Fenomena iklim ekstrem semakin sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Curah hujan yang tidak menentu, suhu udara yang semakin panas, serta bencana alam seperti banjir dan kekeringan kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Perubahan ekstrem ini tidak hanya berdampak pada lingkungan fisik, tetapi juga pada kesehatan masyarakat, terutama dalam meningkatnya risiko penyakit menular dan terganggunya kesehatan lingkungan. Bagaimana Dampak Iklim Ekstrem terhadap Penyakit Menular dan Kesehatan Lingkungan?
Menurut laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia mengalami kenaikan suhu rata-rata sekitar 0,3–0,5°C dalam 30 tahun terakhir. Peningkatan ini berdampak langsung terhadap pola penyebaran penyakit, terutama yang ditularkan oleh vektor seperti nyamuk dan lalat.
Artikel ini membahas secara mendalam bagaimana iklim ekstrem berpengaruh terhadap penyebaran penyakit menular dan kesehatan lingkungan di Indonesia, serta langkah-langkah adaptasi yang perlu dilakukan.
1. Apa Itu Iklim Ekstrem?
Iklim ekstrem adalah kondisi cuaca yang jauh berbeda dari rata-rata iklim normal suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Contohnya antara lain:
- Gelombang panas (heatwave): suhu tinggi dalam waktu lama.
- Curah hujan ekstrem: hujan deras dalam durasi singkat yang memicu banjir.
- Kekeringan berkepanjangan: berkurangnya ketersediaan air bersih.
- Perubahan suhu dan kelembapan yang drastis.
Peristiwa ini kini semakin sering terjadi akibat perubahan iklim global, yang memengaruhi stabilitas ekosistem dan kehidupan manusia.
2. Hubungan antara Iklim Ekstrem dan Penyakit Menular
Penyakit menular dipengaruhi oleh tiga komponen utama: agens (penyebab penyakit), vektor (pembawa), dan inang (manusia). Iklim ekstrem memengaruhi ketiganya secara langsung maupun tidak langsung.
a. Peningkatan Kasus Penyakit yang Ditularkan Nyamuk
Iklim yang panas dan lembab menciptakan kondisi ideal bagi nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles untuk berkembang biak. Akibatnya, penyakit seperti:
- Demam Berdarah Dengue (DBD)
- Malaria
- Chikungunya
menjadi lebih sering muncul, bahkan di daerah yang sebelumnya tidak termasuk wilayah endemis.
Data Kementerian Kesehatan RI (2024) menunjukkan bahwa peningkatan suhu 1°C dapat meningkatkan populasi nyamuk hingga 10–20% di wilayah tropis.
b. Perubahan Pola Penyakit Berbasis Air
Hujan ekstrem dan banjir menyebabkan genangan air yang menjadi sarang penyakit seperti:
- Leptospirosis, akibat kontak dengan air yang terkontaminasi urine tikus.
- Diare dan kolera, akibat pencemaran air bersih oleh limbah dan bakteri E. coli.
Sebaliknya, kekeringan panjang dapat menurunkan ketersediaan air bersih, sehingga masyarakat terpaksa menggunakan sumber air yang tidak higienis.
c. Meningkatnya Risiko Infeksi Pernapasan
Kabut asap dari kebakaran hutan akibat kemarau ekstrem meningkatkan partikel polutan (PM2.5 dan PM10) di udara. Polusi ini menyebabkan:
- ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
- Asma kronis
- Bronkitis dan pneumonia
Kondisi ini sering kali diperparah oleh lemahnya sistem imun akibat paparan panas atau stres lingkungan.
3. Dampak Iklim Ekstrem terhadap Kesehatan Lingkungan
a. Degradasi Kualitas Air dan Tanah
Banjir besar dapat mencemari air bersih dengan bahan kimia, logam berat, dan limbah domestik. Sementara kekeringan menyebabkan tanah retak dan menurunkan kualitas lahan pertanian. Hal ini berpengaruh langsung terhadap:
- Produksi pangan → memicu gizi buruk.
- Penyebaran penyakit pencernaan akibat air tercemar.
- Penurunan produktivitas ekosistem lokal.
b. Kerusakan Infrastruktur Sanitasi
Curah hujan ekstrem sering merusak sistem drainase, saluran air, dan fasilitas MCK. Ketika sanitasi rusak, risiko penularan penyakit meningkat tajam, terutama di kawasan padat penduduk.
c. Peningkatan Polusi Udara
Gelombang panas dan kebakaran lahan memperparah polusi udara. Zat berbahaya seperti ozon troposfer dan karbon monoksida meningkat, mengganggu sistem pernapasan manusia dan hewan.
Baca juga: Konektivitas Digital untuk Pemerataan Pendidikan
4. Diagram Alur Dampak Iklim Ekstrem terhadap Kesehatan
Iklim Ekstrem (Panas, Hujan, Kekeringan)
│
▼
Perubahan Lingkungan Hidup
│
┌──────────────────────┐
│ Penyakit Menular │
│ – DBD, Malaria, Diare│
└──────────────────────┘
│
▼
Kesehatan Lingkungan Memburuk
(Air tercemar, polusi udara, sanitasi rusak)
│
▼
Penurunan Kualitas Hidup Masyarakat
Diagram di atas menggambarkan bagaimana iklim ekstrem memicu rantai dampak yang kompleks, dari perubahan ekosistem hingga meningkatnya penyakit menular dan degradasi lingkungan.
5. Contoh Kasus di Indonesia
a. Banjir Jakarta 2020
Curah hujan ekstrem menyebabkan banjir besar di Jakarta. Selain kerusakan fisik, tercatat lebih dari 10.000 kasus ISPA dan diare di pengungsian akibat lingkungan kotor dan sanitasi buruk.
b. Kekeringan di Nusa Tenggara Timur
Musim kemarau panjang membuat banyak warga menggunakan air sungai kotor untuk kebutuhan harian. Akibatnya, kasus diare dan infeksi kulit meningkat drastis.
c. Kabut Asap di Kalimantan dan Sumatera
Kebakaran hutan menyebabkan ribuan warga menderita gangguan pernapasan. Data Kemenkes menunjukkan lebih dari 200.000 kasus ISPA selama puncak kabut asap tahun 2019.
6. Strategi Mitigasi dan Adaptasi
Untuk melindungi kesehatan masyarakat dari dampak iklim ekstrem, diperlukan langkah terpadu antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat.
a. Mitigasi
- Mengurangi emisi karbon melalui energi terbarukan.
- Reboisasi dan pelestarian lahan gambut.
- Membangun kota hijau dengan sistem drainase ramah lingkungan.
b. Adaptasi
- Meningkatkan sistem surveilans penyakit berbasis iklim di wilayah rawan.
- Meningkatkan edukasi masyarakat tentang kebersihan air dan pencegahan penyakit.
- Memperkuat fasilitas kesehatan tangguh iklim (climate-resilient health systems).
- Menyediakan sistem peringatan dini (early warning system) dari BMKG dan Kemenkes untuk cuaca ekstrem.
7. Peran Masyarakat dalam Menjaga Kesehatan Lingkungan
Masyarakat dapat berkontribusi dalam mengurangi dampak iklim ekstrem melalui langkah sederhana seperti:
- Menjaga kebersihan lingkungan dan saluran air.
- Mengubur atau menutup tempat penampungan air agar nyamuk tidak berkembang biak.
- Menanam pohon di sekitar rumah untuk menjaga kelembapan dan menyerap panas.
- Menggunakan energi ramah lingkungan dan tidak membakar sampah sembarangan.
Kesadaran individu berperan penting dalam memperkuat ketahanan komunitas terhadap dampak perubahan iklim.
8. Kesimpulan
Iklim ekstrem memberikan dampak yang signifikan terhadap penyakit menular dan kesehatan lingkungan di Indonesia. Cuaca panas berkepanjangan, banjir, dan kekeringan menciptakan kondisi yang ideal bagi berkembangnya penyakit berbasis air dan vektor. Selain itu, kesehatan lingkungan seperti kualitas air, udara, dan sanitasi ikut memburuk.
Untuk mengatasinya, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, sektor kesehatan, dan masyarakat. Melalui mitigasi perubahan iklim, adaptasi kebijakan kesehatan, dan edukasi lingkungan, Indonesia dapat memperkuat ketahanan masyarakat terhadap ancaman kesehatan akibat iklim ekstrem.
💬 FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa yang dimaksud dengan iklim ekstrem?
Iklim ekstrem adalah kondisi cuaca yang sangat berbeda dari rata-rata normal, seperti gelombang panas, banjir besar, atau kekeringan panjang.
2. Bagaimana iklim ekstrem dapat memicu penyakit menular?
Kondisi lembab atau genangan air setelah hujan ekstrem menjadi tempat berkembang biak nyamuk dan bakteri penyebab penyakit.
3. Apa hubungan antara polusi udara dan kesehatan?
Polusi udara akibat kebakaran hutan dan panas ekstrem dapat menyebabkan ISPA, asma, serta gangguan paru kronis.
4. Siapa yang paling rentan terhadap dampak iklim ekstrem?
Anak-anak, lansia, ibu hamil, serta masyarakat miskin yang tinggal di daerah padat dan rawan bencana.
5. Bagaimana masyarakat dapat beradaptasi?
Dengan menjaga kebersihan lingkungan, memperbaiki sanitasi, menggunakan air bersih, serta mengikuti informasi cuaca dari BMKG.
📚 Referensi
- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2024). Analisis Iklim Ekstrem di Indonesia.
- Kementerian Kesehatan RI. (2024). Laporan Nasional Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan.
- WHO. (2023). Climate Change and Infectious Diseases.
- IPCC. (2022). Climate Change 2022: Impacts, Adaptation, and Vulnerability.
- UNDP Indonesia. (2023). Building Climate Resilience in Health Systems.
