Home » IPS Kelas 7 » Perubahan Iklim dan Potensi Bencana Alam di Indonesia
Posted in

Perubahan Iklim dan Potensi Bencana Alam di Indonesia

Perubahan Iklim dan Potensi Bencana Alam di Indonesia (ft.istimewa)
Perubahan Iklim dan Potensi Bencana Alam di Indonesia (ft.istimewa)

Perubahan iklim kini menjadi salah satu isu global paling serius yang mempengaruhi kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim seperti kenaikan suhu global, perubahan pola curah hujan, kekeringan, banjir, hingga peningkatan potensi bencana hidrometeorologi. Fenomena ini bukan hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga mengancam sektor ekonomi, sosial, dan kesehatan masyarakat. Bagaimana Perubahan Iklim dan Potensi Bencana Alam di Indonesia?

Perubahan iklim memperparah risiko bencana alam di Indonesia yang memang sudah tinggi akibat letaknya di Cincin Api Pasifik. Kombinasi antara faktor geologis dan iklim menjadikan Indonesia salah satu negara paling rawan bencana di dunia.


Dampak Perubahan Iklim terhadap Potensi Bencana di Indonesia

1. Kenaikan Suhu dan Kekeringan

Kenaikan suhu rata-rata global menyebabkan penguapan air meningkat, mengurangi ketersediaan air tanah di berbagai wilayah. Akibatnya, daerah-daerah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sebagian Jawa Timur mengalami kekeringan yang berkepanjangan. Lahan pertanian menjadi tidak produktif, dan masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih.

Contoh nyata:
Pada tahun 2019, NTT mengalami kekeringan ekstrem selama lebih dari 6 bulan. Ribuan hektar lahan gagal panen, dan masyarakat harus menempuh jarak hingga 10 km untuk mendapatkan air bersih.


2. Perubahan Pola Curah Hujan dan Banjir

Perubahan iklim juga mengacaukan pola musim hujan dan kemarau di Indonesia. Curah hujan menjadi tidak menentu: bisa sangat tinggi dalam waktu singkat atau sangat rendah dalam jangka panjang. Hal ini meningkatkan risiko banjir bandang dan longsor, terutama di wilayah padat penduduk seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Contoh nyata:
Banjir besar di Jabodetabek pada awal 2020 disebabkan oleh curah hujan ekstrem yang mencapai 377 mm per hari — salah satu yang tertinggi dalam sejarah. Ribuan rumah terendam, dan puluhan ribu warga harus mengungsi.


3. Kenaikan Permukaan Air Laut

Pemanasan global menyebabkan es di kutub mencair dan volume air laut meningkat. Indonesia, dengan garis pantai sepanjang lebih dari 80.000 km, menghadapi ancaman serius dari kenaikan permukaan laut. Pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir seperti Jakarta Utara, Semarang, dan Demak mengalami rob atau banjir air laut secara berkala.

Contoh nyata:
Jakarta Utara turun sekitar 1–2 cm per tahun, sementara permukaan laut naik sekitar 0,8 cm per tahun. Jika tren ini berlanjut, beberapa wilayah di pesisir Jakarta bisa tenggelam dalam beberapa dekade ke depan.


4. Peningkatan Intensitas Badai dan Angin Kencang

Fenomena cuaca ekstrem seperti badai tropis dan puting beliung semakin sering terjadi. Meskipun Indonesia jarang terkena badai besar seperti di Pasifik, dampak tidak langsungnya terasa melalui curah hujan tinggi dan gelombang laut besar yang mengancam nelayan serta infrastruktur pesisir.

Contoh nyata:
Pada Desember 2021, badai tropis Seroja melanda wilayah Nusa Tenggara Timur, menyebabkan lebih dari 180 korban jiwa dan menghancurkan ribuan rumah penduduk. Badai ini merupakan salah satu badai paling mematikan di Indonesia dalam dua dekade terakhir.


Hubungan Perubahan Iklim dan Aktivitas Geologis

Meskipun perubahan iklim terutama mempengaruhi fenomena atmosfer dan hidrosfer, dampaknya juga bisa memperkuat efek bencana geologis. Misalnya:

  • Curah hujan ekstrem dapat memicu longsor di daerah pegunungan.
  • Perubahan tekanan air tanah dapat memengaruhi kestabilan lereng dan sesar aktif.
  • Kenaikan suhu laut memicu pemanasan global, yang memperkuat siklus badai tropis.

Dengan demikian, perubahan iklim dan potensi bencana geologis saling berkaitan, menciptakan situasi kompleks yang memerlukan pendekatan mitigasi lintas sektor.


Upaya Mitigasi dan Adaptasi di Indonesia

1. Peningkatan Kapasitas Mitigasi Bencana

Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BMKG telah meningkatkan sistem peringatan dini (early warning system) untuk banjir, kekeringan, dan gelombang tinggi. Peta risiko bencana juga diperbarui secara berkala agar pemerintah daerah dapat mengambil langkah antisipatif.


2. Rehabilitasi dan Konservasi Lingkungan

Kerusakan hutan mempercepat perubahan iklim. Oleh karena itu, Indonesia berkomitmen untuk melakukan reboisasi dan restorasi ekosistem gambut. Program seperti Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) menjadi langkah penting untuk menurunkan emisi karbon dan menjaga kestabilan ekosistem.


3. Pembangunan Infrastruktur Ramah Lingkungan

Pemerintah dan swasta mulai mengembangkan infrastruktur hijau seperti taman kota, waduk resapan, dan sumur biopori. Hal ini bertujuan untuk mengurangi limpasan air hujan dan menekan risiko banjir.

Contoh nyata:
Kota Semarang mengembangkan proyek Kota Tangguh Iklim (Climate Resilient City) dengan fokus pada sistem drainase berkelanjutan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi banjir rob.

Baca juga: Manfaat Konektivitas Digital terhadap Perekonomian Rakyat


4. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat

Kesadaran masyarakat menjadi kunci keberhasilan mitigasi perubahan iklim. Pendidikan kebencanaan di sekolah, simulasi evakuasi, dan pelatihan tanggap darurat perlu terus ditingkatkan agar masyarakat lebih siap menghadapi potensi bencana.


Kesimpulan

Perubahan iklim telah meningkatkan kerentanan Indonesia terhadap berbagai bencana alam seperti banjir, kekeringan, badai, dan kenaikan permukaan laut. Dengan posisi geografis yang strategis namun rawan, Indonesia perlu memperkuat langkah mitigasi, adaptasi, dan kesiapsiagaan masyarakat.

Perubahan Iklim dan Potensi Bencana Alam di Indonesia. Hanya melalui kolaborasi antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat, Indonesia dapat menghadapi tantangan perubahan iklim dengan lebih tangguh dan berkelanjutan.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Mengapa perubahan iklim dapat meningkatkan risiko bencana di Indonesia?
Karena perubahan iklim memengaruhi pola cuaca ekstrem, curah hujan, dan suhu global yang dapat memicu bencana seperti banjir, kekeringan, serta badai.

2. Apakah semua wilayah di Indonesia terdampak perubahan iklim?
Ya, meskipun dampaknya berbeda-beda. Daerah pesisir lebih rentan terhadap kenaikan permukaan laut, sementara daerah kering seperti NTT rentan terhadap kekeringan.

3. Apa yang bisa dilakukan masyarakat untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim?
Menghemat air, menanam pohon, menggunakan energi terbarukan, dan mendukung program mitigasi lingkungan yang dicanangkan pemerintah.

4. Apa peran teknologi dalam mitigasi perubahan iklim?
Teknologi berperan dalam pemantauan cuaca, sistem peringatan dini, dan pengelolaan data lingkungan untuk mengantisipasi potensi bencana.

5. Bagaimana peran pemerintah dalam menghadapi perubahan iklim?
Pemerintah memperkuat kebijakan mitigasi, memperbarui sistem peringatan dini, dan mengembangkan program pembangunan berkelanjutan.


Referensi
  • Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2023). Laporan Tahunan Perubahan Iklim di Indonesia.
  • BNPB. (2024). Data dan Informasi Bencana Indonesia.
  • Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2023). Strategi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim.
  • IPCC. (2022). Climate Change: The Physical Science Basis.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.