Home » IPS Kelas 7 » Potensi Bencana Alam di Bali dan Nusa Tenggara: Gunung Api hingga Tsunami
Posted in

Potensi Bencana Alam di Bali dan Nusa Tenggara: Gunung Api hingga Tsunami

Potensi Bencana Alam di Bali dan Nusa Tenggara: Gunung Api hingga Tsunami (ft.istimewa)
Potensi Bencana Alam di Bali dan Nusa Tenggara: Gunung Api hingga Tsunami (ft.istimewa)

Bali dan Nusa Tenggara dikenal sebagai kawasan wisata unggulan Indonesia dengan panorama alam yang menakjubkan. Namun, di balik keindahan alamnya, wilayah ini menyimpan potensi bencana alam yang cukup tinggi, mulai dari letusan gunung berapi, gempa bumi, hingga tsunami. Kondisi ini disebabkan oleh posisi geografis dan geologis wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Bagaimana Potensi Bencana Alam di Bali dan Nusa Tenggara?

Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang potensi bencana alam di Bali dan Nusa Tenggara, faktor penyebabnya, contoh nyata peristiwa yang pernah terjadi, serta langkah-langkah mitigasi yang telah dan perlu dilakukan oleh pemerintah serta masyarakat.


1. Kondisi Geologis Bali dan Nusa Tenggara

Secara geologis, wilayah Bali dan Nusa Tenggara berada pada jalur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire), daerah dengan aktivitas vulkanik dan seismik yang sangat tinggi.

  • Bali memiliki beberapa gunung api aktif seperti Gunung Agung, Gunung Batur, dan Gunung Batukaru.
  • Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki Gunung Rinjani, salah satu gunung tertinggi dan paling aktif di Indonesia.
  • Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki gunung api seperti Gunung Egon dan Gunung Lewotobi yang juga aktif.

Selain itu, wilayah ini berdekatan dengan zona subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia, yang menyebabkan tingginya risiko gempa bumi dan tsunami, terutama di daerah pesisir.


2. Potensi Bencana Alam di Bali dan Nusa Tenggara

a. Letusan Gunung Api

Gunung berapi di wilayah ini menjadi ancaman utama bagi penduduk sekitar. Aktivitas vulkanik tidak hanya menyebabkan letusan besar, tetapi juga aliran lava, hujan abu, dan lahar dingin.

Contoh nyata:
Letusan Gunung Agung pada tahun 2017–2018 menyebabkan ribuan warga mengungsi, penerbangan di Bandara Ngurah Rai terganggu, dan sektor pariwisata Bali mengalami kerugian miliaran rupiah.

Gunung Rinjani di Lombok juga pernah meletus pada tahun 2015, menimbulkan hujan abu di beberapa wilayah NTB dan menutup jalur pendakian selama berbulan-bulan.


b. Gempa Bumi

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara sering diguncang gempa bumi karena berada dekat dengan pertemuan lempeng tektonik.
Contoh nyata:
Pada tahun 2018, gempa besar mengguncang Pulau Lombok dengan kekuatan 6,9 SR. Akibatnya, lebih dari 400 orang meninggal dunia, ribuan rumah rusak, dan infrastruktur pariwisata mengalami kerusakan berat.

Gempa serupa juga pernah mengguncang Flores pada tahun 2021, yang dirasakan hingga Bali dan Sumbawa.


c. Tsunami

Ancaman tsunami di wilayah pesisir Bali dan Nusa Tenggara cukup besar, terutama akibat gempa bawah laut.
Contoh nyata:
Pada 12 Desember 1992, gempa bumi berkekuatan 7,8 SR di Laut Flores menyebabkan tsunami besar di Flores Timur, menewaskan lebih dari 2.500 orang dan menghancurkan ribuan rumah di sepanjang pesisir utara Nusa Tenggara Timur.

Selain itu, wilayah selatan Bali juga memiliki potensi tsunami yang cukup tinggi akibat subduksi Lempeng Indo-Australia di Samudra Hindia.


d. Bencana Hidrometeorologi

Selain bencana geologis, wilayah Bali dan Nusa Tenggara juga rawan bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang, tanah longsor, dan kekeringan.
Topografi perbukitan dan curah hujan tinggi di beberapa wilayah meningkatkan risiko longsor, sedangkan daerah seperti NTT sering mengalami kekeringan panjang akibat perubahan iklim global.


3. Dampak Bencana Alam di Bali dan Nusa Tenggara

Bencana alam membawa dampak yang luas terhadap kehidupan masyarakat:

  • Dampak Ekonomi: terganggunya sektor pariwisata, pertanian, dan perikanan.
  • Dampak Sosial: kehilangan tempat tinggal, trauma psikologis, dan menurunnya kualitas hidup.
  • Dampak Lingkungan: kerusakan ekosistem, hilangnya vegetasi, dan pencemaran udara akibat abu vulkanik.

Sebagai contoh, pasca-letusan Gunung Agung tahun 2017, kunjungan wisatawan ke Bali turun lebih dari 20%, sementara ribuan warga di sekitar gunung kehilangan sumber penghasilan dari sektor pertanian dan pariwisata.

Baca juga: Konektivitas Antarruang sebagai Pendukung Pertumbuhan Kota Pintar


4. Upaya Mitigasi Bencana

Untuk mengurangi risiko bencana, berbagai langkah mitigasi dilakukan oleh pemerintah, lembaga riset, dan masyarakat setempat:

  1. Pemantauan Gunung Api dan Gempa Bumi
    • Badan Geologi dan BMKG secara rutin memantau aktivitas seismik dan vulkanik melalui pos pengamatan di Bali, NTB, dan NTT.
    • Peringatan dini tsunami disiarkan melalui sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System).
  2. Pendidikan dan Simulasi Bencana
    • Sekolah-sekolah di Bali dan NTB telah mengadakan latihan evakuasi tsunami dan gempa secara berkala.
    • Program “Desa Tangguh Bencana” membantu masyarakat memahami prosedur evakuasi dan tanggap darurat.
  3. Penataan Ruang dan Infrastruktur
    • Pemerintah daerah mulai membangun jalur evakuasi, tempat pengungsian, dan peta risiko bencana di daerah pesisir.
    • Pengawasan ketat terhadap pembangunan di zona rawan bencana juga diperkuat.
  4. Peningkatan Kesadaran Masyarakat
    • Melalui media, pelatihan komunitas, dan teknologi digital, masyarakat kini lebih mudah mengakses informasi kebencanaan dan status aktivitas gunung api.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.