Home » IPS Kelas 7 » Potensi Megathrust di Selatan Jawa: Ancaman Gempa Besar dan Tsunami
Posted in

Potensi Megathrust di Selatan Jawa: Ancaman Gempa Besar dan Tsunami

Potensi Megathrust di Selatan Jawa: Ancaman Gempa Besar dan Tsunami (ft.istimewa)
Potensi Megathrust di Selatan Jawa: Ancaman Gempa Besar dan Tsunami (ft.istimewa)

Indonesia merupakan negara yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), yaitu zona dengan aktivitas tektonik paling aktif di dunia. Salah satu wilayah dengan potensi gempa besar yang menjadi perhatian utama para ahli geologi adalah zona megathrust di selatan Pulau Jawa. Zona ini menyimpan energi besar yang sewaktu-waktu dapat dilepaskan dalam bentuk gempa bumi megathrust yang berpotensi memicu tsunami.


Apa Itu Megathrust?

Megathrust adalah zona tumbukan lempeng tektonik di mana satu lempeng samudra menunjam (subduksi) ke bawah lempeng benua. Proses ini menciptakan patahan besar dengan tekanan luar biasa yang dapat melepaskan energi dalam bentuk gempa bumi berskala sangat besar, biasanya bermagnitudo di atas 8,0 SR.

Di Indonesia, megathrust tersebar di sepanjang pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia, termasuk di Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga Maluku. Dari semua zona tersebut, zona megathrust selatan Jawa kini menjadi fokus perhatian karena jarang melepaskan energi besar selama berabad-abad.


Zona Megathrust Selatan Jawa

Zona megathrust di selatan Pulau Jawa membentang dari Selat Sunda di barat hingga Bali di timur, dengan panjang lebih dari 1.000 kilometer. Di bawah zona ini, Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia (Sunda Plate) dengan kecepatan sekitar 6–7 cm per tahun.

Para ahli dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) memperkirakan bahwa di sepanjang zona ini tersimpan potensi gempa besar dengan magnitudo maksimum antara M8,5 hingga M9,0. Jika gempa sebesar itu terjadi, tsunami setinggi 10 hingga 20 meter bisa melanda wilayah pesisir selatan Jawa.


Sejarah dan Aktivitas Seismik di Selatan Jawa

Berbeda dengan wilayah Sumatra yang telah beberapa kali mengalami gempa megathrust besar (seperti Aceh 2004 dan Mentawai 2010), zona megathrust selatan Jawa belum pernah melepaskan energi besar selama ratusan tahun. Catatan sejarah menunjukkan beberapa gempa besar:

  1. Gempa Banyuwangi (1840-an) – diduga terjadi akibat aktivitas subduksi, namun dokumentasi terbatas.
  2. Gempa Pangandaran 2006 (M7,7) – memicu tsunami setinggi 7 meter yang menewaskan lebih dari 600 orang.
  3. Gempa Selatan Malang 2021 (M6,1) – menyebabkan kerusakan di wilayah pesisir Jawa Timur.

Meskipun gempa-gempa tersebut tergolong besar, belum ada pelepasan energi skala megathrust penuh. Hal ini menandakan bahwa zona subduksi selatan Jawa masih “terkunci” dan menyimpan energi potensial yang sangat besar.


Potensi Tsunami dari Megathrust Selatan Jawa

Gempa megathrust biasanya disertai deformasi dasar laut secara tiba-tiba, yang mendorong air laut ke atas dan menimbulkan tsunami besar. Berdasarkan simulasi Pusat Riset Tsunami BMKG, jika gempa megathrust terjadi di selatan Jawa:

  • Ketinggian tsunami bisa mencapai 10–20 meter di beberapa titik seperti Pacitan, Cilacap, Kebumen, dan Pangandaran.
  • Waktu tiba tsunami (travel time) ke pantai selatan Jawa hanya sekitar 20–30 menit setelah gempa.
  • Gelombang tsunami dapat menjalar hingga ke pesisir Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Contoh Nyata: Tsunami Pangandaran 2006

Salah satu peristiwa yang menggambarkan ancaman megathrust adalah Tsunami Pangandaran 2006. Gempa berkekuatan 7,7 SR terjadi pada kedalaman 10 km di lepas pantai selatan Jawa Barat. Gelombang tsunami setinggi 7 meter menerjang pesisir Pangandaran, Cilacap, dan Kebumen, menewaskan lebih dari 600 orang dan menghancurkan ribuan rumah.

Meskipun tidak sebesar potensi megathrust penuh, kejadian ini menjadi peringatan dini bahwa zona subduksi selatan Jawa sangat aktif dan berbahaya.


Upaya Mitigasi di Wilayah Selatan Jawa

Untuk mengurangi dampak jika bencana megathrust terjadi, berbagai pihak telah melakukan langkah mitigasi struktural dan nonstruktural, antara lain:

1. Pemasangan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System)

BMKG dan Badan Informasi Geospasial (BIG) telah memasang buoy tsunami, tide gauge, dan sensor seismik di sepanjang pantai selatan Jawa untuk mendeteksi gempa dan perubahan muka laut secara real time.

2. Peta Risiko dan Zonasi Bahaya

Pemerintah daerah bekerja sama dengan PVMBG dan BNPB membuat peta rawan gempa dan tsunami yang digunakan untuk menentukan zona aman dan jalur evakuasi.

3. Edukasi dan Simulasi Evakuasi

Program “Sekolah Aman Bencana” dan simulasi tsunami rutin dilakukan di daerah pesisir seperti Cilacap, Pangandaran, dan Pacitan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.

4. Pembangunan Infrastruktur Tahan Bencana

Pemerintah daerah didorong untuk menerapkan standar bangunan tahan gempa terutama di zona merah tsunami, serta membangun shelter vertikal di wilayah padat penduduk pesisir.

Baca juga: Peran Palapa Ring dalam Pemerataan Digital Indonesia


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.