Home » Sosiologi » Hubungan antara kelas fundamental dengan kelas non-fundamental sendiri saling tergantung sama lain
Hubungan antara kelas fundamental dengan kelas non-fundamental sendiri saling tergantung sama lain

Hubungan antara kelas fundamental dengan kelas non-fundamental sendiri saling tergantung sama lain

Hubungan antara kelas fundamental dengan kelas non-fundamental sendiri saling tergantung sama lain. Hal ini disebabkan adanya perkembangan sejarah yang memungkinkan beralihnya kelas-kelas fundamental menjadi kelas-kelas non-fundamental, begitu juga sebaliknya.

Kelas-kelas fundamental akan merosot menjadi kelas-kelas non-fundamental ketika relasi-relasi produksi yang sebelumnya menjadi dasar yang dominan dari corak produksi tertentu lambat-laun dominasinya digantikan (secara bergilir) oleh relasi-relasi produksi yang baru.

Hubungan antara kelas fundamental, kemunculan relasi produksi yang baru kemundian mentransformasikan kelas-kelas non-fundamental menjadi kelas fundamental ketika relasirelasi produksi yang baru berhasil mengkonsolidasikan dirinya dan kemudian memunculkan corak produksi yang baru sama sekali.

Corak Produksi Kapitalis

Corak produksi kapitalis merupakan corak produksi yang unik. Dalam waktu singkat berhasil menyederhanakan struktur kelas dalam masyarakat, membelahnya menjadi dua, yakni antara segelintir kelas yang berkuasa dan massa proletariat yang terus tumbuh dan berkembang.

Pada pertengahan abad ke 19, jumlah kaum borjuis sangat banyak. Ini dikarenakan instrumen-instrumen kerja terutama dimiliki oleh para kapitalis menengah dan kecil. Di Inggris, kelas ini mencakup 8% dari seluruh penduduk yang masuk usia kerja;

di negeri-negeri lain proporsinya bahkan lebih besar lagi, sementara barisan buruh/pekerja upahan tidak melebihi separuh dari penduduk yang memasuki usia kerja.

Perkembangan kapitalisme monopoli telah menyebabkan konsentrasi produksi dan sentralisasi modal yang tiada bandingannya. Hal ini terutama terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Jumlah kaum borjuasi (golongan menengah ke atas) semakin mengecil di tengah masyarakat, karena adanya monopoli yang menghancurkan sejumlah besar kaum kapitalis kecil dan menengah. Di negeri-negeri kapitalis maju prosentasi kaum borjuis antara sebanyak 1% hingga 4% dari keseluruhan penduduk.

Kaum borjuisi (golongan menengah ke atas) muncul di kota-kota  Eropa pada akhir jaman feodal (ilustrasi foto/ApaContoh.com)

Kekayaan Kaum Borjuis

Akan tetapi, pada saat bersamaan kekuasaan dan kekayaan kaum borjuis monopolis di negeri-negeri kapitalis maju ini telah berlipat ganda. Hanya 1% keluarga dari seluruh keluarga di Amerika Serikat menguasai sekitar 80 % dari seluruh asset produksi.

Dalam tahapan kapitalisme pra-monopoli, kaum borjuis terutama terdiri dari sejumlah besar individu pemilik perusahaan kecil dan menengah, akan tetapi selama abad ke 20, tumbuh perusahaan saham gabungan sebagai bentuk pemilikan kapitalis yang dominan.

Baca juga Struktur sosial sebagai pola dari hak dan kewajiban para pelaku dalam suatu sistem interaksi

Awalnya, penjualan saham perusahaan ini merupakan cara menarik dana segar/ modal dan tabungan dari para borjuis kecil yang kaya untuk mengkonsentrasikan dan menanamkan dana untuk kepentingan para pemegang saham besar.

Para ekonom borjuis lalu menginterpretasikan hal ini dengan atau sebagai adanya transformasi perusahaan-perusahaan kapitalis menjadi ”milik umum” dan sebagai pertanda bangkitnya “kapitalisme rakyat”. Kenyataannya, dengan menjadi pemegang saham, seseorang tidak kemudian menjadi seorang kapitalis.

Terlebih lagi orang tersebut tidak memiliki hak bicara untuk menentukan jalannya perusahaan. Tujuan sesungguhnya dari perusahaan-perusahaan yang ”go public” adalah untuk menarik tabungan para buruh sehingga bisa dimanfaatkan guna melayani kepentingan pemilik saham besar. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top