Home » Sejarah » Warisan Kerajaan Pajajaran dalam Budaya Sunda Modern
Posted in

Warisan Kerajaan Pajajaran dalam Budaya Sunda Modern

Warisan Kerajaan Pajajaran dalam Budaya Sunda Modern (ft.istimewa)
Warisan Kerajaan Pajajaran dalam Budaya Sunda Modern (ft.istimewa)

Kerajaan Pajajaran, yang berjaya di wilayah barat Pulau Jawa antara abad ke-14 hingga ke-16, dikenal sebagai salah satu kerajaan Hindu terbesar yang berpengaruh dalam pembentukan identitas budaya masyarakat Sunda. Meskipun kerajaan ini telah lama runtuh, warisan budaya dan nilai-nilai sosialnya masih terasa hingga kini dalam kehidupan masyarakat Sunda modern. Artikel ini akan membahas secara lengkap bagaimana warisan Kerajaan Pajajaran masih hidup dalam berbagai aspek budaya Sunda kontemporer, seperti bahasa, kesenian, hukum adat, serta pandangan hidup masyarakat.


A. Sejarah Singkat Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran adalah kelanjutan dari Kerajaan Sunda dan Galuh yang disatukan pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. Kerajaan ini berpusat di Pakuan Pajajaran (kini wilayah Bogor) dan menjadi pusat kekuasaan politik, ekonomi, dan budaya di Tatar Sunda.

Kerajaan ini mengalami masa kejayaan dengan sistem pemerintahan yang kuat, perdagangan yang berkembang, dan budaya yang maju. Agama Hindu menjadi dasar spiritual dan kultural masyarakat, dengan pengaruh besar dalam kehidupan sosial, seni, dan adat istiadat.


B. Bahasa Sunda: Warisan Linguistik Kerajaan Pajajaran

Salah satu warisan paling nyata dari Kerajaan Pajajaran adalah bahasa Sunda. Bahasa ini telah berkembang sejak masa kerajaan dan tetap lestari sebagai bahasa daerah terbesar kedua di Indonesia setelah bahasa Jawa.

1. Kosakata Kuno dalam Bahasa Sunda Modern

Bahasa Sunda modern masih memuat banyak kosakata yang berasal dari era Pajajaran, terutama yang terkait dengan struktur pemerintahan, sistem adat, dan spiritualitas. Contohnya, kata seperti prabu (raja), karuhun (leluhur), dan resmi (resmi atau sah) merupakan warisan dari masa kerajaan.

2. Aksara Sunda Kuno

Warisan aksara dari masa Pajajaran dikenal sebagai Aksara Sunda Kuno, yang digunakan dalam berbagai prasasti seperti Prasasti Kawali dan Prasasti Batu Tulis. Saat ini, aksara Sunda telah direvitalisasi dan diajarkan kembali di sekolah-sekolah di Jawa Barat sebagai bagian dari pelestarian budaya.


C. Kesenian Sunda: Ekspresi Estetika dari Masa Lalu

Seni tradisional Sunda merupakan perpanjangan dari nilai estetika dan spiritual Kerajaan Pajajaran. Beberapa bentuk seni yang berkembang dari masa itu masih lestari hingga kini.

1. Wayang Golek

Wayang golek adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Tatar Sunda. Banyak cerita wayang golek, seperti Siliwangi, Ciung Wanara, hingga kisah Parahyangan, mengandung nilai dan simbolisme dari masa Pajajaran. Tokoh-tokoh legendaris dari kerajaan tersebut sering diangkat sebagai inspirasi cerita.

2. Musik Degung dan Kacapi Suling

Musik Sunda seperti degung dan kacapi suling memiliki nuansa meditatif dan spiritual yang mencerminkan kehidupan religius masyarakat Pajajaran. Instrumen-instrumen tersebut diyakini telah digunakan sejak masa kerajaan untuk upacara adat dan hiburan istana.

3. Tari Tradisional

Tari Jaipong dan Tari Merak merupakan bentuk tari tradisional Sunda yang mengekspresikan nilai-nilai keanggunan, keperkasaan, dan keharmonisan—cerminan dari etos hidup masyarakat kerajaan dahulu.


D. Hukum Adat dan Pandangan Hidup

Warisan hukum adat dan filosofi hidup dari masa Pajajaran masih sangat terasa dalam kehidupan masyarakat Sunda hingga kini.

1. Prinsip Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh

Prinsip ini yang berarti saling belajar, saling mengasihi, dan saling membimbing adalah bagian dari kearifan lokal yang berakar dari masa kerajaan. Nilai ini dijunjung tinggi dalam relasi sosial masyarakat Sunda modern, terutama dalam keluarga dan lingkungan desa.

2. Lembaga Adat

Beberapa daerah di Jawa Barat masih mempertahankan struktur lembaga adat seperti kasepuhan dan kepatihan, yang mengatur upacara keagamaan, pembagian tanah, dan hubungan sosial. Ini merupakan refleksi dari sistem sosial kerajaan yang sudah ada sejak era Pajajaran.


E. Tempat Suci dan Tradisi Spiritual

Beberapa situs yang dipercaya sebagai peninggalan Kerajaan Pajajaran masih menjadi tempat ziarah dan spiritual hingga kini. Salah satunya adalah Gunung Padang dan Prasasti Batu Tulis di Bogor.

Tradisi seperti nyekar (ziarah kubur leluhur), mapag Sri (ritual menyambut padi), serta upacara adat Seren Taun adalah bentuk pelestarian nilai spiritual Pajajaran yang diselaraskan dengan praktik Islam dan kepercayaan lokal saat ini.


F. Identitas Budaya Sunda Modern

Kerajaan Pajajaran telah menjadi simbol identitas budaya masyarakat Sunda. Referensi terhadap kerajaan ini muncul dalam berbagai aspek budaya pop dan kebijakan pemerintah daerah.

1. Nama Lembaga dan Organisasi

Banyak institusi, sekolah, dan yayasan menggunakan nama “Pajajaran” untuk menegaskan identitas Sunda, seperti Universitas Padjadjaran (Unpad) dan RSUP dr. Hasan Sadikin yang dahulu bernama Rumah Sakit Pajajaran.

2. Perayaan dan Festival Budaya

Pemerintah daerah dan komunitas budaya secara rutin menggelar festival yang menampilkan simbol-simbol Pajajaran, seperti Festival Prabu Siliwangi dan Festival Budaya Sunda di Bogor dan Ciamis.

Baca juga: Menelusuri Jejak Arsitektur Belanda di Indonesia: Kota-Kota yang Masih Mempertahankan Warisan Kolonial


G. Tantangan dan Harapan Pelestarian

Meskipun warisan Kerajaan Pajajaran masih kuat, tantangan pelestarian tetap ada:

  • Globalisasi dan modernisasi: arus budaya luar dapat menggerus nilai-nilai lokal jika tidak disikapi bijak.
  • Kurangnya pendidikan sejarah lokal: pembelajaran sejarah lokal masih belum merata dan kurang mendalam di sekolah.
  • Minimnya dokumentasi dan penelitian lanjutan: banyak situs dan naskah peninggalan belum didokumentasikan secara lengkap.

Namun, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap akar budaya, serta peran aktif generasi muda melalui media sosial dan komunitas budaya, warisan Kerajaan Pajajaran memiliki peluang besar untuk terus dilestarikan dan dikenalkan ke dunia.


Kesimpulan

Kerajaan Pajajaran mungkin telah runtuh secara fisik, namun warisannya terus hidup dalam budaya Sunda modern. Bahasa, kesenian, hukum adat, hingga pandangan hidup masyarakat Sunda masih menyimpan jejak kejayaan masa lalu. Melalui pendidikan, pelestarian seni, dan penguatan identitas budaya lokal, masyarakat Sunda hari ini berperan sebagai pewaris dan pelindung nilai-nilai luhur yang dibangun sejak masa Kerajaan Pajajaran. Pelestarian ini bukan hanya soal menjaga sejarah, tetapi juga menjaga jati diri bangsa yang majemuk dan kaya budaya.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apa saja warisan nyata Kerajaan Pajajaran yang masih terlihat saat ini?
Bahasa Sunda, Aksara Sunda, kesenian tradisional seperti wayang golek dan musik degung, serta prinsip hidup masyarakat seperti “silih asah, silih asih, silih asuh”.

2. Apakah masyarakat Sunda masih menjalankan tradisi spiritual dari masa Pajajaran?
Ya, dalam bentuk upacara adat seperti Seren Taun, nyekar, dan mapag Sri yang mencerminkan sinkretisme antara tradisi Hindu-Buddha dengan Islam dan kepercayaan lokal.

3. Bagaimana peran pemerintah dalam melestarikan warisan Pajajaran?
Pemerintah daerah sering mendukung pelestarian budaya melalui festival, pelajaran muatan lokal, serta program pelestarian situs sejarah dan naskah kuno.

4. Apakah Kerajaan Pajajaran hanya berdampak pada masyarakat Sunda?
Meski berpusat di wilayah Sunda, pengaruhnya meluas ke perdagangan antar kerajaan di Nusantara, termasuk hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain.

5. Bagaimana cara generasi muda bisa ikut melestarikan budaya Pajajaran?
Dengan belajar sejarah lokal, aktif dalam komunitas budaya, menggunakan bahasa Sunda, serta menyebarluaskan warisan budaya melalui media sosial dan platform digital.


Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.