Home » Sejarah » Perkembangan Organisasi Pergerakan di Indonesia pada Masa Penjajahan?
Perkembangan Organisasi Pergerakan di Indonesia pada Masa Penjajahan? (ft/istimewa)

Perkembangan Organisasi Pergerakan di Indonesia pada Masa Penjajahan?

Perkembangan organisasi pergerakan di Indonesia pada masa penjajahan merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Organisasi pergerakan ini muncul sebagai respons terhadap berbagai bentuk penindasan kolonial yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana organisasi-organisasi ini berkembang, apa yang mendorong kemunculannya, serta dampak yang ditimbulkan terhadap perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia.

Latar Belakang Munculnya Organisasi Pergerakan

Kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan ditandai oleh penderitaan akibat eksploitasi ekonomi dan ketidakadilan sosial. Sistem tanam paksa yang diterapkan Belanda, monopoli perdagangan, dan pembatasan kebebasan berpendapat menciptakan ketidakpuasan di kalangan masyarakat. Selain itu, masuknya pendidikan Barat melalui sekolah-sekolah kolonial melahirkan kaum terpelajar yang mulai mempertanyakan legitimasi kekuasaan kolonial.

Kaum terpelajar inilah yang menjadi pelopor berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Mereka memahami pentingnya organisasi sebagai alat untuk menggalang kekuatan, meningkatkan kesadaran nasional, dan melawan penjajahan. Faktor lain yang turut mendorong adalah pengaruh gerakan nasionalis di negara lain, seperti India dan Filipina, serta kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905 yang membuktikan bahwa bangsa Asia mampu melawan kekuatan kolonial Barat.

Tahap-Tahap Perkembangan Organisasi Pergerakan

  1. Tahap Awal: Munculnya Organisasi Sosial dan Kultural Pada tahap ini, organisasi-organisasi yang muncul masih bersifat sosial dan kultural. Salah satu yang paling menonjol adalah Budi Utomo, yang didirikan pada 20 Mei 1908 oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dan mahasiswa STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen). Tujuan awalnya adalah memajukan pendidikan dan kebudayaan Jawa, namun dalam perkembangannya, organisasi ini turut mendorong kesadaran nasional.
    Organisasi lain yang muncul pada periode ini adalah Sarekat Dagang Islam (SDI), yang kemudian berubah menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912. SDI awalnya didirikan oleh Haji Samanhudi untuk melindungi pedagang-pedagang pribumi dari tekanan pedagang asing, khususnya Tionghoa. Ketika berubah menjadi SI, organisasi ini mulai memperjuangkan kepentingan nasional dan menjadi salah satu organisasi dengan anggota terbesar pada masanya.
  2. Tahap Kedua: Perkembangan Organisasi Politik Pada dekade kedua abad ke-20, organisasi pergerakan mulai mengadopsi tujuan-tujuan politik yang lebih jelas, seperti menuntut kemerdekaan Indonesia. Salah satu organisasi politik pertama adalah Indische Partij (IP), yang didirikan pada tahun 1912 oleh Tjipto Mangoenkoesoemo, Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat. IP memiliki visi untuk menciptakan Indonesia merdeka yang setara bagi semua penduduk, tanpa memandang ras.
    Pada tahun 1920, Partai Komunis Indonesia (PKI) didirikan sebagai cabang dari Komintern (Internasional Komunis). PKI menjadi partai politik pertama di Indonesia yang secara terang-terangan menuntut kemerdekaan penuh dari penjajahan Belanda.
    Sementara itu, SI yang sebelumnya lebih fokus pada isu-isu ekonomi dan agama mulai terpecah menjadi dua kubu: SI Putih yang tetap berorientasi pada agama di bawah Haji Agus Salim, dan SI Merah yang lebih condong ke ideologi komunis.
  3. Tahap Ketiga: Konsolidasi Nasionalisme Pada akhir 1920-an, organisasi-organisasi pergerakan mulai berfokus pada persatuan nasional. Hal ini ditandai oleh pembentukan Perhimpunan Indonesia di Belanda pada tahun 1925 oleh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di sana. Perhimpunan Indonesia menekankan pentingnya kesatuan bangsa dan kemandirian dari Belanda.
    Pada tahun 1927, Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berfokus pada perjuangan non-kooperatif melawan Belanda. PNI mengadopsi strategi perjuangan tanpa kompromi dengan kolonialisme dan mempopulerkan konsep “Marhaenisme,” yaitu perjuangan untuk kaum kecil dan tertindas.
    Puncak konsolidasi nasionalisme terjadi pada tahun 1928 dengan Sumpah Pemuda, yang diinisiasi oleh para pemuda dari berbagai daerah. Kongres Pemuda II menghasilkan tiga ikrar penting: satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Peristiwa ini menandai lahirnya identitas nasional yang kuat.
  4. Tahap Akhir: Perjuangan Melawan Jepang Pada masa pendudukan Jepang (1942–1945), organisasi pergerakan dipaksa untuk menyesuaikan diri. Jepang melarang organisasi politik, tetapi mendukung pembentukan organisasi-organisasi yang dapat mendukung kepentingan perang mereka, seperti Putera (Pusat Tenaga Rakyat) yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH Mas Mansur.
    Meskipun demikian, organisasi-organisasi ini juga dimanfaatkan oleh para tokoh pergerakan untuk mempersiapkan kemerdekaan. Jepang juga mendirikan milisi seperti Heiho dan PETA (Pembela Tanah Air), yang menjadi cikal bakal angkatan bersenjata Indonesia.

Baca juga: Organisasi Pergerakan Nasional di Indonesia

Dampak dan Warisan Organisasi Pergerakan

Organisasi-organisasi pergerakan pada masa penjajahan memberikan dampak yang signifikan bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia:

  1. Membangkitkan Kesadaran Nasional Organisasi seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam berhasil membangun kesadaran nasional di kalangan rakyat Indonesia, khususnya kaum terpelajar dan pedagang.
  2. Menyediakan Kader Pemimpin Organisasi-organisasi ini melahirkan banyak tokoh penting dalam sejarah Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka.
  3. Menciptakan Solidaritas Antar Etnis Dengan adanya organisasi pergerakan, berbagai suku dan kelompok etnis di Indonesia mulai bersatu dalam satu tujuan: meraih kemerdekaan.
  4. Merumuskan Strategi Perjuangan Pengalaman berorganisasi mengajarkan pentingnya strategi dan taktik dalam melawan penjajahan. Hal ini terlihat dari perbedaan pendekatan antara perjuangan kooperatif dan non-kooperatif.

Baca juga: Daftar Organisasi di Masa Pergerakan Nasional

Kesimpulan

Perkembangan organisasi pergerakan di Indonesia pada masa penjajahan mencerminkan evolusi kesadaran kolektif bangsa Indonesia. Dari organisasi sosial yang sederhana hingga organisasi politik yang kompleks, setiap tahap memberikan kontribusi penting bagi perjalanan menuju kemerdekaan. Melalui persatuan, pendidikan, dan keberanian, organisasi-organisasi ini berhasil mengukuhkan tekad bangsa Indonesia untuk merdeka, yang akhirnya terwujud pada 17 Agustus 1945.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top