Kesultanan Banten adalah salah satu kerajaan Islam besar di Nusantara yang berjaya sejak abad ke-16 hingga awal abad ke-19. Selain dikenal sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam, Kesultanan Banten juga meninggalkan warisan budaya dan arsitektur yang kaya dan bersejarah.
Meski telah lama runtuh, berbagai peninggalan Kesultanan Banten masih dapat ditemukan hingga hari ini, terutama di kawasan Banten Lama, Kota Serang, Provinsi Banten. Bangunan-bangunan megah, sistem tata kota, serta tradisi budaya menjadi bukti kemajuan peradaban Banten pada masa lalu.
Artikel ini akan mengulas secara lengkap tentang warisan budaya dan arsitektur Kesultanan Banten yang masih dapat disaksikan hingga kini, serta pentingnya pelestarian peninggalan bersejarah ini bagi generasi mendatang.
Sejarah Singkat Kesultanan Banten
Kesultanan Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati bersama putranya, Maulana Hasanuddin, pada abad ke-16 setelah mengislamkan wilayah Banten yang sebelumnya merupakan bagian dari Kerajaan Pajajaran. Dalam waktu singkat, Banten tumbuh menjadi kerajaan maritim dan perdagangan yang kuat karena letaknya strategis di jalur pelayaran internasional.
Kemakmuran dan kekuatan politik Banten mencapai puncaknya di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651–1682), yang dikenal sebagai pemimpin besar dan pembela kedaulatan. Masa ini juga ditandai dengan pembangunan berbagai infrastruktur penting, seperti pelabuhan, keraton, masjid, dan fasilitas publik lainnya.
Warisan Arsitektur Kesultanan Banten
1. Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten adalah ikon arsitektur Islam klasik di Indonesia yang dibangun pada tahun 1566 oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Masjid ini mencerminkan perpaduan gaya arsitektur Jawa, Cina, India, dan Arab.
Ciri khas arsitektur:
- Menara masjid berbentuk mercusuar, dibangun oleh arsitek asal Tionghoa, Tjek Ban Tjut.
- Atap limas bersusun lima menggambarkan filosofi Islam.
- Halaman luas sebagai tempat berkumpul dan kegiatan keagamaan masyarakat.
Masjid ini masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah dan menjadi destinasi wisata religi dan sejarah.
2. Keraton Surosowan
Keraton Surosowan merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Banten pada masa kejayaannya. Dibangun sekitar abad ke-16, keraton ini berfungsi sebagai istana sultan dan tempat tinggal keluarga kerajaan.
Kini, bangunan keraton tinggal reruntuhan, namun struktur dasar seperti benteng, parit, dan beberapa fondasi masih terlihat jelas.
Fitur penting:
- Tembok setinggi 2 meter dan ketebalan 1 meter.
- Terdapat bekas kolam pemandian dan saluran air.
- Arsitektur pertahanan khas kerajaan maritim.
Keraton Surosowan mencerminkan kemajuan sistem tata kota dan pertahanan Kesultanan Banten.
3. Benteng Speelwijk
Benteng ini dibangun oleh VOC pada tahun 1685 setelah Belanda menguasai Banten. Meski bukan dibangun oleh Kesultanan Banten, keberadaan Benteng Speelwijk menjadi bagian dari sejarah arsitektur masa transisi kekuasaan.
Benteng ini menggambarkan bagaimana kolonialisme mulai memengaruhi struktur fisik kota Banten, yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Islam.
Kegunaan:
- Pos militer dan pertahanan Belanda.
- Lokasi strategis menghadap laut.
Kini, benteng menjadi lokasi wisata sejarah dan edukasi bagi pengunjung.
4. Taman Sari Gua Sanghyang
Kompleks Taman Sari merupakan tempat peristirahatan dan meditasi bagi keluarga kerajaan. Terletak tidak jauh dari keraton, Gua Sanghyang dipercaya sebagai tempat spiritual untuk kontemplasi dan kegiatan keagamaan sultan.
Keunikan:
- Bangunan semi-bawah tanah yang menyatu dengan alam.
- Penuh nuansa mistis dan spiritualitas Islam.
Baca juga: Kota Tua Makassar: Perpaduan Sejarah dan Arsitektur Kolonial di Sulawesi Selatan
Warisan Budaya Kesultanan Banten
Selain arsitektur, Kesultanan Banten juga meninggalkan kekayaan budaya yang masih dijaga masyarakat hingga saat ini.
1. Tradisi Ziarah ke Makam Sultan
Makam para sultan, seperti Sultan Maulana Hasanuddin dan Sultan Ageng Tirtayasa, menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi terutama pada bulan-bulan Islam seperti Maulid Nabi dan Ramadan. Ziarah ini mencerminkan penghormatan terhadap tokoh sejarah dan spiritualitas Islam.
2. Upacara Panjang Mulud
Panjang Mulud adalah tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirayakan dengan arak-arakan makanan panjang berbentuk kerucut, diiringi musik tradisional. Tradisi ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan diwarisi sejak zaman kesultanan.
3. Seni Rampak Bedug dan Debus
- Rampak Bedug adalah seni memukul bedug secara serempak, menggambarkan semangat kebersamaan dan kekompakan masyarakat Banten.
- Debus adalah seni bela diri tradisional yang mempertunjukkan kekuatan fisik dan spiritual, serta menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah.
Nilai dan Makna Warisan Kesultanan Banten
Warisan arsitektur dan budaya Kesultanan Banten bukan hanya peninggalan fisik, tetapi juga menyimpan nilai-nilai penting seperti:
- Spiritualitas Islam: Masjid dan tradisi keagamaan menjadi pusat kehidupan masyarakat.
- Kemandirian politik: Peninggalan keraton dan benteng menunjukkan semangat pertahanan.
- Keragaman budaya: Arsitektur multikultural mencerminkan toleransi dan integrasi budaya luar.
- Pendidikan sejarah: Situs-situs ini menjadi sarana edukasi sejarah bagi generasi muda.
Tantangan dan Upaya Pelestarian
Sayangnya, banyak warisan Kesultanan Banten yang kini dalam kondisi rusak atau tidak terawat. Faktor-faktor penyebabnya antara lain:
- Kurangnya anggaran pemeliharaan.
- Kerusakan akibat cuaca dan usia bangunan.
- Aktivitas vandalisme dan kurangnya kesadaran masyarakat.
Pemerintah dan masyarakat kini mulai bergerak melalui:
- Revitalisasi situs Banten Lama.
- Pendaftaran warisan budaya ke UNESCO.
- Pendidikan sejarah di sekolah-sekolah.
- Kegiatan wisata edukatif.
Kesimpulan
Warisan budaya dan arsitektur Kesultanan Banten adalah cermin kejayaan masa lalu yang patut kita jaga. Dari megahnya Masjid Agung Banten hingga seni debus yang penuh makna, semuanya menyimpan sejarah panjang perjuangan, kebudayaan, dan spiritualitas masyarakat Banten.
Pelestarian situs-situs ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh masyarakat. Dengan mengenali dan menghargai peninggalan ini, kita turut menjaga identitas dan kebesaran sejarah bangsa Indonesia.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Di mana letak situs warisan Kesultanan Banten yang masih bisa dikunjungi?
Mayoritas peninggalan berada di kawasan Banten Lama, Kota Serang, Provinsi Banten.
2. Apa warisan arsitektur paling terkenal dari Kesultanan Banten?
Masjid Agung Banten adalah ikon utama yang masih berdiri kokoh dan digunakan hingga kini.
3. Apakah situs-situs Kesultanan Banten masih aktif digunakan?
Beberapa seperti Masjid Agung Banten masih aktif digunakan, sementara situs lain seperti Keraton Surosowan dan Benteng Speelwijk lebih bersifat wisata sejarah.
4. Bagaimana cara menuju Banten Lama?
Dari Jakarta, Anda bisa menggunakan kereta api atau kendaraan pribadi ke Serang, lalu melanjutkan perjalanan ke Banten Lama.
5. Apakah warisan budaya Kesultanan Banten dilestarikan secara resmi?
Ya, berbagai lembaga termasuk Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten, pemerintah daerah, dan komunitas lokal terlibat dalam pelestarian.
Referensi
- Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi.
- Pusat Informasi Cagar Budaya Banten. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
- Dinas Pariwisata Provinsi Banten. https://pariwisata.bantenprov.go.id
- Ensiklopedia Nasional Indonesia – Kesultanan Banten.
- Tim Badan Pelestarian Cagar Budaya Serang (2023). Banten Lama dan Peninggalan Kesultanan.