masa kecil, karier akademik dan profesionalnya di Jerman, hingga kepemimpinannya sebagai Presiden RI.


1. Masa Kecil dan Pendidikan Awal

B.J. Habibie lahir pada 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan. Ia adalah anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini. Ayahnya berasal dari Gorontalo, sementara ibunya adalah keturunan bangsawan Jawa.

Sejak kecil, Habibie dikenal sebagai anak yang cerdas dan sangat tertarik pada ilmu pengetahuan, terutama fisika dan matematika. Saat berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dunia, dan peristiwa itu menjadi titik penting yang membuat Habibie semakin gigih belajar demi membahagiakan ibunya.

Habibie mengenyam pendidikan menengah di Bandung, lalu melanjutkan studi teknik mesin di Technische Hochschule Aachen, Jerman (sekarang RWTH Aachen University), salah satu kampus teknik terbaik di dunia.


2. Karier sebagai Ilmuwan dan Insinyur Dirgantara di Jerman

Di Jerman, Habibie tidak hanya menuntut ilmu tetapi juga mulai menunjukkan kemampuannya dalam riset teknologi penerbangan. Ia meraih gelar doktor teknik (Dr.-Ing.) dengan predikat summa cum laude hanya dalam waktu singkat. Keahliannya membuatnya bergabung dengan perusahaan besar di bidang dirgantara, Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), dan kemudian menjadi wakil presiden bidang riset dan teknologi di perusahaan tersebut.

Habibie menciptakan konsep “crack progression theory” atau Teori Habibie, yang hingga kini menjadi salah satu acuan penting dalam teknologi pesawat terbang. Karyanya mendapat pengakuan dunia, bahkan dijuluki sebagai “Mr. Crack” karena kejeniusannya dalam memahami struktur pesawat.


3. Kembali ke Indonesia dan Pengembangan Industri Teknologi

Pada tahun 1974, Presiden Soeharto memanggil Habibie untuk pulang ke Indonesia dan membantu membangun industri strategis nasional. Habibie menjawab panggilan tersebut dengan sepenuh hati. Ia dipercaya menjabat sebagai Penasehat Presiden bidang Teknologi dan Riset, dan kemudian menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) selama dua dekade (1978–1998).

Di bawah kepemimpinannya, Indonesia mulai membangun industri strategis seperti:

  • PT IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara)
  • PT PAL (galangan kapal)
  • PT PINDAD (industri pertahanan)
  • BPPT dan LIPI (penelitian dan pengembangan ilmiah)

Puncak prestasinya adalah pengembangan dan peluncuran pesawat N-250 Gatotkaca, hasil karya anak bangsa pertama yang dikembangkan sendiri dengan teknologi fly-by-wire.


4. Menjadi Wakil Presiden dan Presiden Republik Indonesia

Pada Maret 1998, di tengah krisis politik dan ekonomi, Habibie diangkat menjadi Wakil Presiden oleh Presiden Soeharto. Namun hanya berselang dua bulan, Soeharto mengundurkan diri karena desakan reformasi, dan pada 21 Mei 1998, B.J. Habibie resmi menjadi Presiden ke-3 Republik Indonesia.

Sebagai presiden, Habibie menghadapi tantangan besar:

  • Krisis moneter yang melanda Asia dan menghantam Indonesia
  • Ketidakpercayaan publik terhadap pemerintahan
  • Tuntutan reformasi dari rakyat dan mahasiswa

Meski masa kepemimpinannya hanya berlangsung 17 bulan, Habibie berhasil melakukan beberapa perubahan signifikan:

  • Membuka kebebasan pers
  • Menghapus dwifungsi ABRI secara bertahap
  • Menggelar Pemilu demokratis 1999
  • Memberi otonomi daerah luas kepada provinsi
  • Melakukan deregulasi ekonomi untuk memperbaiki iklim investasi

5. Keputusan Besar: Referendum Timor Timur

Salah satu keputusan paling berani dan bersejarah dari Habibie adalah memberikan rakyat Timor Timur hak menentukan nasib melalui referendum. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari upaya penyelesaian konflik berkepanjangan di wilayah tersebut.

Pada 30 Agustus 1999, referendum yang diawasi PBB dilakukan dan mayoritas rakyat Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia. Meski menuai kritik dari sebagian elite militer dan politisi, keputusan Habibie dihormati oleh dunia internasional sebagai bentuk komitmen terhadap hak asasi manusia dan demokrasi.

Baca juga: Akhir dari Demokrasi Terpimpin: Supersemar dan Transisi ke Orde Baru


6. Akhir Jabatan dan Warisan Kepemimpinan

Pada Sidang Umum MPR Oktober 1999, laporan pertanggungjawaban Habibie ditolak oleh mayoritas anggota MPR. Ia kemudian menyatakan tidak mencalonkan diri kembali dan menyerahkan kepemimpinan kepada Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden.

Habibie mundur dari dunia politik dan kembali ke aktivitas sosial dan keilmuan. Ia mendirikan The Habibie Center, lembaga think tank independen yang fokus pada demokrasi, HAM, dan teknologi.


7. Kehidupan Pribadi dan Wafatnya Sang Visioner

Habibie dikenal sebagai suami yang setia kepada almarhumah Hasri Ainun Besari, yang dinikahinya sejak tahun 1962. Kisah cinta mereka diabadikan dalam film “Habibie & Ainun” yang sangat menyentuh hati masyarakat Indonesia.

Habibie wafat pada 11 September 2019 di Jakarta dalam usia 83 tahun. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, berdampingan dengan istrinya tercinta. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam dan penghormatan besar dari rakyat Indonesia.


Kesimpulan: Ilmuwan Visioner dan Negarawan Sejati

B.J. Habibie bukan sekadar presiden atau ilmuwan, melainkan sosok teladan yang mencintai bangsanya dengan ilmu pengetahuan dan hati nurani. Perjalanan hidupnya mengajarkan pentingnya:

  • Pendidikan dan kejujuran intelektual
  • Komitmen terhadap pembangunan bangsa
  • Kerendahan hati dalam memimpin
  • Keteguhan dalam mempertahankan prinsip kemanusiaan dan demokrasi

Warisan Habibie akan terus hidup dalam sejarah Indonesia sebagai jembatan antara ilmu dan kepemimpinan, antara masa lalu otoriter dan masa depan demokratis.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apa latar belakang pendidikan B.J. Habibie?
Habibie menempuh pendidikan teknik mesin di RWTH Aachen, Jerman, dan meraih gelar doktor teknik dengan predikat summa cum laude.

2. Mengapa B.J. Habibie hanya menjabat sebentar sebagai presiden?
Ia menjabat selama masa transisi reformasi dan memilih tidak mencalonkan diri kembali setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.

3. Apa saja kontribusi Habibie di bidang teknologi?
Habibie berjasa besar dalam pengembangan industri dirgantara Indonesia dan dikenal atas “Teori Crack” yang diakui secara internasional.

4. Apa warisan terbesar B.J. Habibie?
Warisan terbesarnya adalah transisi demokrasi yang damai, kebebasan pers, dan kebangkitan teknologi Indonesia.

5. Apa yang dilakukan Habibie setelah tidak menjabat sebagai presiden?
Ia mendirikan The Habibie Center dan aktif dalam kegiatan sosial, pendidikan, serta demokrasi.


Referensi:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.