Home » Sejarah » Hubungan Dagang Kerajaan Hindu-Buddha Nusantara dengan India dan Tiongkok
Posted in

Hubungan Dagang Kerajaan Hindu-Buddha Nusantara dengan India dan Tiongkok

Hubungan Dagang Kerajaan Hindu-Buddha Nusantara dengan India dan Tiongkok (ft.istimewa)
Hubungan Dagang Kerajaan Hindu-Buddha Nusantara dengan India dan Tiongkok (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara, hubungan dagang internasional memainkan peran besar dalam mendorong kemajuan ekonomi, sosial, budaya, bahkan spiritual. Dua negara yang memiliki hubungan paling erat dan berpengaruh terhadap perkembangan kerajaan-kerajaan Nusantara adalah India dan Tiongkok.

India menjadi sumber utama pengaruh agama Hindu dan Buddha, sementara Tiongkok berperan dalam pertukaran barang-barang mewah, teknologi, dan ajaran keagamaan terutama dari aliran Buddha Mahayana. Kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya, Kutai, Tarumanegara, Mataram Kuno, dan Majapahit membentuk jaringan perdagangan maritim yang kuat dan strategis, menjadikan Nusantara sebagai penghubung penting antara dua peradaban besar Asia.


Latar Belakang Hubungan Dagang

Secara geografis, wilayah Nusantara berada di posisi strategis: di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta di jalur pelayaran antara Tiongkok dan India. Posisi ini memungkinkan kerajaan-kerajaan di Indonesia menjadi simpul perdagangan penting.

Pengaruh India mulai masuk ke Nusantara sejak abad ke-1 Masehi melalui pedagang, pendeta, dan kaum intelektual yang membawa ajaran Hindu dan Buddha. Sementara itu, hubungan dagang dengan Tiongkok terjalin sejak masa Dinasti Han (206 SM – 220 M), yang mengirim utusan dan mencatat wilayah seperti Yavadvipa (Pulau Jawa) dan Dvipantara (kepulauan selatan).


Perdagangan antara Nusantara dan India

Barang Dagangan

Dari India, para pedagang membawa barang-barang seperti:

  • Kain sutra dan kapas
  • Rempah-rempah dari Asia Tengah
  • Manik-manik
  • Logam mulia dan senjata

Dari Nusantara, produk ekspor utama ke India meliputi:

  • Kayu cendana dan gaharu
  • Kapur barus
  • Lada dan pala
  • Gading dan emas
Penyebaran Budaya dan Agama

Tak hanya barang, India juga membawa pengaruh budaya yang besar. Aksara Pallawa, bahasa Sanskerta, cerita epik Ramayana dan Mahabharata, serta ajaran Hindu dan Buddha menyebar luas. Proses ini dikenal sebagai “Indianisasi”, yakni adopsi unsur budaya India oleh kerajaan lokal secara selektif.

Peran Kerajaan

Beberapa kerajaan yang menjalin hubungan erat dengan India:

  • Kutai (Kalimantan Timur): Menunjukkan pengaruh India melalui Prasasti Yupa.
  • Tarumanegara (Jawa Barat): Menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta dalam prasastinya.
  • Mataram Kuno: Menerima ajaran Buddha Mahayana dari India bagian timur (Nalanda).

Perdagangan antara Nusantara dan Tiongkok

Jalur Maritim dan Laut Tiongkok Selatan

Nusantara menjadi bagian penting dari Jalur Sutra Laut (Maritime Silk Road). Kapal-kapal Tiongkok berlayar melewati Selat Malaka menuju Sriwijaya atau langsung ke Jawa dan Bali. Mereka membawa:

  • Keramik dan porselen
  • Kain sutra
  • Obat-obatan herbal dan teh
  • Peralatan besi

Sebaliknya, dari Nusantara dikirim:

  • Rempah-rempah (cengkeh, pala, lada)
  • Sarang burung walet
  • Kayu aromatik dan kapur barus
  • Produk hasil hutan dan laut
Hubungan Diplomatik dan Keagamaan

Raja-raja Nusantara seperti dari Sriwijaya dan Majapahit menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Catatan dari Dinasti Tang dan Song menyebut kedatangan utusan dari kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Biksu terkenal dari Tiongkok, I-Tsing (Yijing), bahkan tinggal di Sriwijaya selama beberapa tahun (abad ke-7) untuk belajar bahasa Sanskerta dan teks Buddha sebelum melanjutkan perjalanannya ke India. Hal ini menegaskan peran Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran agama Buddha.

Baca juga: Arsitektur Monumen Nasional: Simbol Kejayaan dan Kemerdekaan Indonesia


Peran Kerajaan Hindu-Buddha dalam Jaringan Perdagangan

1. Sriwijaya: Penguasa Selat Malaka

Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya (abad ke-7–13) mengendalikan jalur pelayaran utama antara India dan Tiongkok. Dengan kekuatan armada lautnya, Sriwijaya memastikan keamanan bagi para pedagang dan memungut pajak dari kapal yang singgah.

Kejayaan Sriwijaya didukung oleh pelabuhan-pelabuhan internasional seperti di Palembang dan Jambi yang menjadi pusat logistik dan pertukaran budaya.

2. Majapahit: Raksasa Ekonomi dan Politik

Kerajaan Majapahit (abad ke-13–15) juga memiliki peran penting. Dengan kekuatan maritim dan pengaruh politiknya yang luas hingga Asia Tenggara, Majapahit menjalin hubungan dagang yang aktif dengan Tiongkok, India Selatan, bahkan Timur Tengah.

Barang dagangan Majapahit seperti beras, rempah, dan garam diekspor ke berbagai wilayah. Sementara dari luar, kerajaan ini mengimpor keramik, tekstil halus, dan logam.


Dampak Positif Hubungan Dagang Internasional

1. Pertumbuhan Ekonomi

Kerajaan-kerajaan mendapatkan pemasukan besar dari pajak pelabuhan dan perdagangan. Kota pelabuhan berkembang pesat menjadi pusat urban baru.

2. Penyebaran Agama dan Ilmu

Bersama dengan pedagang, datang pula guru agama, biksu, dan pendeta yang menyebarkan ajaran serta ilmu pengetahuan dari India dan Tiongkok.

3. Perkembangan Seni dan Arsitektur

Bangunan seperti Candi Borobudur (inspirasi Buddha India) dan Candi Prambanan (berdasarkan mitologi Hindu) adalah contoh langsung pengaruh budaya luar yang dipadukan dengan kearifan lokal.

4. Integrasi Budaya

Muncul akulturasi dalam seni, bahasa, pakaian, hingga sistem pemerintahan. Bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa menjadi standar penulisan resmi, sementara tradisi lokal tetap dipertahankan.


Kemunduran dan Perubahan Arah Hubungan Dagang

Seiring masuknya Islam pada abad ke-13 dan melemahnya kerajaan Hindu-Buddha, arah hubungan dagang Nusantara pun berubah. Pelabuhan-pelabuhan Islam seperti di Malaka, Demak, dan Aceh mulai menggantikan peran Sriwijaya dan Majapahit. Namun, warisan hubungan dagang masa Hindu-Buddha tetap menjadi fondasi penting dalam sejarah ekonomi maritim Indonesia.


Kesimpulan

Hubungan dagang antara kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara dengan India dan Tiongkok bukan hanya menciptakan pertukaran barang, tetapi juga pertukaran ilmu, kepercayaan, dan budaya. Kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Tarumanegara memanfaatkan letak strategis Nusantara untuk membangun kemakmuran dan pengaruh. Hubungan ini menjadi landasan penting bagi terbentuknya identitas budaya Indonesia yang plural dan terbuka terhadap dunia luar.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Mengapa hubungan dagang dengan India dan Tiongkok penting bagi kerajaan di Nusantara?
Karena melalui perdagangan, kerajaan-kerajaan mendapatkan barang mewah, pengetahuan, dan pengaruh budaya yang memperkaya peradaban lokal.

2. Apa saja barang dagangan utama dari Nusantara ke India dan Tiongkok?
Rempah-rempah (cengkeh, pala, lada), kayu cendana, kapur barus, emas, dan gading.

3. Bagaimana agama Hindu dan Buddha bisa masuk ke Indonesia?
Melalui pedagang, pendeta, dan pelajar dari India yang berinteraksi dengan masyarakat lokal selama aktivitas perdagangan.

4. Kerajaan apa saja yang memiliki hubungan kuat dengan Tiongkok?
Sriwijaya dan Majapahit memiliki hubungan diplomatik dan perdagangan aktif dengan Tiongkok, seperti tercatat dalam kronik Dinasti Tang dan Song.

5. Apa peninggalan nyata dari hubungan dagang ini?
Candi-candi seperti Borobudur dan Prambanan, prasasti beraksara India, serta penggunaan bahasa Sanskerta dalam kehidupan istana.


Referensi

  • Coedès, George. The Indianized States of Southeast Asia. University of Hawaii Press, 1968.
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Balai Pustaka, 1990.
  • Miksic, John N. Borobudur: Golden Tales of the Buddhas. Periplus Editions, 1990.
  • Muljana, Slamet. Sriwijaya. LKiS, 2006.
  • Kemendikbud RI – Peta Budaya Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.