Peralihan dari era Hindu-Buddha ke era Islam di Pulau Jawa menandai salah satu perubahan besar dalam sejarah Indonesia. Salah satu momen penting dalam peralihan ini adalah Perang Demak-Majapahit, sebuah konflik yang berujung pada runtuhnya Kerajaan Majapahit, kerajaan Hindu-Buddha terakhir dan terbesar di Jawa, serta lahirnya Kesultanan Demak sebagai kekuatan Islam baru di wilayah tersebut.
Artikel ini akan mengulas secara menyeluruh latar belakang, jalannya perang, tokoh-tokoh penting, hingga dampak besar yang ditimbulkan oleh perang ini terhadap peradaban Jawa.
Latar Belakang Konflik: Dua Era dalam Satu Pulau
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Nusantara. Namun, setelah kematian keduanya, kerajaan mengalami pelemahan yang signifikan. Faktor-faktor seperti perebutan takhta, korupsi, dan serangan luar mempercepat keruntuhannya.
Di sisi lain, Islam mulai menyebar dengan pesat melalui jalur perdagangan dan dakwah. Di wilayah pesisir utara Jawa, terutama di Demak, kekuatan baru sedang tumbuh. Raden Patah, seorang keturunan Majapahit yang telah memeluk Islam, mendirikan Kesultanan Demak dengan dukungan para ulama dan Wali Songo. Ini menjadikan Demak sebagai pusat pemerintahan Islam yang pertama di Pulau Jawa.
Ketegangan pun tak terelakkan. Keberadaan Demak sebagai kerajaan Islam dianggap mengancam kekuasaan dan dominasi Majapahit. Sebaliknya, Demak melihat Majapahit sebagai kerajaan tua yang sudah melemah dan menjadi penghalang berkembangnya Islam.
Siapa Raden Patah dan Kaitan dengan Majapahit?
Raden Patah diyakini sebagai putra dari Kertabhumi (Brawijaya V), raja terakhir Majapahit, dan seorang wanita Tionghoa yang memeluk Islam. Karena status ibunya yang bukan permaisuri resmi, Raden Patah tidak diakui sebagai pewaris takhta. Ia kemudian berguru kepada Wali Songo dan menjadi penguasa di Demak.
Hubungan darah ini membuat Raden Patah memiliki klaim atas tahta Majapahit. Namun, setelah terjadi perebutan kekuasaan di Majapahit antara Kertabhumi dan Girindrawardhana, Raden Patah melihat kesempatan untuk merebut warisan leluhurnya.
Jalannya Perang Demak-Majapahit
1. Konflik Awal dan Perebutan Tahta
Setelah Brawijaya V wafat dan Girindrawardhana naik takhta sebagai penguasa Majapahit yang baru, Raden Patah menganggap pengangkatan tersebut tidak sah. Girindrawardhana juga dikenal menolak Islam dan memusuhi para wali. Ini memicu ketegangan yang meningkat tajam antara Demak dan Majapahit.
2. Serangan Militer oleh Demak
Raden Patah memutuskan untuk mengirim pasukan ke Majapahit, dipimpin oleh Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor), yang kelak menjadi Sultan Demak kedua. Pasukan Demak menyerang pusat kekuasaan Majapahit di Trowulan, didukung oleh kekuatan militer Islam dari pesisir utara seperti Jepara, Kudus, dan Tuban.
Dalam pertempuran yang berlangsung sengit, pasukan Majapahit berhasil dikalahkan. Trowulan dibakar, dan pusat kekuasaan Hindu-Buddha itu runtuh. Beberapa bangsawan Majapahit melarikan diri ke daerah timur seperti Blambangan dan Bali, yang kemudian menjadi basis terakhir budaya Hindu di Nusantara.
3. Akhir dari Majapahit
Dengan jatuhnya Trowulan sekitar tahun 1478, Majapahit dinyatakan runtuh. Ini menjadi penanda berakhirnya kekuasaan Hindu-Buddha yang telah berakar selama berabad-abad di Jawa, dan dimulainya era Islam yang ditandai dengan kebangkitan Kesultanan Demak.
Dampak Runtuhnya Majapahit
1. Kebangkitan Islam di Jawa
Dengan hilangnya kekuatan besar Hindu-Buddha, Demak menjadi pusat pemerintahan baru berbasis Islam. Peran Wali Songo semakin besar dalam mendidik masyarakat dan memperluas dakwah Islam ke seluruh wilayah Jawa dan luar pulau.
2. Perpindahan Budaya ke Bali
Runtuhnya Majapahit menyebabkan migrasi besar-besaran para bangsawan, seniman, dan pemeluk Hindu-Buddha ke Bali. Inilah sebabnya Bali mempertahankan budaya dan tradisi Hindu hingga saat ini, yang merupakan kelanjutan dari budaya Majapahit.
3. Transformasi Politik dan Sosial
Pemerintahan Demak memperkenalkan sistem pemerintahan Islam, termasuk hukum-hukum syariah dan kebijakan berbasis keadilan sosial. Model pemerintahan ini menginspirasi kemunculan kesultanan Islam lain seperti Kesultanan Cirebon, Banten, dan Mataram Islam.
Tokoh-Tokoh Penting dalam Perang Demak-Majapahit
1. Raden Patah
Pendiri Kesultanan Demak dan tokoh utama dalam menjatuhkan Majapahit. Ia menjadi simbol peralihan dari Hindu-Buddha ke Islam di Jawa.
2. Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor)
Putra Raden Patah yang memimpin pasukan dalam penyerangan ke Majapahit. Ia dikenal sebagai pejuang Islam dan kelak menjadi sultan kedua Demak.
3. Girindrawardhana
Penguasa terakhir Majapahit yang menolak kekuasaan Raden Patah dan Islamisasi. Kepemimpinannya gagal mempertahankan kejayaan Majapahit.
Warisan Sejarah Perang Demak-Majapahit
Hingga kini, Perang Demak-Majapahit menjadi simbol besar perubahan zaman di Indonesia. Runtuhnya Majapahit tidak hanya bermakna politik, tetapi juga perubahan ideologi, kepercayaan, dan budaya. Banyak peninggalan budaya Majapahit diserap dalam Islamisasi Jawa, seperti arsitektur, kesenian, hingga sistem pemerintahan.
Situs-situs seperti Masjid Agung Demak, Kompleks Makam Wali Songo, dan peninggalan Majapahit di Trowulan menjadi saksi bisu perubahan besar yang membentuk identitas Jawa hingga kini.
Baca juga: Dampak Penjajahan Belanda terhadap Ekonomi dan Sosial di Indonesia
Penutup
Perang antara Kesultanan Demak dan Kerajaan Majapahit bukan hanya sekadar konflik politik, tetapi merupakan titik balik sejarah besar yang menandai peralihan dari era Hindu-Buddha ke era Islam di Jawa. Keberhasilan Demak dalam menjatuhkan Majapahit membuka jalan bagi tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara dan mengukuhkan posisi Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa penyebab utama Perang Demak-Majapahit?
Penyebab utamanya adalah perebutan takhta dan konflik ideologi antara Islam (Demak) dan Hindu-Buddha (Majapahit).
2. Siapa tokoh utama dalam perang ini?
Tokoh penting dari pihak Demak adalah Raden Patah dan Adipati Unus, sementara dari pihak Majapahit adalah Girindrawardhana.
3. Kapan runtuhnya Majapahit?
Secara umum, Majapahit dianggap runtuh pada tahun 1478 setelah serangan dari pasukan Demak.
4. Apakah Raden Patah adalah keturunan Majapahit?
Ya, Raden Patah diyakini sebagai putra dari Brawijaya V (raja terakhir Majapahit) dari seorang ibu berdarah Tionghoa.
5. Apa dampak dari perang ini terhadap budaya Jawa?
Perang ini mempercepat Islamisasi Jawa dan mendorong migrasi budaya Hindu-Buddha ke Bali, yang kemudian menjadi pusat tradisi Hindu.
Referensi
- Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi.
- Muljana, Slamet. (2005). Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKiS.
- Azra, Azyumardi. (2002). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara. Jakarta: Kencana.
- https://www.kemdikbud.go.id/
- https://www.demakkab.go.id/
- https://perpusnas.go.id/
- https://islamindonesia.id/
- https://www.britannica.com/place/Majapahit-empire