Kerajaan Makassar, yang terletak di Sulawesi Selatan, merupakan salah satu kerajaan besar di Indonesia yang memiliki pengaruh signifikan dalam sejarah politik, ekonomi, dan budaya di Asia Tenggara, khususnya di kawasan timur Indonesia. Berdiri pada abad ke-16, kerajaan ini merupakan gabungan dari dua kerajaan besar, yakni Gowwa dan Tallo, yang kemudian membentuk sebuah entitas besar yang dikenal dengan nama Kerajaan Makassar. Kerajaan ini memainkan peran penting dalam perdagangan internasional, hubungan politik dengan bangsa Eropa, dan penyebaran agama Islam di wilayah timur Indonesia. Pada artikel ini, kita akan membahas sejarah, kejayaan, struktur pemerintahan, serta pengaruh Kerajaan Makassar dalam dinamika sosial dan budaya di Indonesia.
1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Makassar
Kerajaan Makassar terbentuk dari penggabungan dua kerajaan besar yang ada di Sulawesi Selatan, yaitu Kerajaan Tallo dan Kerajaan Gowwa. Meskipun kedua kerajaan ini sudah ada sejak abad ke-14, penggabungan keduanya terjadi pada sekitar tahun 1528 di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin dari Tallo. Penggabungan ini bertujuan untuk memperkuat kekuatan politik dan militer di wilayah tersebut, terutama untuk melawan ancaman dari kekuatan asing yang mulai memasuki wilayah Indonesia, seperti Portugis dan Belanda.
Gowwa dan Tallo sebelumnya merupakan kerajaan-kerajaan yang memiliki pengaruh besar di Sulawesi Selatan. Tallo, yang terletak di dekat Teluk Bone, dikenal sebagai pusat perdagangan yang sangat penting, sementara Gowwa, yang lebih ke pedalaman, memiliki kekuatan militer yang tangguh. Dengan penggabungan dua kerajaan ini, Makassar menjadi kekuatan besar yang mampu mengendalikan jalur perdagangan penting di kawasan timur Indonesia, serta memperluas pengaruhnya hingga ke wilayah-wilayah sekitarnya.
2. Kejayaan Kerajaan Makassar
Pada abad ke-16 hingga abad ke-17, Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Salah satu faktor utama yang mendukung kejayaan Makassar adalah letaknya yang strategis di pesisir barat Sulawesi Selatan, yang memungkinkan kerajaan ini untuk mengendalikan jalur perdagangan internasional di kawasan Asia Tenggara. Pelabuhan Makassar menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan berbagai wilayah, termasuk Maluku, Filipina, Malaysia, dan Cina.
Makassar juga memiliki peran penting sebagai penghubung antara perdagangan lokal dan perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari berbagai penjuru dunia datang ke Makassar untuk berdagang rempah-rempah, kain, logam, dan barang-barang lain. Di sinilah terjadi pertukaran budaya dan ekonomi yang pesat, yang membawa pengaruh besar bagi perkembangan Makassar.
3. Peranan Sultan Hasanuddin dalam Kejayaan Makassar
Salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah Kerajaan Makassar adalah Sultan Hasanuddin. Ia adalah raja yang memerintah pada abad ke-17 dan dikenal sebagai “Ayam Jantan dari Timur” karena perannya yang sangat penting dalam mempertahankan kemerdekaan Makassar dari serangan Portugis dan Belanda.
Sultan Hasanuddin memimpin Kerajaan Makassar pada masa yang penuh tantangan, di mana kekuatan Eropa seperti Portugis dan Belanda mulai memasuki wilayah Indonesia dan berusaha untuk menguasai jalur perdagangan rempah-rempah. Salah satu peristiwa paling terkenal pada masa pemerintahannya adalah Perang Makassar (1666-1669) melawan Belanda. Dalam pertempuran ini, Makassar berusaha mempertahankan kemerdekaannya dari dominasi kolonial Belanda. Meskipun Belanda akhirnya berhasil mengalahkan Makassar, perjuangan Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan kemerdekaan tetap dikenang sebagai salah satu perlawanan terbesar terhadap kolonialisme di Indonesia.
4. Struktur Pemerintahan Kerajaan Makassar
Kerajaan Makassar memiliki sistem pemerintahan monarki yang sangat kuat, di mana raja (Sultan) menjadi pemimpin tertinggi, baik dalam urusan pemerintahan, militer, maupun agama. Sultan memiliki kekuasaan yang hampir mutlak dan dibantu oleh pejabat-pejabat kerajaan yang terdiri dari para bangsawan dan pejabat tinggi.
Salah satu jabatan penting dalam pemerintahan Makassar adalah La Galigo, yang merupakan penasihat utama Sultan dan bertugas dalam urusan adat dan kebudayaan. Selain itu, ada juga Patola yang bertanggung jawab dalam urusan perdagangan dan pelabuhan, serta Tumandar yang memimpin pasukan militer kerajaan.
Kerajaan Makassar juga memiliki sistem administrasi yang sangat terorganisir. Setiap wilayah di bawah kekuasaan Kerajaan Makassar dipimpin oleh seorang Tumenggung, yang bertanggung jawab langsung kepada Sultan. Di bawah Tumenggung, terdapat pula pejabat-pejabat lokal yang mengurus urusan sehari-hari, seperti perpajakan dan keamanan.
5. Perdagangan dan Ekonomi Kerajaan Makassar
Salah satu faktor utama yang mendukung kejayaan Kerajaan Makassar adalah ekonomi yang berkembang pesat melalui perdagangan internasional. Makassar menjadi salah satu pelabuhan utama di Indonesia, yang menghubungkan berbagai wilayah di Asia Tenggara, Maluku, dan bahkan India dan Cina.
Pada masa kejayaannya, pelabuhan Makassar ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari berbagai bangsa, termasuk Portugis, Cina, dan Arab. Barang-barang yang diperdagangkan di Makassar antara lain rempah-rempah, hasil bumi, tekstil, logam, dan produk-produk lainnya. Kerajaan Makassar juga memiliki kebijakan yang mendukung perdagangan dengan memberi kebebasan kepada pedagang untuk beroperasi di pelabuhan, yang menjadikan Makassar sebagai salah satu pusat ekonomi terbesar di Asia Tenggara pada masa itu.
Kerajaan Makassar juga terkenal dengan kemampuan militernya untuk melindungi jalur perdagangan dari ancaman kekuatan asing. Sultan Hasanuddin, misalnya, mempersiapkan angkatan laut yang kuat untuk melawan serangan dari Portugis dan Belanda. Pasukan laut Makassar juga berperan penting dalam mengamankan jalur perdagangan dan memperluas pengaruh kerajaan ini.
6. Pengaruh Islam di Kerajaan Makassar
Sejak awal berdirinya, Kerajaan Makassar sudah terpengaruh oleh agama Islam, yang diperkenalkan melalui jalur perdagangan oleh pedagang-pedagang dari Gujarat, Persia, dan Arab. Islam diterima dengan cepat oleh masyarakat Makassar, dan kerajaan ini menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di kawasan timur Indonesia.
Islamisasi di Makassar berlangsung secara damai dan melibatkan kerjasama antara kerajaan dan para ulama. Para pedagang Muslim yang datang ke Makassar tidak hanya membawa barang-barang dagangan, tetapi juga ajaran agama Islam yang kemudian diterima dan berkembang pesat di kalangan masyarakat Makassar. Salah satu peninggalan penting dari masa Islamisasi ini adalah masjid-masjid yang dibangun di seluruh wilayah kerajaan, yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan.
Islam juga membawa perubahan dalam struktur sosial dan budaya masyarakat Makassar. Sistem adat yang sebelumnya didominasi oleh tradisi animisme mulai mengalami akulturasi dengan ajaran Islam, menciptakan sebuah identitas budaya yang khas, yang dikenal dengan sebutan bugis-makassar.
7. Kehancuran Kerajaan Makassar
Kejayaan Kerajaan Makassar mulai berakhir pada abad ke-17 setelah perlawanan sengit terhadap Belanda. Pada tahun 1667, Belanda berhasil memaksa Makassar untuk menandatangani Perjanjian Bongaya, yang mengharuskan kerajaan ini menyerahkan kendali atas pelabuhan-pelabuhannya kepada Belanda, serta menghentikan dukungan kepada perlawanan terhadap Belanda.
Setelah perjanjian ini, kerajaan Makassar semakin terbelenggu dalam cengkeraman kolonial Belanda. Pada tahun 1670, Kesultanan Makassar secara resmi runtuh dan jatuh ke tangan Belanda, yang kemudian menguasai wilayah tersebut sebagai bagian dari Koloni Hindia Belanda. Meskipun demikian, pengaruh Kerajaan Makassar dalam bidang perdagangan, budaya, dan agama tetap meninggalkan jejak yang mendalam di Sulawesi dan sekitarnya.
Baca juga: Peran Pendidikan Islam dalam Bermasyarakat
8. Warisan Kerajaan Makassar
Meskipun Kerajaan Makassar telah runtuh, warisan dari kerajaan ini masih dapat ditemukan hingga saat ini. Kejayaan Makassar dalam bidang perdagangan dan penyebaran Islam tetap dikenang sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia. Masjid-masjid, budaya, dan sistem pemerintahan yang diterapkan oleh kerajaan ini menjadi dasar bagi perkembangan budaya dan agama di Sulawesi Selatan.
Selain itu, tradisi dan seni budaya Makassar, seperti bajoe (kapal tradisional Makassar), pantun, dan tari-tarian, masih hidup dan berkembang hingga saat ini. Warisan sejarah kerajaan ini turut membentuk identitas budaya masyarakat Sulawesi Selatan yang masih bertahan hingga kini.
Baca juga: Pengaruh Islam dalam Pembentukan Kerajaan-Kerajaan
Kesimpulan
Kerajaan Makassar, yang terdiri dari Kerajaan Gowwa dan Tallo, merupakan salah satu kerajaan besar yang berperan penting dalam sejarah Indonesia. Kejayaannya dalam perdagangan, politik, serta penyebaran Islam menunjukkan betapa pentingnya kerajaan ini dalam perkembangan Indonesia pada abad ke-16 hingga abad ke-17. Meskipun akhirnya runtuh pada abad ke-17 akibat tekanan kolonial Belanda, warisan budaya, agama, dan sejarah Kerajaan Makassar terus mempengaruhi kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan dan Indonesia pada umumnya.