Kerajaan Pajajaran merupakan salah satu kerajaan besar di Nusantara yang berpusat di wilayah Jawa Barat, khususnya di daerah Pakuan (sekarang Bogor). Dalam sejarahnya, Pajajaran dikenal sebagai penerus dari Kerajaan Tarumanagara dan menjadi simbol kejayaan budaya Sunda di masa lampau. Di balik kejayaannya, kerajaan ini dipimpin oleh sejumlah raja yang berpengaruh, bijaksana, dan dihormati hingga kini. Artikel ini akan membahas raja-raja terkenal Kerajaan Pajajaran beserta masa pemerintahannya.
Asal Usul Kerajaan Pajajaran
Raja-Raja Terkenal Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Pajajaran berdiri sekitar abad ke-14 Masehi sebagai kelanjutan dari kerajaan-kerajaan Sunda sebelumnya, seperti Galuh dan Sunda. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau yang lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi, raja terbesar dalam sejarah Pajajaran.
Istilah “Pajajaran” berasal dari kata “jajar” yang berarti sejajar atau berdampingan, menunjukkan struktur pemerintahan dan tata kota yang tertib dan harmonis. Kerajaan ini juga dikenal karena nilai-nilai budayanya yang luhur dan sistem pemerintahan yang kuat.
1. Sri Jayabhupati (1030–1050 M)
Meskipun Sri Jayabhupati memerintah sebelum Kerajaan Pajajaran secara resmi terbentuk, ia merupakan tokoh penting yang dianggap sebagai leluhur para raja Pajajaran. Ia disebut dalam Prasasti Cibadak sebagai raja yang adil dan taat kepada ajaran Hindu.
Jayabhupati memimpin dari ibu kota kerajaan di Sunda, dan ia dikenal sebagai raja pertama yang berusaha mempersatukan wilayah Galuh dan Sunda. Ia dihormati karena berhasil menjaga stabilitas kerajaan dan membangun dasar-dasar hukum serta keagamaan.
2. Maharaja Linggabuana (Masa Tidak Tercatat Secara Pasti)
Raja-Raja Terkenal Kerajaan Pajajaran, Maharaja Linggabuana merupakan raja Pajajaran yang dikenal melalui kisah tragis Perang Bubat pada tahun 1357 M. Ia tewas dalam pertempuran dengan pasukan Majapahit saat hendak menikahkan putrinya, Dyah Pitaloka, dengan Raja Hayam Wuruk.
Kejadian ini menjadi salah satu momen kelam dalam sejarah hubungan antara Pajajaran dan Majapahit. Namun, keberanian Linggabuana dalam mempertahankan kehormatan kerajaan membuatnya dikenang sebagai raja yang bermartabat.
3. Niskala Wastu Kancana (1371–1475 M)
Niskala Wastu Kancana adalah putra Maharaja Linggabuana yang menjadi raja setelah Perang Bubat. Ia dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan membawa kembali stabilitas kerajaan setelah tragedi besar yang menimpa ayah dan saudara-saudaranya.
Pada masa pemerintahannya, pusat pemerintahan dipindahkan ke Pakuan Pajajaran (Bogor), yang kemudian berkembang menjadi pusat kekuasaan dan budaya Kerajaan Pajajaran. Niskala Wastu Kancana juga dikenal karena mendukung perkembangan keagamaan, khususnya Hindu-Siwa.
4. Sri Baduga Maharaja (1482–1521 M)
Sri Baduga Maharaja adalah raja terbesar dan paling terkenal dalam sejarah Pajajaran. Ia dikenal luas dengan nama Prabu Siliwangi, yang menjadi simbol kebesaran budaya Sunda.
Prabu Siliwangi memerintah dari ibu kota Pakuan Pajajaran dan membawa kerajaan ke puncak kejayaan. Beberapa pencapaian penting dalam masa pemerintahannya meliputi:
- Membangun infrastruktur kota Pakuan yang tertata rapi.
- Menjaga stabilitas politik dan memperkuat pertahanan kerajaan.
- Menegakkan nilai-nilai hukum dan keadilan.
- Mendorong kemajuan pertanian dan perdagangan.
Sri Baduga Maharaja sangat dihormati oleh rakyatnya, dan kisahnya menjadi legenda yang masih dikenang dalam cerita rakyat hingga saat ini.
5. Surawisesa (1521–1535 M)
Surawisesa adalah putra dari Sri Baduga Maharaja. Ia mewarisi kerajaan dalam kondisi makmur namun mulai menghadapi tekanan dari luar, terutama dari para pedagang dan misionaris asing serta kesultanan-kesultanan Islam yang mulai berkembang di pesisir.
Pada masa pemerintahannya, Surawisesa menjalin hubungan dagang dengan bangsa Portugis, yang saat itu telah menguasai Malaka. Ia juga memperkuat benteng pertahanan dan pelabuhan untuk mengamankan jalur perdagangan kerajaan.
Namun, tekanan dari Kesultanan Banten dan Cirebon mulai meningkat, dan Pajajaran mulai kehilangan kendali atas pelabuhan penting seperti Sunda Kelapa.
Baca juga: Warisan Infrastruktur Belanda di Indonesia: Dari Jalan Raya hingga Rel Kereta Api
6. Ratu Dewata (1535–1543 M)
Ratu Dewata adalah raja yang memerintah dalam masa transisi yang penuh tantangan. Ia mewarisi kerajaan yang sudah mulai melemah dari sisi militer dan ekonomi. Serangan dari Kesultanan Banten terus berlanjut, dan Ratu Dewata berusaha memperkuat posisi kerajaan secara spiritual dan budaya.
Ia dikenal sebagai raja yang taat agama dan mencoba menghidupkan kembali kekuatan dalam negeri dengan reformasi sosial dan keagamaan, meskipun hasilnya tidak cukup kuat untuk menghalau tekanan eksternal.
7. Ratu Sakti dan Ratu Nilakendra (1543–1579 M)
Pemerintahan Ratu Sakti dan kemudian dilanjutkan oleh Ratu Nilakendra ditandai oleh konflik internal dan pelemahan kekuatan politik Pajajaran. Pada masa ini, serangan dari Kesultanan Banten semakin kuat.
Ratu Nilakendra yang terakhir memerintah sebelum Pajajaran jatuh ke tangan Banten berusaha melarikan diri dan mempertahankan kerajaan dari luar ibu kota. Namun, pada 1579, ibu kota Pakuan jatuh, menandai akhir dari Kerajaan Pajajaran.
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran disebabkan oleh melemahnya kekuatan militer dan politik serta ekspansi Islam melalui Kesultanan Banten. Pada tahun 1579, pasukan Banten di bawah pimpinan Maulana Yusuf berhasil merebut ibu kota Pakuan, menandai berakhirnya kekuasaan Hindu-Sunda di tanah Jawa Barat.
Namun, semangat dan nilai-nilai Pajajaran tetap hidup dalam budaya Sunda hingga kini. Raja-raja Pajajaran, terutama Prabu Siliwangi, menjadi simbol kekuatan, keadilan, dan kebijaksanaan yang terus dikenang dalam cerita rakyat dan budaya lokal.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Siapa raja terbesar Kerajaan Pajajaran?
Raja terbesar dan paling terkenal adalah Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, yang memerintah dari tahun 1482 hingga 1521 M.
2. Apa penyebab utama runtuhnya Kerajaan Pajajaran?
Pajajaran runtuh karena serangan dari Kesultanan Banten pada tahun 1579, serta melemahnya pertahanan internal dan pengaruh Islam yang berkembang di wilayah Jawa Barat.
3. Siapa raja terakhir Kerajaan Pajajaran?
Raja terakhir yang memerintah secara efektif adalah Ratu Nilakendra, yang berkuasa hingga jatuhnya ibu kota Pakuan.
4. Apakah Prabu Siliwangi benar-benar ada?
Ya, Prabu Siliwangi adalah tokoh sejarah yang dikenal juga sebagai Sri Baduga Maharaja, meskipun banyak kisahnya dibumbui dengan unsur legenda dalam cerita rakyat Sunda.
5. Apa peninggalan penting dari masa Prabu Siliwangi?
Peninggalan pentingnya antara lain Prasasti Batutulis di Bogor, serta sistem pemerintahan dan nilai-nilai budaya Sunda yang diwariskan hingga kini.
Referensi
- Ekajati, Edi S. (2002). Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Pigeaud, T.G.Th. (1967). Literature of Java. The Hague: Martinus Nijhoff.
- Ensiklopedia Nasional Indonesia. (2001). Kerajaan-Kerajaan Nusantara. Jakarta: Balai Pustaka.
- Situs Resmi Pemerintah Kota Bogor: https://bogorkota.go.id
- Perpustakaan Nasional RI: https://www.perpusnas.go.id