Kerajaan Sriwijaya bukan hanya dikenal sebagai kekuatan maritim dan pusat perdagangan di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga abad ke-13 M, tetapi juga memiliki peran besar dalam penyebaran agama Buddha ke berbagai wilayah Asia Tenggara. Peran Kerajaan Sriwijaya dalam Penyebaran Agama Buddha ke Asia Tenggara sebagai pusat pembelajaran dan spiritualitas, Sriwijaya menjadi tempat berkembangnya ajaran Buddha Mahayana yang berpengaruh luas, menjadikannya salah satu pusat studi keagamaan terbesar di kawasan timur dunia.
Artikel ini akan mengulas bagaimana Sriwijaya menjadi episentrum penyebaran agama Buddha, peran penting raja-raja Sriwijaya dalam memajukan pendidikan Buddha, serta hubungan spiritual dan intelektual dengan India, Tiongkok, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Latar Belakang Keagamaan Sriwijaya
Agama Buddha mulai berkembang di Sriwijaya sejak awal berdirinya kerajaan ini. Para raja Sriwijaya dikenal sebagai pemeluk dan pelindung ajaran Buddha Mahayana. Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat studi Buddha yang diminati para peziarah dan pelajar dari berbagai belahan Asia.
Letaknya yang strategis di jalur pelayaran internasional menjadikan Sriwijaya tidak hanya sebagai pusat perdagangan, tetapi juga hub spiritual yang dikunjungi para bhiksu, pendeta, dan pelajar.
Pusat Pendidikan Agama Buddha
1. Sriwijaya sebagai “Universitas” Asia Tenggara
Menurut catatan sejarah, Kerajaan Sriwijaya memiliki pusat pendidikan agama Buddha yang berfungsi hampir seperti universitas zaman dahulu. Para pelajar dari luar negeri, terutama dari India dan Tiongkok, datang untuk belajar filsafat Buddha, tata bahasa Sansekerta, logika, dan ilmu keagamaan lainnya.
Catatan penting datang dari I Tsing (Yi Jing), seorang biksu dari Tiongkok yang mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 M. Dalam perjalanannya ke India, I Tsing singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk mempelajari tata bahasa Sansekerta dan ajaran Buddha. Ia menyarankan para pelajar Tiongkok agar belajar di Sriwijaya sebelum ke India karena kualitas pendidikan di sana sangat baik.
2. Bahasa Sansekerta dan Aksara Pallawa
Sriwijaya menggunakan bahasa Sansekerta dan aksara Pallawa dalam banyak prasasti. Ini menunjukkan bahwa pendidikan keagamaan dilakukan dengan sistem yang mengacu pada standar India, tempat asal ajaran Buddha. Dengan demikian, Sriwijaya berhasil menjembatani ajaran dari India ke seluruh Asia Tenggara.
Peran Raja dalam Penyebaran Agama Buddha
Raja-raja Sriwijaya, seperti Dapunta Hyang dan raja-raja penerusnya, mendukung pembangunan tempat ibadah, pusat pendidikan, serta menyebarkan ajaran Buddha melalui ekspansi kekuasaan dan diplomasi ke wilayah lain.
Pembangunan Vihara dan Candi
Salah satu bukti peran raja dalam penyebaran agama Buddha adalah pembangunan taman Sriksetra seperti disebut dalam prasasti Talang Tuo. Taman ini dibangun demi kebahagiaan semua makhluk, yang mencerminkan ajaran welas asih Buddha.
Di berbagai wilayah kekuasaan Sriwijaya, seperti Jambi, Palembang, Bangka, dan bahkan Thailand Selatan, ditemukan vihara dan candi bercorak Buddha. Ini menunjukkan bahwa penyebaran agama dilakukan melalui infrastruktur keagamaan dan budaya.
Hubungan Internasional dan Penyebaran Buddha
1. Hubungan dengan India (Nalanda)
Sriwijaya memiliki hubungan erat dengan India, terutama pusat studi Buddha di Universitas Nalanda. Salah satu raja Sriwijaya, Raja Balaputradewa, tercatat membangun vihara untuk pelajar Sriwijaya di Nalanda. Dalam prasasti Nalanda, disebutkan bahwa Raja Balaputradewa meminta pendirian asrama bagi para pelajar Sriwijaya yang menuntut ilmu di India.
Hubungan ini memperkuat posisi Sriwijaya sebagai pusat keilmuan yang sejajar dengan Nalanda dan membantu membawa ajaran Buddha Mahayana ke Asia Tenggara.
2. Hubungan dengan Tiongkok
Sriwijaya menjalin hubungan diplomatik dan keagamaan dengan Tiongkok. I Tsing, seperti disebutkan sebelumnya, adalah saksi penting tentang peran Sriwijaya dalam jaringan spiritual regional. Selain itu, catatan Dinasti Tang menyebut Sriwijaya sebagai pusat agama Buddha yang sangat dihormati.
Sriwijaya juga mengirim utusan ke Tiongkok, menunjukkan bahwa kerajaan ini aktif dalam diplomasi budaya dan agama.
Penyebaran ke Wilayah Asia Tenggara Lainnya
Peran Kerajaan Sriwijaya dalam Penyebaran Agama Buddha ke Asia Tenggara. Sriwijaya secara langsung maupun tidak langsung membawa pengaruh ajaran Buddha ke wilayah seperti:
- Semenanjung Malaya (Kedah, Ligor)
- Thailand Selatan
- Kamboja dan Laos
- Jawa dan Bali
Di wilayah ini, ditemukan artefak, prasasti, dan candi bercorak Buddha yang menunjukkan pengaruh kuat dari Sriwijaya. Ajaran Buddha berkembang melalui jalur perdagangan, pernikahan politik, dan penyebaran bhiksu.
Baca juga: Bagaimana Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonialisme dan Imperialisme?
Bukti Arkeologis dan Historis
Berbagai peninggalan membuktikan peran Sriwijaya dalam penyebaran agama Buddha:
- Prasasti Nalanda di India yang menyebut nama Raja Balaputradewa.
- Candi Muaro Jambi di Jambi yang menjadi kompleks pendidikan Buddha.
- Arca Buddha Avalokitesvara bergaya Amarawati ditemukan di Palembang dan Sumatra Selatan.
- Prasasti Ligor di Thailand yang menandakan pengaruh kekuasaan dan keagamaan Sriwijaya.
Kemunduran dan Warisan
Meskipun akhirnya Sriwijaya melemah akibat serangan dari kerajaan seperti Chola (India) dan Majapahit, warisan spiritualnya tetap terasa. Penyebaran Buddha Mahayana dan budaya intelektualnya berpengaruh pada kerajaan-kerajaan berikutnya di Nusantara seperti Kerajaan Melayu dan Singhasari.
Kesimpulan
Kerajaan Sriwijaya memainkan peran penting dalam menyebarkan agama Buddha ke seluruh Asia Tenggara. Melalui pusat pendidikan, hubungan diplomatik dengan India dan Tiongkok, serta pembangunan tempat ibadah, Sriwijaya menciptakan fondasi budaya dan spiritual yang kuat. Peran aktif raja-raja Sriwijaya dalam pendidikan agama dan diplomasi internasional menjadikan kerajaan ini sebagai penghubung antara India, Tiongkok, dan Asia Tenggara dalam bidang keagamaan dan intelektual.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Mengapa Sriwijaya disebut sebagai pusat penyebaran agama Buddha?
Karena Sriwijaya memiliki pusat pendidikan Buddha yang besar dan menjadi tujuan belajar para pelajar dari Asia, termasuk dari Tiongkok dan India.
2. Siapakah I Tsing dan apa hubungannya dengan Sriwijaya?
I Tsing adalah biksu Tiongkok yang singgah di Sriwijaya selama perjalanannya ke India. Ia mencatat bahwa Sriwijaya adalah tempat yang ideal untuk belajar agama Buddha dan tata bahasa Sansekerta.
3. Apa saja bukti arkeologis yang menunjukkan pengaruh Buddha dari Sriwijaya?
Beberapa bukti termasuk prasasti Talang Tuo, prasasti Nalanda, candi Muaro Jambi, dan arca Avalokitesvara di Sumatra Selatan.
4. Apa hubungan Sriwijaya dengan Universitas Nalanda di India?
Raja Balaputradewa dari Sriwijaya meminta pembangunan asrama bagi pelajar Sriwijaya di Nalanda, menunjukkan hubungan pendidikan dan keagamaan yang erat.
5. Apakah ajaran Buddha Mahayana masih bertahan di wilayah bekas Sriwijaya?
Meskipun banyak wilayah berubah keyakinan, warisan arsitektur, budaya, dan nilai-nilai ajaran Buddha masih bisa ditemukan, terutama dalam bentuk candi dan prasasti.
Referensi
- Coedès, George. The Indianized States of Southeast Asia. University of Hawaii Press, 1968.
- Miksic, John N. Ancient Southeast Asia. Routledge, 2016.
- Munoz, Paul Michel. Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Editions Didier Millet, 2006.
- UNESCO.org – Sriwijaya and Nalanda Connection
- Perpusnas.go.id – Prasasti Nalanda dan Balaputradewa
- Kemdikbud.go.id – Tokoh dan Budaya Sriwijaya