Soeharto adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah politik Indonesia. Namanya identik dengan masa Orde Baru, suatu era yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Namun, perjalanan Soeharto menuju puncak kekuasaan tidaklah singkat ataupun mudah. Ia memulai kariernya sebagai prajurit biasa dan kemudian merangkak naik hingga menjadi Presiden kedua Republik Indonesia. Artikel Soeharto: Dari Jenderal Militer ke Presiden Orde Baru akan membahas perjalanan hidup dan karier Soeharto dari awal karier militernya hingga masa kepemimpinannya yang kontroversial sebagai Presiden Orde Baru.
Awal Kehidupan dan Karier Militer
Soeharto lahir pada 8 Juni 1921 di Kemusuk, Yogyakarta. Latar belakang keluarganya sederhana. Ia sempat berpindah-pindah pengasuhan antara ayah dan ibu angkatnya. Pendidikan formal Soeharto hanya sampai tingkat menengah, namun ia memutuskan untuk bergabung dengan militer Hindia Belanda (KNIL) pada usia muda.
Ketika Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, Soeharto bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA), sebuah organisasi militer bentukan Jepang. Dari sinilah pengalaman militernya semakin berkembang.
Peran dalam Revolusi dan Konsolidasi Militer
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Soeharto bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian menjadi TNI. Ia menunjukkan kepemimpinan yang kuat dalam berbagai pertempuran selama masa Revolusi Fisik melawan Belanda.
Pada dekade 1950-an hingga awal 1960-an, Soeharto menduduki berbagai posisi penting di militer. Salah satu yang paling menonjol adalah saat ia memimpin Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD). Posisi ini memberinya kekuatan dan akses strategis yang sangat penting dalam dinamika politik Indonesia.
G30S/PKI dan Jalan Menuju Kekuasaan
Momen krusial dalam karier politik Soeharto terjadi pada 30 September 1965, ketika terjadi peristiwa Gerakan 30 September (G30S) yang menewaskan enam jenderal TNI. Soeharto mengambil langkah cepat dengan mengendalikan KOSTRAD dan menumpas gerakan tersebut.
Melalui Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang diberikan oleh Presiden Soekarno, Soeharto memperoleh kekuasaan untuk mengendalikan keamanan dan stabilitas nasional. Supersemar menjadi titik balik, karena setelahnya Soeharto secara de facto memegang kendali pemerintahan.
Pada tahun 1967, MPRS secara resmi mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Setahun kemudian, ia dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia yang kedua, mengawali era baru yang dikenal sebagai Orde Baru.
Orde Baru: Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi
Soeharto dikenal sebagai tokoh sentral dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Pemerintahannya membawa stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, terutama pada periode 1970-an dan 1980-an.
Berikut beberapa ciri utama Orde Baru:
- Stabilitas Politik: Melalui Golkar sebagai kendaraan politik, Soeharto membangun sistem politik yang terpusat dan minim oposisi.
- Pertumbuhan Ekonomi: Dengan bantuan para teknokrat seperti Widjojo Nitisastro dan Ali Wardhana, Soeharto menjalankan program pembangunan lima tahunan (Repelita) dan mendorong swasembada pangan.
- Modernisasi Infrastruktur: Jalan raya, waduk, sekolah, dan fasilitas umum berkembang pesat.
- Pendekatan Sentralistis: Semua kebijakan nasional dikontrol ketat dari pusat, termasuk pengawasan terhadap daerah dan kebebasan berpendapat.
Namun, di balik keberhasilan pembangunan ekonomi, Orde Baru juga dikenal sebagai rezim otoriter yang membatasi kebebasan pers, hak asasi manusia, dan partisipasi politik.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
Pada era 1990-an, semakin banyak kritik terhadap praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di lingkungan pemerintahan Orde Baru. Keluarga dan kerabat dekat Soeharto dianggap memiliki pengaruh yang besar terhadap kebijakan ekonomi dan proyek-proyek besar nasional.
Beberapa pengusaha yang dekat dengan Soeharto memperoleh fasilitas dan konsesi eksklusif, menciptakan kesenjangan ekonomi yang tajam. Hal ini memicu ketidakpuasan publik yang semakin besar, terutama dari kalangan mahasiswa dan masyarakat sipil.
Baca juga: Kebijakan Politik dalam Era Demokrasi Terpimpin: Antara Stabilitas dan Otoritarianisme
Jatuhnya Soeharto dan Akhir Orde Baru
Krisis moneter Asia tahun 1997 menghantam ekonomi Indonesia dengan sangat keras. Nilai rupiah merosot tajam, inflasi melonjak, dan pengangguran meningkat drastis. Kepercayaan publik terhadap pemerintahan Soeharto anjlok.
Gelombang demonstrasi besar-besaran, terutama dari mahasiswa, terjadi di berbagai kota besar. Tuntutan reformasi dan pengunduran diri Soeharto menggema kuat.
Pada 21 Mei 1998, setelah 32 tahun berkuasa, Soeharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden dan digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya Orde Baru dan awal era Reformasi.
Warisan Soeharto: Antara Pembangunan dan Otoritarianisme
Warisan Soeharto hingga kini masih menjadi bahan diskusi yang kompleks. Di satu sisi, ia dikenang sebagai pemimpin yang membawa stabilitas dan pembangunan ekonomi besar-besaran. Di sisi lain, pemerintahannya juga dicatat sebagai masa pelanggaran HAM, pembungkaman kritik, dan dominasi politik yang represif.
Beberapa prestasi yang masih dikenang antara lain:
- Swasembada beras pada tahun 1984
- Pembangunan infrastruktur dasar
- Perluasan pendidikan dan layanan kesehatan dasar
Namun, dosa-dosa politik seperti pembantaian pasca-1965, penghilangan aktivis, serta praktik KKN juga menjadi catatan hitam dalam sejarah bangsa.
Penutup
Soeharto: Dari Jenderal Militer ke Presiden Orde Baru. Ia adalah simbol dari suatu era panjang yang membentuk arah pembangunan dan politik Indonesia modern. Meski pemerintahannya telah usai, jejak dan pengaruhnya masih terasa hingga hari ini.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa latar belakang militer Soeharto sebelum menjadi Presiden?
Soeharto memulai karier militernya di KNIL, kemudian bergabung dengan PETA saat pendudukan Jepang, dan akhirnya menjadi perwira TNI yang memegang posisi strategis seperti Panglima KOSTRAD.
2. Apa itu Supersemar dan kenapa penting?
Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) adalah dokumen yang memberi kekuasaan kepada Soeharto untuk mengambil tindakan demi menjaga keamanan negara, dan menjadi dasar baginya untuk mengambil alih kekuasaan dari Soekarno.
3. Apa keberhasilan utama Orde Baru?
Beberapa keberhasilan utama Orde Baru adalah stabilitas politik, swasembada pangan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta pembangunan infrastruktur dan pendidikan dasar.
4. Mengapa Soeharto akhirnya mundur dari jabatannya?
Soeharto mundur karena tekanan dari krisis moneter 1997-1998, protes besar-besaran dari mahasiswa dan masyarakat, serta kehilangan dukungan politik dari para elit dan militer.
5. Apa dampak pemerintahan Orde Baru terhadap kebebasan sipil di Indonesia?
Orde Baru membatasi kebebasan pers, membungkam kritik terhadap pemerintah, dan melakukan pelanggaran HAM untuk menjaga stabilitas dan kekuasaan politik.
Referensi
- Ricklefs, M. C. (2008). A History of Modern Indonesia since c.1200. Palgrave Macmillan.
- Cribb, R. (1990). The Indonesian Killings 1965–1966: Studies from Java and Bali. Monash University.
- Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia’s Search for Stability. Westview Press.
- Tempo. (2011). Soeharto: The Untold Stories. Jakarta: KPG.
- Kompas.com. (https://www.kompas.com)
- Historia.id. (https://www.historia.id)