Home » Sejarah » Warisan Kesultanan Demak dalam Sejarah Islam di Indonesia
Posted in

Warisan Kesultanan Demak dalam Sejarah Islam di Indonesia

Warisan Kesultanan Demak dalam Sejarah Islam di Indonesia (ft.istimewa)
Warisan Kesultanan Demak dalam Sejarah Islam di Indonesia (ft.istimewa)

Kesultanan Demak dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa dan memainkan peran besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Didirikan pada akhir abad ke-15, Kesultanan Demak menjadi pusat dakwah, politik, dan budaya Islam di Nusantara, terutama di wilayah pesisir utara Jawa. Walaupun eksistensinya tidak berlangsung lama, warisan Kesultanan Demak meninggalkan jejak yang sangat penting dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia.

Artikel ini akan membahas bagaimana Kesultanan Demak berkontribusi dalam penyebaran agama Islam, pembentukan institusi keagamaan dan pemerintahan Islam, pengaruh budaya dan sosial, serta peninggalan fisik yang masih bisa ditemukan hingga hari ini. Warisan Demak tidak hanya membentuk wajah Islam di Jawa, tetapi juga menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia.


1. Latar Belakang Berdirinya Kesultanan Demak

Kesultanan Demak berdiri sekitar tahun 1475 oleh Raden Patah, seorang bangsawan yang memiliki darah campuran Majapahit dan Tionghoa. Ia diyakini sebagai keturunan Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit, namun memeluk Islam dan menjadi murid dari Wali Songo, khususnya Sunan Ampel.

Raden Patah mendirikan Kesultanan Demak di pesisir utara Jawa Tengah, memanfaatkan letaknya yang strategis untuk perdagangan dan dakwah. Kota Demak saat itu menjadi pusat kegiatan ekonomi, budaya, dan spiritual yang berkembang pesat.


2. Peran Kesultanan Demak dalam Penyebaran Islam

Sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak memiliki misi utama untuk menyebarkan Islam ke seluruh pelosok Pulau Jawa. Dukungan kuat dari para Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, dan Sunan Kudus, memperkuat posisi Demak sebagai pusat penyebaran Islam.

Beberapa langkah penting Kesultanan Demak dalam dakwah Islam:

  • Membangun masjid-masjid dan pesantren, termasuk Masjid Agung Demak yang menjadi pusat spiritual dan pendidikan Islam.
  • Mengirim ekspedisi militer dan dakwah ke wilayah Hindu-Buddha seperti Majapahit, Blambangan, dan Pasuruan.
  • Mengangkat tokoh-tokoh lokal sebagai penguasa bawahan yang menyebarkan Islam di wilayah mereka, seperti di Palembang dan Banten.

Strategi dakwah Demak dilakukan dengan pendekatan kultural, yaitu melalui seni, wayang, dan budaya lokal agar Islam diterima tanpa konflik besar dengan tradisi setempat.


3. Masjid Agung Demak: Simbol Peradaban Islam

Salah satu warisan paling monumental dari Kesultanan Demak adalah Masjid Agung Demak, yang dibangun oleh Raden Patah dengan bantuan para wali. Masjid ini menjadi bukti kejayaan dan kecanggihan arsitektur Islam Nusantara abad ke-15.

Ciri khas Masjid Agung Demak:

  • Memiliki saka guru (tiang utama) yang konon dibuat dari potongan kayu oleh Sunan Kalijaga.
  • Menggabungkan unsur lokal seperti bentuk joglo dengan nilai-nilai Islam.
  • Menjadi pusat pertemuan politik dan keagamaan para ulama dan bangsawan Islam.

Masjid ini hingga kini masih berdiri kokoh dan menjadi destinasi wisata religi yang penting di Indonesia.


4. Sistem Pemerintahan Islam di Demak

Kesultanan Demak tidak hanya menjadi kerajaan religius, tetapi juga memiliki sistem pemerintahan yang stabil. Raja dipandang sebagai pemimpin spiritual dan politik, yang menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam pemerintahannya.

Raja atau Sultan bertindak sebagai amirul mukminin, dibantu oleh para ulama dan penasihat istana dari kalangan Wali Songo. Beberapa kebijakan penting yang diterapkan Demak antara lain:

  • Penegakan hukum Islam secara bertahap di wilayah kekuasaan.
  • Pembentukan pasukan jihad untuk menaklukkan wilayah-wilayah Hindu yang menolak Islam.
  • Penerapan wakaf dan zakat sebagai sistem ekonomi sosial Islam.

Demak juga membentuk aliansi dengan kerajaan Islam lainnya seperti Aceh dan Malaka, memperkuat jaringan Islam di Asia Tenggara.


5. Warisan Budaya dan Sosial

Kesultanan Demak mewariskan tradisi budaya yang masih hidup hingga kini, seperti:

  • Wayang kulit dengan lakon bernuansa Islami yang dikembangkan oleh Sunan Kalijaga sebagai media dakwah.
  • Seni ukir dan kaligrafi pada masjid dan bangunan keagamaan.
  • Tradisi Grebeg dan Sekaten yang bermula dari Kesultanan Demak dan kini dilestarikan oleh Keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Budaya Islam Demak tidak bersifat eksklusif, melainkan inklusif terhadap budaya lokal, sehingga Islam diterima dengan lebih damai dan mendalam oleh masyarakat Jawa.

Baca juga: B.J. Habibie: Masa Transisi dari Orde Baru ke Reformasi


6. Pengaruh Demak terhadap Kerajaan-Kerajaan Islam Selanjutnya

Setelah runtuhnya Demak akibat konflik dinasti dan perang saudara, kekuasaan Islam berpindah ke Kesultanan Pajang dan kemudian ke Kesultanan Mataram Islam. Meskipun pusat politik bergeser, nilai-nilai Islam yang dibawa oleh Demak tetap mengakar dalam struktur kekuasaan kerajaan-kerajaan tersebut.

Bukti pengaruh Demak:

  • Sistem kerajaan Islam di Pajang dan Mataram meniru struktur pemerintahan Demak.
  • Islam tetap menjadi agama resmi dan dominan.
  • Tradisi keislaman yang diwariskan oleh para wali terus dijalankan dalam kehidupan istana dan masyarakat.

Demak menjadi fondasi dari kerajaan-kerajaan Islam yang lebih besar di Jawa, dan meletakkan dasar bagi pembentukan budaya Jawa-Islam yang khas.


7. Nilai Strategis Warisan Demak bagi Indonesia Masa Kini

Dalam konteks modern, warisan Kesultanan Demak relevan dalam berbagai aspek:

  • Identitas keislaman Indonesia yang moderat, inklusif, dan toleran.
  • Model dakwah kultural yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks multikultural Indonesia.
  • Pelestarian situs sejarah sebagai bagian dari pendidikan dan kebudayaan bangsa.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan Masjid Agung Demak sebagai cagar budaya nasional. Di samping itu, kawasan Demak juga terus dikembangkan sebagai destinasi wisata religi.


Kesimpulan

Warisan Kesultanan Demak dalam sejarah Islam di Indonesia sangat besar dan mendalam. Sebagai pelopor kerajaan Islam di Jawa, Demak berhasil menggabungkan kekuasaan politik dengan dakwah Islam secara damai dan kultural. Kesultanan ini menciptakan fondasi peradaban Islam di Nusantara yang masih terasa hingga kini, baik dalam bentuk fisik seperti Masjid Agung Demak, maupun dalam tradisi, budaya, dan nilai-nilai sosial.

Demak bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga sumber inspirasi untuk masa depan Indonesia yang berakar pada nilai spiritual, toleransi, dan kebudayaan lokal yang kuat. Mengenali dan menghargai warisan ini adalah bagian dari upaya membangun bangsa yang beradab dan beridentitas.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Siapa pendiri Kesultanan Demak?
Raden Patah adalah pendiri Kesultanan Demak, yang juga merupakan murid Wali Songo dan keturunan raja Majapahit.

2. Apa warisan fisik paling terkenal dari Kesultanan Demak?
Masjid Agung Demak adalah warisan fisik paling terkenal, dibangun pada akhir abad ke-15 dan menjadi simbol kejayaan Islam Jawa.

3. Apa peran Wali Songo dalam Kesultanan Demak?
Wali Songo adalah penasihat spiritual dan dakwah utama yang membantu menyebarkan Islam melalui seni, budaya, dan pendidikan.

4. Mengapa Kesultanan Demak berpengaruh besar dalam sejarah Indonesia?
Karena menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa, menjadi pusat penyebaran Islam, dan meletakkan dasar-dasar kebudayaan Islam di Nusantara.

5. Apakah warisan Demak masih dirasakan di masa kini?
Ya. Nilai-nilai dakwah kultural, arsitektur masjid, tradisi wayang Islam, dan struktur pemerintahan Islam masih terasa di budaya Jawa dan Indonesia.


Referensi

  • Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c.1200. Stanford University Press.
  • Sunyoto, Agus. (2012). Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah.
  • Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia – https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
  • Historia.id – https://historia.id
  • Buguruku.com – https://buguruku.com – Media belajar IPS dan sejarah Indonesia.

Artikel ini dioptimalkan agar mudah diindeks oleh Google dan dapat digunakan sebagai referensi pembelajaran, penelitian, atau edukasi sejarah Islam di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.