Home » Sejarah » Sultan Iskandar Muda: Raja Aceh yang Berjaya di Bidang Perdagangan dan Militer
Posted in

Sultan Iskandar Muda: Raja Aceh yang Berjaya di Bidang Perdagangan dan Militer

Sultan Iskandar Muda: Raja Aceh yang Berjaya di Bidang Perdagangan dan Militer (ft.istimewa)
Sultan Iskandar Muda: Raja Aceh yang Berjaya di Bidang Perdagangan dan Militer (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Sultan Iskandar Muda merupakan salah satu tokoh besar dalam sejarah Indonesia, khususnya di wilayah Sumatra. Ia dikenal sebagai raja terbesar Kesultanan Aceh yang berhasil membawa kerajaan tersebut ke puncak kejayaan pada abad ke-17. Di bawah kepemimpinannya, Aceh tidak hanya menjadi kekuatan militer yang ditakuti di kawasan Asia Tenggara, tetapi juga menjadi pusat perdagangan internasional yang penting.

Kejayaan Sultan Iskandar Muda mencerminkan perpaduan yang kuat antara kepemimpinan strategis, kekuatan angkatan laut, dan kemampuan diplomasi dagang. Artikel ini akan mengulas secara mendalam sosok Sultan Iskandar Muda, strategi pemerintahannya, pencapaian di bidang perdagangan dan militer, serta warisannya yang masih terasa hingga kini.

Latar Belakang dan Naiknya Iskandar Muda ke Takhta

Sultan Iskandar Muda lahir dengan nama asli Meukuta Alam pada tahun 1593. Ia adalah putra dari Sultan Mansur Syah dari Kesultanan Aceh dan cucu dari Sultan Alauddin Riayat Syah Sayyid al-Mukammal. Ketika muda, Iskandar Muda dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan tangguh. Setelah mengalami konflik internal istana dan persaingan perebutan takhta, ia akhirnya berhasil naik sebagai Sultan Aceh pada tahun 1607.

Setelah naik takhta, Iskandar Muda segera melakukan berbagai pembenahan di bidang pemerintahan, militer, dan ekonomi. Ia menyatukan kekuasaan dan menumpas pemberontakan bangsawan-bangsawan lokal demi memperkuat struktur pemerintahan Aceh.

Reformasi Pemerintahan dan Sentralisasi Kekuasaan

Salah satu langkah awal Iskandar Muda adalah memperkuat sistem pemerintahan dengan menyentralisasi kekuasaan ke tangan sultan. Ia membatasi kekuasaan para uleebalang (bangsawan lokal) agar tidak menjadi penghalang kebijakan pusat. Langkah ini membuat pemerintahan Aceh menjadi lebih solid dan stabil.

Ia juga menerapkan hukum Islam sebagai landasan hukum negara. Qadhi (hakim Islam) diberi kedudukan tinggi dalam sistem peradilan, dan peraturan-peraturan syariat mulai ditegakkan secara tegas di seluruh wilayah Kesultanan Aceh.

Kejayaan Militer Kesultanan Aceh

Iskandar Muda dikenal sebagai seorang panglima perang yang tangguh. Ia memperkuat angkatan laut dan darat Aceh secara besar-besaran. Kapal-kapal perang yang besar dan persenjataan canggih dibangun dengan bantuan ahli dari Turki Utsmani. Ia juga melatih pasukan infanteri dan kavaleri dengan disiplin tinggi.

Salah satu pencapaian militer terbesar Iskandar Muda adalah penaklukan Pahang (1617) di Semenanjung Malaya. Wilayah ini strategis karena merupakan penghasil timah dan memiliki jalur dagang penting. Selain Pahang, wilayah seperti Kedah, Johor, dan sebagian Sumatra juga berhasil ditaklukkan, menjadikan Kesultanan Aceh sebagai kekuatan utama di kawasan barat Nusantara.

Namun, tidak semua kampanye militernya berjalan mulus. Upaya penaklukan Melaka dari tangan Portugis pada tahun 1629 gagal meskipun dengan armada besar. Kegagalan ini tidak menyurutkan pengaruh Aceh sebagai kekuatan regional.

Aceh Sebagai Pusat Perdagangan Internasional

Di bawah kepemimpinan Iskandar Muda, Aceh menjadi salah satu pusat perdagangan terpenting di Asia Tenggara. Pelabuhan Aceh menjadi tempat singgah utama bagi kapal-kapal dagang dari Timur Tengah, India, Persia, dan Eropa. Komoditas utama yang diperdagangkan meliputi lada, emas, kapur barus, rempah-rempah, dan kain.

Iskandar Muda menerapkan kebijakan dagang yang menguntungkan kerajaan. Ia memonopoli perdagangan lada dan mengontrol distribusinya secara ketat. Para pedagang asing diizinkan berdagang, tetapi harus mengikuti aturan kerajaan. Hal ini memperkuat kontrol ekonomi dan menjamin pemasukan besar bagi negara.

Ia juga menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai kerajaan dan negara, termasuk dengan Turki Utsmani, Mughal India, dan Kesultanan Maroko. Hubungan ini tidak hanya bersifat dagang tetapi juga ideologis dalam konteks solidaritas Islam global melawan penjajahan Barat.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Budaya Islam

Iskandar Muda tidak hanya unggul dalam urusan militer dan ekonomi, tetapi juga mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya Islam. Ia mendukung para ulama, mendirikan madrasah, dan mendorong penulisan karya-karya keislaman.

Tokoh ulama terkenal pada masa pemerintahannya adalah Syamsuddin as-Sumatrani dan Nuruddin ar-Raniri. Karya-karya mereka dalam bidang tasawuf dan fikih menjadi warisan intelektual penting bagi Islam di Nusantara.

Kesultanan Aceh juga menjadi pusat penerjemahan dan penyebaran ilmu keislaman dari Timur Tengah. Hal ini menjadikan Aceh sebagai pusat dakwah dan studi Islam yang diperhitungkan.

Baca juga: Warisan Ekonomi Kolonial: Bagaimana Sistem Monopoli Belanda Membentuk Perekonomian Indonesia?

Sistem Sosial dan Ekonomi yang Terstruktur

Iskandar Muda membangun sistem sosial yang terstruktur. Ia membagi masyarakat ke dalam golongan berdasarkan peran dan kontribusinya terhadap kerajaan. Golongan-golongan tersebut antara lain:

  • Ulama: sebagai penasehat spiritual dan pelaksana hukum syariah.
  • Bangsawan: sebagai pelaksana pemerintahan daerah.
  • Rakyat biasa: sebagai petani, nelayan, dan pedagang.
  • Budak atau hamba sahaya: yang biasanya berasal dari tawanan perang.

Sistem ini memang hierarkis, namun cukup stabil untuk menjamin kelangsungan pemerintahan dan produktivitas ekonomi.

Warisan dan Akhir Pemerintahan

Sultan Iskandar Muda wafat pada tahun 1636 setelah memerintah selama hampir 30 tahun. Ia digantikan oleh menantunya, Sultan Iskandar Tsani. Meski penggantinya tidak sekuat dirinya, pengaruh Iskandar Muda masih terasa lama setelah kematiannya.

Warisan Iskandar Muda dapat dilihat dalam:

  • Sistem pemerintahan Aceh yang kuat dan terstruktur.
  • Tradisi keilmuan dan dakwah Islam yang masih dilestarikan.
  • Benteng-benteng dan pelabuhan dagang yang pernah menjadi pusat peradaban.
  • Hukum Islam yang menjadi rujukan kehidupan masyarakat Aceh.

Kini, nama Sultan Iskandar Muda diabadikan menjadi nama bandara internasional di Banda Aceh, serta menjadi simbol kejayaan sejarah Aceh.

Penutup

Sultan Iskandar Muda merupakan sosok pemimpin yang mampu menyatukan visi politik, kekuatan militer, keunggulan ekonomi, dan kejayaan budaya. Ia adalah contoh pemimpin Nusantara yang cerdas, progresif, dan berwawasan luas. Di bawah kekuasaannya, Aceh menjelma menjadi kerajaan besar yang diperhitungkan di kancah internasional.

Kisahnya menjadi inspirasi bagaimana kepemimpinan yang kuat dan terarah dapat membawa kejayaan suatu bangsa, bahkan dalam menghadapi tekanan dari penjajah dan kompetitor dagang global.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Siapa Sultan Iskandar Muda?
Sultan Iskandar Muda adalah raja terbesar Kesultanan Aceh yang memerintah dari tahun 1607 hingga 1636. Ia dikenal sebagai pemimpin militer yang tangguh dan penguasa perdagangan internasional di kawasan Asia Tenggara.

2. Apa pencapaian terbesar Sultan Iskandar Muda?
Pencapaian terbesarnya meliputi penaklukan Pahang, penguatan armada laut, monopoli perdagangan lada, serta menjadikan Aceh sebagai pusat dakwah dan studi Islam.

3. Mengapa Aceh menjadi pusat perdagangan pada masa Iskandar Muda?
Karena lokasinya yang strategis di jalur pelayaran internasional dan kebijakan dagang Iskandar Muda yang mengontrol dan memfasilitasi perdagangan global.

4. Apa hubungan Aceh dengan dunia Islam internasional saat itu?
Aceh menjalin hubungan diplomatik dan keagamaan dengan Kesultanan Turki Utsmani, Mughal India, dan Kesultanan Maroko, menunjukkan solidaritas Islam dan kekuatan dagang.

5. Apa warisan Iskandar Muda yang masih bisa ditemukan saat ini?
Warisan budaya, sistem pemerintahan Islam, hukum adat, serta peninggalan fisik seperti benteng dan pelabuhan, serta Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh.


Referensi

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Andaya, Leonard Y. The Kingdom of Aceh: Conflict and Diplomacy in the Muslim World. Cornell University Press, 2001.
  • Ricklefs, M.C. A History of Modern Indonesia since c. 1200. Stanford University Press, 2008.
  • https://www.perpusnas.go.id
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
  • https://acehprov.go.id
  • Ensiklopedia Islam. Departemen Agama RI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.