Pulau Sumatra merupakan salah satu pusat peradaban awal di Nusantara yang memiliki peranan penting dalam sejarah Indonesia, terutama dalam penyebaran agama dan budaya dari luar, seperti Hindu, Buddha, dan Islam. Perkembangan kerajaan di Sumatra, dari masa ke masa Sumatra menjadi tempat lahirnya kerajaan-kerajaan besar yang tidak hanya berpengaruh secara lokal, tetapi juga memiliki jaringan internasional dalam bidang perdagangan, agama, dan politik.
Perkembangan kerajaan-kerajaan di Sumatra mencerminkan transformasi budaya dan religi yang dinamis, mulai dari pengaruh India hingga berkembangnya Islam sebagai kekuatan dominan. Artikel ini akan mengulas perkembangan kerajaan-kerajaan di Sumatra pada masa Hindu-Buddha dan Islam secara komprehensif.
Kerajaan Hindu-Buddha di Sumatra
1. Kerajaan Sriwijaya (Abad ke-7–13 M)
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim besar yang berbasis di Palembang, Sumatra Selatan. Kerajaan ini mulai dikenal dalam catatan Tiongkok pada abad ke-7 dan memainkan peran penting dalam perdagangan maritim Asia Tenggara.
Ciri-ciri penting Sriwijaya:
- Mengadopsi agama Buddha Mahayana sebagai agama kerajaan.
- Memiliki pusat pendidikan agama Buddha yang terkenal hingga ke Tiongkok dan India.
- Menjadi penguasa Selat Malaka, jalur perdagangan vital yang menghubungkan India dan Tiongkok.
- Menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok dan kerajaan-kerajaan di India.
Sriwijaya bertahan cukup lama sebagai kerajaan kuat hingga akhirnya mengalami kemunduran akibat serangan Kerajaan Chola dari India Selatan pada abad ke-11.
2. Kerajaan Melayu (Abad ke-13 M)
Kerajaan Melayu muncul setelah kemunduran Sriwijaya dan diduga berkedudukan di sekitar Jambi (Sumatra bagian timur). Meskipun sempat menjadi bagian dari wilayah Sriwijaya, Kerajaan Melayu kemudian berkembang menjadi kekuatan sendiri yang menjalin hubungan dagang dan diplomatik dengan Dinasti Yuan di Tiongkok.
Kerajaan ini juga berperan sebagai penerus warisan budaya Sriwijaya, tetapi secara bertahap mulai dipengaruhi oleh masuknya ajaran Islam dari pedagang asing.
Masa Transisi: Masuknya Islam ke Sumatra
Masuknya Islam ke Sumatra berlangsung secara bertahap melalui jalur perdagangan. Pedagang dari Gujarat, Persia, dan Arab membawa serta ajaran Islam ke pelabuhan-pelabuhan penting di pesisir Sumatra. Islam masuk ke masyarakat elite terlebih dahulu dan kemudian menyebar ke masyarakat umum.
Pusat-pusat kekuasaan di pesisir pun mulai berubah arah. Jika pada masa sebelumnya kekuasaan ditopang oleh legitimasi Hindu-Buddha, pada masa Islam kekuasaan sultan menjadi model pemerintahan baru.
Kerajaan Islam di Sumatra
1. Kerajaan Samudra Pasai (Abad ke-13–15 M)
Kerajaan Samudra Pasai dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia. Berdiri pada abad ke-13 di pesisir utara Sumatra (sekarang Lhokseumawe, Aceh Utara), kerajaan ini berperan sebagai pelabuhan dagang dan pusat penyebaran Islam di Nusantara.
Karakteristik Samudra Pasai:
- Didirikan oleh Malik Al Saleh, raja pertama yang memeluk Islam.
- Menjadi pusat perdagangan lada dan rempah-rempah yang penting.
- Menerapkan hukum Islam dalam pemerintahan dan kehidupan sosial.
- Berhubungan erat dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah dan India.
Samudra Pasai memainkan peran penting dalam proses Islamisasi masyarakat di Sumatra dan wilayah Indonesia barat lainnya.
2. Kesultanan Aceh Darussalam (1496–1904)
Aceh Darussalam adalah salah satu kesultanan Islam terbesar dan paling berpengaruh di Asia Tenggara. Berdiri setelah melemahnya Samudra Pasai, kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah dan mencapai puncaknya di bawah Sultan Iskandar Muda.
Peran penting Kesultanan Aceh:
- Menjadi pusat perdagangan dan pendidikan Islam.
- Mendirikan lembaga pendidikan Islam dan menampung ulama dari seluruh dunia.
- Mampu melawan kolonialisme Portugis di kawasan Selat Malaka.
- Mengembangkan hukum dan pemerintahan berbasis syariat Islam.
Kesultanan Aceh juga menandai kemajuan perempuan dalam kepemimpinan, dengan munculnya beberapa sultanah (ratu) yang memerintah setelah masa Iskandar Muda.
3. Kerajaan Siak Sri Indrapura (1723–1946)
Kerajaan Islam lainnya yang berpengaruh di Sumatra adalah Kesultanan Siak di Riau. Didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, Siak menjadi kerajaan Islam yang kuat di wilayah timur Sumatra.
Peran Kesultanan Siak:
- Mempunyai hubungan erat dengan kekuatan Islam di Malaka dan Johor.
- Menjadi pelindung agama Islam dan penyebarannya di pesisir timur Sumatra.
- Menjalin aliansi dengan Belanda pada masa-masa akhir sebagai strategi politik.
Kesultanan Siak merupakan salah satu kerajaan terakhir yang bertahan hingga masa kemerdekaan Indonesia, sebelum akhirnya bergabung ke dalam NKRI pada tahun 1946.
Baca juga: Warisan Infrastruktur Belanda di Indonesia: Dari Jalan Raya hingga Rel Kereta Api
Perbandingan Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Sumatra
Aspek | Hindu-Buddha (Sriwijaya, Melayu) | Islam (Pasai, Aceh, Siak) |
Agama Resmi | Buddha Mahayana, Hinduisme | Islam Sunni |
Pusat Kekuasaan | Palembang, Jambi | Aceh, Lhokseumawe, Siak |
Peran Internasional | Hub perdagangan India-Tiongkok | Hub diplomatik dan perdagangan dunia Islam |
Sistem Pemerintahan | Raja sebagai dewa/penjelmaan ilahi | Sultan sebagai pemimpin religius dan politik |
Warisan Budaya | Candi, prasasti, sastra kuno | Masjid, karya ulama, hukum Islam |
Pengaruh Warisan Sejarah terhadap Identitas Sumatra Kini
Perkembangan kerajaan-kerajaan di Sumatra, baik Hindu-Buddha maupun Islam, meninggalkan warisan besar bagi kebudayaan dan masyarakat Sumatra modern. Tradisi intelektual, hukum adat, sastra Melayu-Islam, hingga arsitektur masjid dan istana adalah bukti nyata peradaban yang telah lama berkembang.
Beberapa situs sejarah, seperti Candi Muaro Jambi, Masjid Raya Baiturrahman, dan Istana Siak, menjadi saksi sejarah dan tujuan wisata edukatif yang penting.
Kesimpulan
Sejarah kerajaan-kerajaan di Sumatra menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki tradisi panjang sebagai pusat kekuasaan, perdagangan, dan penyebaran agama. Kerajaan Hindu-Buddha seperti Sriwijaya dan Melayu menjadi pelopor peradaban maritim dan pusat studi Buddha di Asia Tenggara, sementara kerajaan-kerajaan Islam seperti Samudra Pasai, Aceh Darussalam, dan Siak Sri Indrapura menunjukkan kemampuan lokal dalam mengadaptasi Islam sebagai fondasi peradaban baru.
Transformasi ini mencerminkan kekayaan dan dinamika sejarah Indonesia, di mana agama, budaya, dan politik berbaur dalam perjalanan panjang peradaban Nusantara.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Sumatra?
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha terbesar dan paling berpengaruh di Sumatra.
2. Siapa pendiri Kerajaan Samudra Pasai?
Pendiri Samudra Pasai adalah Malik Al Saleh, raja Islam pertama di Indonesia.
3. Mengapa Kesultanan Aceh penting dalam sejarah Indonesia?
Karena perannya sebagai pusat kekuatan militer, perdagangan, dan penyebaran Islam di Asia Tenggara, serta perlawanan terhadap kolonialisme Eropa.
4. Apa bukti pengaruh kerajaan Islam di Sumatra saat ini?
Masjid-masjid kuno, hukum adat berbasis Islam, dan penggunaan aksara Arab Melayu (Jawi) dalam literatur lama.
5. Apakah kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Sumatra saling berhubungan?
Ya, beberapa kerajaan Islam seperti Melayu dan Aceh muncul dari bekas wilayah atau warisan budaya kerajaan Hindu-Buddha sebelumnya.
Referensi
- Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi, 2008.
- Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Jakarta: Kencana, 2004.
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
- https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id
- https://perpusnas.go.id
- https://www.britannica.com/place/Srivijaya-kingdom
- https://acehprov.go.id