Home » IPS Kelas 8 » Pengaruh Kondisi Geografis terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia sejak Masa Praaksara
Pengaruh Kondisi Geografis terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia sejak Masa Praaksara (ft/istimewa)

Pengaruh Kondisi Geografis terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia sejak Masa Praaksara

Indonesia, dengan lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di dua benua dan dua samudra, memiliki kondisi geografis yang sangat beragam. Kondisi ini, termasuk pegunungan, hutan tropis, dan lautan yang luas, telah membentuk kehidupan masyarakat Indonesia sejak masa praaksara. Masyarakat pada masa itu hidup dengan memanfaatkan lingkungan alam di sekitar mereka, yang kemudian memengaruhi cara hidup, pola pemukiman, dan kebudayaan mereka. Dalam artikel ini akan dibahas Pengaruh Kondisi Geografis terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia sejak Masa Praaksara.

Pengaruh Kondisi Geografis terhadap Kehidupan Masyarakat Praaksara

Pada masa praaksara, masyarakat Indonesia hidup dengan sangat bergantung pada alam. Mereka belum mengenal tulisan, sehingga seluruh aktivitas mereka, termasuk cara bertahan hidup, sangat ditentukan oleh kondisi geografis di sekitarnya. Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir lebih banyak bergantung pada hasil laut, seperti ikan dan kerang, sedangkan mereka yang tinggal di pedalaman mengandalkan berburu dan mengumpulkan hasil hutan.

Kondisi geografis yang beragam juga memengaruhi alat-alat yang digunakan oleh masyarakat praaksara. Misalnya, di daerah pegunungan, mereka memanfaatkan batu dan kayu untuk membuat alat-alat sederhana seperti kapak genggam dan alat serpih. Sementara itu, di daerah pesisir, mereka lebih sering menggunakan tulang ikan atau kerang untuk membuat peralatan sehari-hari.

Pola Pemukiman dan Adaptasi Lingkungan

Masyarakat praaksara Indonesia cenderung menetap di tempat-tempat yang memberikan akses mudah ke sumber daya alam yang mereka butuhkan. Di wilayah dengan tanah yang subur, seperti di sepanjang aliran sungai, masyarakat mulai belajar bercocok tanam, yang kemudian berkembang menjadi masyarakat agraris. Sungai menjadi pusat kehidupan karena menyediakan air bersih, ikan, dan jalur transportasi alami.

Sementara itu, di daerah pesisir, masyarakat praaksara mulai mengembangkan teknologi perahu sederhana untuk memudahkan aktivitas mencari ikan dan menjelajahi pulau-pulau sekitarnya. Kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan geografis ini menunjukkan bagaimana kondisi alam memengaruhi pola hidup dan perkembangan teknologi pada masa itu.

Baca juga: Tradisi Sejarah Masyarakat Masa Praaksara Tumbuh dari Kesadaran

Pengaruh terhadap Kebudayaan dan Kepercayaan

Kondisi geografis yang beragam juga memengaruhi kepercayaan dan kebudayaan masyarakat praaksara. Mereka seringkali mengaitkan fenomena alam dengan hal-hal yang bersifat spiritual. Misalnya, gunung yang tinggi dianggap sebagai tempat tinggal roh nenek moyang atau dewa-dewi. Kepercayaan ini kemudian berkembang menjadi kebudayaan megalitik, di mana masyarakat membangun monumen batu besar sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.

Selain itu, hutan lebat dan sungai yang dalam sering dianggap sebagai tempat yang keramat, yang harus dihormati dan dijaga. Kepercayaan-kepercayaan ini mencerminkan bagaimana masyarakat praaksara memandang alam sebagai bagian penting dari kehidupan mereka.

Baca juga: Sejarah Kehidupan Praaksara di Indonesia

Kesimpulan

Kondisi geografis Indonesia yang unik dan beragam telah memainkan peran kunci dalam membentuk kehidupan masyarakat sejak masa praaksara. Dari cara mereka bertahan hidup hingga perkembangan kebudayaan dan kepercayaan, semua dipengaruhi oleh lingkungan alam di sekitar mereka. Memahami pengaruh kondisi geografis ini penting untuk melihat bagaimana masyarakat Indonesia beradaptasi dan berkembang dari masa ke masa.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top