Raden Patah adalah tokoh penting dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam perkembangan Islam di Pulau Jawa. Ia dikenal sebagai pendiri dan sultan pertama Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. Peran Raden Patah sangat besar dalam menggeser dominasi kerajaan Hindu-Buddha menjadi kerajaan Islam yang berpengaruh pada abad ke-15 hingga 16 Masehi. Bagaimana sejarah Raden Patah dan Berdirinya Kesultanan Demak?
Artikel Raden Patah dan Berdirinya Kesultanan Demak akan membahas latar belakang Raden Patah, proses berdirinya Kesultanan Demak, peran pentingnya dalam penyebaran Islam, serta warisan sejarah yang ditinggalkannya.
Latar Belakang Raden Patah
Raden Patah lahir pada sekitar pertengahan abad ke-15 di Palembang. Ia adalah keturunan dari keluarga kerajaan Majapahit. Menurut berbagai sumber sejarah, Raden Patah merupakan putra dari Raja Majapahit, Brawijaya V, dengan seorang putri dari Campa (wilayah di Asia Tenggara, kini bagian dari Vietnam).
Karena ibunya bukan berasal dari lingkungan bangsawan Majapahit, Raden Patah tidak mendapat tempat di istana. Ia kemudian diasingkan ke Palembang bersama ibunya. Di tempat inilah ia mulai mengenal dan memeluk agama Islam.
Setelah dewasa, Raden Patah kembali ke Pulau Jawa dan belajar agama Islam di bawah bimbingan para Wali Songo, terutama Sunan Ampel. Ia kemudian mendapatkan pengaruh kuat dari jaringan ulama yang aktif menyebarkan Islam di pesisir utara Jawa.
Proses Berdirinya Kesultanan Demak
Berdirinya Kesultanan Demak tidak bisa dilepaskan dari melemahnya Kerajaan Majapahit yang saat itu mengalami kemunduran akibat konflik internal dan tekanan dari kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya. Dalam situasi inilah Raden Patah, dengan dukungan para ulama dan tokoh masyarakat Islam, mendirikan pusat kekuasaan baru di pesisir utara Jawa, tepatnya di Demak.
Diperkirakan Kesultanan Demak berdiri pada tahun 1478. Raden Patah dinobatkan sebagai sultan pertama dengan gelar Sultan Alam Akbar al-Fatah. Penobatannya didukung penuh oleh para Wali Songo, menjadikannya pemimpin politik dan spiritual bagi umat Islam di Jawa.
Demak menjadi simbol kekuasaan Islam pertama yang berhasil menggantikan dominasi kerajaan Hindu-Buddha. Sejak saat itu, Islam berkembang pesat di wilayah Jawa dan Nusantara secara umum.
Peran Strategis Raden Patah dalam Penyebaran Islam
Sebagai sultan, Raden Patah tidak hanya memimpin secara politik, tetapi juga aktif mendukung dakwah Islam. Ia menjalin kerja sama erat dengan para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, dan Sunan Bonang. Kesultanan Demak menjadi pusat kegiatan dakwah, pendidikan Islam, serta pengembangan ekonomi dan budaya berbasis Islam.
Salah satu kontribusi besar Raden Patah adalah pembangunan Masjid Agung Demak, yang menjadi pusat penyebaran ajaran Islam dan tempat berkumpulnya para ulama dan tokoh masyarakat. Masjid ini dibangun bersama para Wali Songo dan menjadi simbol kebesaran Islam di Jawa.
Raden Patah juga mendorong penerapan hukum Islam dalam pemerintahan, seperti pengadilan syariah dan sistem administrasi berbasis nilai-nilai keislaman.
Hubungan Raden Patah dengan Wali Songo
Raden Patah memiliki hubungan erat dengan para Wali Songo yang merupakan jaringan ulama penyebar Islam di Jawa. Para wali memberikan legitimasi spiritual dan dukungan politik kepada Raden Patah untuk memimpin umat Islam. Dalam tradisi Islam Jawa, kekuasaan tidak hanya bersifat politis tetapi juga religius.
Sunan Ampel adalah tokoh yang sangat mempengaruhi Raden Patah dalam ajaran Islam. Putra Sunan Ampel, yaitu Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, juga menjadi pendukung kuat pemerintahan Demak. Dalam beberapa literatur, disebutkan bahwa penobatan Raden Patah sebagai sultan dilakukan atas restu para wali.
Keterlibatan Wali Songo inilah yang menjadikan Kesultanan Demak bukan sekadar kerajaan, tetapi juga sebagai pusat penyebaran dan pendidikan Islam di Nusantara.
Kebijakan Politik dan Militer
Di bawah kepemimpinan Raden Patah, Demak tidak hanya berkembang sebagai pusat agama, tetapi juga sebagai kekuatan politik dan militer. Salah satu langkah penting yang diambil Raden Patah adalah memerangi sisa-sisa kekuasaan Majapahit yang dianggap menghambat penyebaran Islam.
Demak juga aktif membangun aliansi dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya, termasuk kerajaan di pesisir Sumatra dan Kalimantan. Pengaruh Demak mulai merambah ke daerah-daerah seperti Jepara, Tuban, Gresik, dan bahkan Banten.
Raden Patah juga menjalin hubungan diplomatik dan dagang dengan kerajaan Islam di luar Nusantara, seperti Kesultanan Malaka dan Kesultanan Aceh. Hubungan ini memperkuat posisi Demak sebagai pusat kekuatan baru di Asia Tenggara.
Akhir Masa Pemerintahan dan Warisan
Raden Patah wafat sekitar tahun 1518. Sepeninggalnya, Kesultanan Demak dipimpin oleh menantunya, Pati Unus, dan kemudian oleh putranya, Sultan Trenggana. Di bawah Trenggana, Demak mencapai puncak kejayaannya.
Warisan terbesar Raden Patah adalah berdirinya kekuasaan Islam yang kuat di Jawa. Ia membuka jalan bagi penyebaran Islam yang lebih luas dan mendalam, tidak hanya di Jawa tetapi juga ke wilayah-wilayah lain di Indonesia.
Masjid Agung Demak dan sistem pemerintahan Islam yang diwariskan menjadi inspirasi bagi kerajaan-kerajaan Islam selanjutnya seperti Pajang, Mataram Islam, Banten, dan Cirebon.
Baca juga: Peran Perempuan dalam Perlawanan terhadap Penjajahan Belanda
Penutup
Raden Patah adalah tokoh monumental dalam sejarah Islam di Indonesia. Dengan keberanian dan kebijaksanaan, ia berhasil mendirikan Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Melalui peran aktifnya dalam dakwah dan pemerintahan, Raden Patah menciptakan fondasi bagi penyebaran Islam yang kuat dan berkelanjutan.
Kisah Raden Patah mengajarkan pentingnya kolaborasi antara kekuasaan dan spiritualitas, serta bagaimana seorang pemimpin dapat membawa perubahan besar dalam sejarah bangsa.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Siapakah Raden Patah?
Raden Patah adalah pendiri dan sultan pertama Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
2. Apa hubungan Raden Patah dengan Majapahit?
Raden Patah diyakini merupakan keturunan Raja Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit, hasil pernikahan dengan seorang putri dari Campa.
3. Kapan Kesultanan Demak didirikan?
Kesultanan Demak diperkirakan berdiri pada tahun 1478 di bawah kepemimpinan Raden Patah.
4. Apa kontribusi Raden Patah dalam penyebaran Islam?
Raden Patah membangun Masjid Agung Demak, mendukung dakwah para Wali Songo, dan menerapkan hukum Islam dalam pemerintahannya.
5. Siapa penerus Raden Patah setelah wafat?
Setelah Raden Patah wafat, Kesultanan Demak dipimpin oleh Pati Unus dan kemudian Sultan Trenggana.
Referensi
- Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi.
- Muljana, Prof. Slamet. (2005). Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKiS.
- Azra, Azyumardi. (2002). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Jakarta: Kencana.
- https://www.demakkab.go.id/
- https://www.kemdikbud.go.id/
- https://perpusnas.go.id/