Home » Sejarah » Gus Dur Setelah Lengser: Perannya sebagai Tokoh Bangsa dan Pemikir Demokrasi
Posted in

Gus Dur Setelah Lengser: Perannya sebagai Tokoh Bangsa dan Pemikir Demokrasi

Gus Dur Setelah Lengser: Perannya sebagai Tokoh Bangsa dan Pemikir Demokrasi (ft.istimewa)
Gus Dur Setelah Lengser: Perannya sebagai Tokoh Bangsa dan Pemikir Demokrasi (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dikenal luas sebagai Presiden keempat Indonesia. Namun, kiprahnya tidak berhenti setelah lengser dari jabatan presiden pada tahun 2001. Justru setelah turun dari kursi kekuasaan, Gus Dur semakin menunjukkan kualitasnya sebagai tokoh bangsa dan pemikir demokrasi sejati. Bagaimana Gus Dur Setelah Lengser: Perannya sebagai Tokoh Bangsa dan Pemikir Demokrasi?

Dengan pendekatan humanis, keberpihakan pada minoritas, serta gagasan besar tentang demokrasi dan pluralisme, Gus Dur terus memberikan kontribusi penting dalam perjalanan bangsa. Artikel ini akan membahas secara lengkap peran Gus Dur setelah lengser dan warisan pemikiran yang ia tinggalkan.

Gus Dur: Dari Presiden ke Tokoh Moral Bangsa

Lengsernya Gus Dur dari kursi kepresidenan melalui Sidang Istimewa MPR 2001 tidak mematahkan semangatnya untuk tetap berjuang bagi kepentingan rakyat dan demokrasi. Ia tetap aktif berbicara di berbagai forum nasional maupun internasional, mengkritik kebijakan pemerintah jika dianggap menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia.

Alih-alih menjadi oposisi politik formal, Gus Dur berperan sebagai tokoh moral bangsa — mengingatkan, mengawasi, dan memberikan pencerahan.

Aktivitas Gus Dur Pasca-Kepresidenan

1. Mendirikan dan Membina Organisasi Sosial

Setelah lengser, Gus Dur mendirikan beberapa organisasi yang bertujuan memperjuangkan demokrasi, hak asasi manusia, dan pluralisme, seperti The Wahid Institute (sekarang Wahid Foundation). Organisasi ini berfokus pada pengembangan demokrasi, perlindungan minoritas, serta penguatan dialog antaragama.

Gus Dur memandang pentingnya pendidikan politik kepada masyarakat untuk memperkokoh demokrasi yang baru tumbuh di Indonesia.

2. Terus Mengkritisi Pemerintahan

Gus Dur tidak ragu melontarkan kritik kepada pemerintahan yang berkuasa apabila dinilai melanggar prinsip demokrasi atau melakukan ketidakadilan sosial. Kritik-kritiknya tajam namun tetap dibalut dengan humor khasnya, sehingga tetap diterima dengan baik oleh publik.

Sikap ini menunjukkan bahwa bagi Gus Dur, loyalitas utamanya bukan pada kekuasaan, melainkan pada kebenaran dan rakyat.

3. Membela Kaum Minoritas

Di tengah meningkatnya intoleransi di beberapa wilayah Indonesia, Gus Dur tampil sebagai pembela bagi kelompok-kelompok minoritas. Ia membela hak-hak umat Kristen, Ahmadiyah, kelompok Tionghoa, hingga masyarakat adat.

Bahkan, Gus Dur pernah mengatakan bahwa dalam Islam, membela kelompok minoritas adalah bagian dari amanah keimanan.

4. Menjadi Duta Perdamaian Internasional

Gus Dur juga aktif di panggung internasional sebagai duta perdamaian. Ia sering diundang dalam berbagai konferensi dunia untuk berbicara tentang demokrasi, hak asasi manusia, dan dialog antaragama.

Dengan reputasi sebagai tokoh Muslim moderat yang berpengaruh, Gus Dur menjembatani persepsi antara dunia Islam dan Barat pasca tragedi 11 September 2001.

Pemikiran Gus Dur tentang Demokrasi

1. Demokrasi Bukan Sekadar Pemilu

Bagi Gus Dur, demokrasi bukan hanya tentang memilih pemimpin melalui pemilu. Demokrasi sejati harus melindungi hak-hak minoritas, menjamin kebebasan beragama, membangun keadilan sosial, dan mendorong partisipasi politik yang aktif dari semua elemen masyarakat.

2. Pentingnya Kebebasan Berpendapat

Gus Dur menekankan bahwa kebebasan berpendapat adalah pilar utama demokrasi. Ia sangat menentang segala bentuk represi terhadap kebebasan pers dan kebebasan berbicara, bahkan ketika itu mengkritik dirinya.

Sikap ini terlihat jelas saat Gus Dur menjadi presiden, di mana ia mencabut kontrol pemerintah terhadap media.

3. Toleransi Sebagai Fondasi Negara

Dalam pandangan Gus Dur, tanpa toleransi, demokrasi tidak akan bertahan lama di negara majemuk seperti Indonesia. Oleh sebab itu, ia menghabiskan banyak energi untuk mengkampanyekan toleransi antarumat beragama dan antarbudaya.

Baginya, perbedaan adalah rahmat yang harus dijaga, bukan sumber perpecahan.

Warisan Gus Dur bagi Bangsa Indonesia

1. Spirit Kebebasan dan Keadilan

Gus Dur mengajarkan kepada generasi penerus tentang pentingnya memperjuangkan kebebasan, keadilan, dan kemanusiaan. Ia menjadi inspirasi bagi banyak aktivis sosial, pejuang HAM, dan politisi muda yang berkomitmen terhadap nilai-nilai demokrasi.

2. Model Kepemimpinan Moral

Berbeda dengan pemimpin politik yang berorientasi kekuasaan, Gus Dur menunjukkan bahwa menjadi pemimpin adalah soal integritas, konsistensi dalam membela rakyat kecil, dan keberanian dalam memperjuangkan kebenaran, meski harus melawan arus.

3. Peninggalan Institusional

Melalui Wahid Foundation dan berbagai inisiatifnya, Gus Dur meninggalkan warisan institusional yang terus berjuang untuk membangun masyarakat yang damai, adil, dan demokratis di Indonesia.

Baca juga: Dampak Demokrasi Terpimpin terhadap Ekonomi dan Sosial di Indonesia

Gus Dur: Tokoh yang Tak Pernah Usang

Meski Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009, ide-idenya tetap hidup dan relevan. Banyak kalangan, baik di dalam maupun luar negeri, mengenang Gus Dur sebagai bapak pluralisme Indonesia. Ia adalah pengingat bahwa politik harus dijalankan dengan nurani, bahwa kekuasaan harus dipakai untuk melayani, bukan menindas.

Warisan intelektual dan moral Gus Dur menjadi salah satu fondasi penting bagi demokrasi Indonesia modern. Ia telah membuktikan bahwa menjadi seorang demokrat sejati berarti memperjuangkan hak semua orang — tanpa kecuali.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apa yang dilakukan Gus Dur setelah lengser dari kursi Presiden?
Gus Dur aktif mendirikan organisasi sosial, membela hak minoritas, mengkritisi pemerintahan, dan menjadi duta perdamaian di forum internasional.

2. Apa kontribusi terbesar Gus Dur pasca-kepresidenan?
Kontribusi terbesar Gus Dur adalah memperjuangkan demokrasi substantif, hak asasi manusia, serta membangun dialog antaragama di Indonesia dan dunia.

3. Bagaimana Gus Dur memandang demokrasi?
Gus Dur menganggap demokrasi bukan hanya soal pemilu, tapi juga soal perlindungan hak minoritas, keadilan sosial, dan kebebasan berpendapat.

4. Apa warisan yang ditinggalkan Gus Dur untuk Indonesia?
Warisan Gus Dur adalah nilai-nilai pluralisme, kebebasan, keadilan sosial, toleransi antaragama, dan model kepemimpinan moral yang tulus.

5. Apa organisasi yang didirikan Gus Dur setelah lengser?
Gus Dur mendirikan Wahid Institute (sekarang Wahid Foundation) untuk memperjuangkan demokrasi, pluralisme, dan hak asasi manusia.


Referensi

  • Kompas.com – Gus Dur dan Warisan Demokrasi Indonesia
  • CNN Indonesia – Gus Dur: Tokoh Toleransi dan Demokrasi
  • Tirto.id – Gus Dur, Pejuang Minoritas
  • Wahid Foundation

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.