Kerajaan Klungkung merupakan salah satu kerajaan paling berpengaruh dalam sejarah Bali, terutama dalam konteks politik dan budaya. Dikenal sebagai penerus Kerajaan Gelgel, peran Kerajaan Klungkung penting dalam menjaga stabilitas politik Bali setelah perpecahan kerajaan-kerajaan kecil serta menjadi pusat spiritual dan budaya Hindu di Pulau Dewata.
Klungkung bukan hanya simbol kekuasaan, tetapi juga lambang perlawanan terhadap kolonialisme, pelestarian nilai-nilai Hindu Bali, dan integrasi politik dalam masyarakat Bali. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang peran Kerajaan Klungkung dalam sejarah politik Bali dari masa kejayaan hingga kejatuhannya.
Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Klungkung
Kerajaan Klungkung didirikan pada akhir abad ke-17 sebagai kelanjutan dari Kerajaan Gelgel yang mengalami kemunduran akibat konflik internal. Setelah Kerajaan Gelgel pecah, pusat kekuasaan dipindahkan ke wilayah Klungkung oleh salah satu pewaris tahta Gelgel, yaitu Dewa Agung Jambe.
Dewa Agung dan keturunannya membangun istana baru di Semarapura, Klungkung, yang dikenal dengan nama Puri Agung Klungkung. Istana ini menjadi simbol kebangkitan dan kesinambungan kekuasaan raja-raja Bali dari masa klasik ke masa modern.
Letak Strategis dan Pusat Pemerintahan
Klungkung terletak di bagian timur Pulau Bali, dekat dengan pusat kerajaan sebelumnya di Gelgel. Lokasinya strategis sebagai pusat pemerintahan dan budaya karena dekat dengan jalur perdagangan laut dan darat, serta berada di jantung wilayah kekuasaan raja-raja Bali.
Puri Agung Klungkung, sebagai pusat kekuasaan, dirancang dengan struktur khas Bali yang mencerminkan sistem sosial dan spiritual Hindu. Di dalamnya terdapat Kerta Gosa, bangunan pengadilan kerajaan yang didekorasi dengan lukisan wayang tradisional Bali, menjadi simbol keadilan dan kearifan lokal.
Klungkung sebagai Pusat Politik dan Koordinator Raja-Raja Bali
Setelah keruntuhan Gelgel, Bali mengalami fragmentasi menjadi banyak kerajaan kecil seperti Buleleng, Karangasem, Gianyar, dan Bangli. Dalam situasi ini, Kerajaan Klungkung berperan sebagai “pemimpin simbolik” atau pengayom bagi raja-raja kecil lainnya.
Peran politik Klungkung dalam sistem kerajaan Bali:
- Sebagai pusat legitimasi kekuasaan: Raja Klungkung bergelar Dewa Agung, dan diakui memiliki darah keturunan suci dari Gelgel dan Majapahit, sehingga dianggap memiliki otoritas spiritual dan politik tertinggi.
- Mediator konflik antarkerajaan: Ketika terjadi perselisihan antar kerajaan kecil, Klungkung berperan sebagai penengah dan pemutus akhir.
- Penyelenggara upacara keagamaan besar: Klungkung sering menjadi tempat pelaksanaan upacara skala besar yang melibatkan seluruh kerajaan Bali, seperti Panca Wali Krama atau Eka Dasa Rudra.
Sistem Pemerintahan dan Struktur Sosial
Klungkung menerapkan sistem pemerintahan yang berbasis raja mutlak dengan dukungan bangsawan dan tokoh agama dari kasta Brahmana. Struktur sosial masyarakat mengikuti sistem kasta Hindu, dengan raja berada di puncak.
Jabatan penting dalam pemerintahan Klungkung:
- Dewa Agung: Raja tertinggi yang memegang kekuasaan politik dan spiritual.
- Patih Agung: Menteri utama yang mengatur administrasi kerajaan.
- Pemangku dan Pedanda: Tokoh spiritual dari kalangan Brahmana yang membimbing raja secara keagamaan.
- Punggawa: Kepala wilayah bawahan atau desa-desa yang tunduk pada kekuasaan Klungkung.
Hubungan dengan Belanda dan Masa Penjajahan
Pada abad ke-19, kekuatan kolonial Belanda mulai masuk ke Bali. Belanda melakukan serangkaian ekspedisi militer untuk menguasai kerajaan-kerajaan Bali. Beberapa kerajaan seperti Buleleng dan Karangasem telah tunduk kepada Belanda, namun Klungkung menolak keras dominasi asing.
Konflik antara Klungkung dan Belanda memuncak pada tahun 1908, ketika Belanda mengultimatum Dewa Agung Jambe agar menyerah. Raja Klungkung menolak, dan memilih berperang habis-habisan dalam peristiwa heroik yang dikenal sebagai Puputan Klungkung.
Perang Puputan Klungkung:
- Terjadi pada 28 April 1908.
- Dewa Agung Jambe dan keluarga kerajaan melakukan puputan (perang sampai mati).
- Ribuan rakyat Klungkung ikut serta, menunjukkan semangat patriotisme yang luar biasa.
- Peristiwa ini menjadi simbol perlawanan rakyat Bali terhadap penjajahan.
Warisan Budaya dan Politik Klungkung
Meskipun secara politis Kerajaan Klungkung dihancurkan Belanda, warisannya tetap hidup dalam budaya dan struktur sosial Bali modern.
Warisan penting dari Klungkung:
- Kerta Gosa: Peninggalan pengadilan kerajaan yang menjadi situs wisata sejarah dan pendidikan hukum tradisional Bali.
- Lukisan Wayang Kamasan: Gaya seni lukis klasik Bali yang berkembang di wilayah Klungkung.
- Struktur desa adat dan banjar: Masih mengikuti sistem pemerintahan tradisional yang dipengaruhi Klungkung.
- Nilai patriotisme: Puputan Klungkung menjadi inspirasi perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan kolonialisme.
Pengaruh Spiritual dan Agama
Sebagai penerus Kerajaan Gelgel, Klungkung mewarisi peran sebagai pusat spiritual Hindu di Bali. Raja Klungkung dianggap sebagai pemimpin yang memiliki kekuatan spiritual dan memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan upacara besar.
Beberapa pura penting yang terkait dengan Kerajaan Klungkung:
- Pura Goa Lawah
- Pura Dasar Gelgel
- Pura Watu Klotok
- Pura Puncak Bukit Tengah
Peran Klungkung dalam menjaga dan memelihara ajaran Siwa-Buddha juga menjadi salah satu fondasi penting dalam keutuhan budaya spiritual Bali.
Baca juga: Akhir Penjajahan Belanda: Proklamasi Kemerdekaan dan Agresi Militer Belanda
Klungkung dalam Konteks Bali Modern
Setelah kemerdekaan Indonesia, wilayah bekas kekuasaan Klungkung menjadi bagian dari Kabupaten Klungkung di Provinsi Bali. Meskipun tidak lagi memiliki kekuasaan politik, keturunan Dewa Agung tetap dihormati sebagai tokoh adat dan budaya.
Klungkung kini menjadi salah satu daerah yang aktif melestarikan seni, budaya, dan sejarah Bali melalui berbagai festival budaya, pengembangan museum sejarah, dan pelestarian pura-pura kerajaan.
Kesimpulan
Kerajaan Klungkung memiliki peran strategis dalam sejarah politik Bali. Sebagai pewaris tahta Gelgel dan pusat kekuasaan spiritual, Klungkung menjadi simbol legitimasi politik dan budaya bagi kerajaan-kerajaan kecil lainnya di Bali. Perannya sebagai mediator, pelindung budaya, dan pusat keagamaan membuatnya istimewa dalam sejarah Bali.
Peristiwa Puputan Klungkung menegaskan semangat rakyat Bali yang rela berkorban demi kehormatan dan kemerdekaan. Warisan Klungkung masih dapat dirasakan hingga kini dalam sistem sosial, seni, dan spiritualitas masyarakat Bali.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Siapa pendiri Kerajaan Klungkung?
Kerajaan Klungkung didirikan oleh Dewa Agung Jambe, keturunan dari raja Gelgel setelah runtuhnya Kerajaan Gelgel pada akhir abad ke-17.
2. Apa fungsi Kerta Gosa di Kerajaan Klungkung?
Kerta Gosa adalah balai pengadilan kerajaan yang digunakan untuk menyelesaikan perkara hukum dan kini menjadi situs bersejarah yang menampilkan lukisan wayang Kamasan.
3. Apa itu Puputan Klungkung?
Puputan Klungkung adalah perang habis-habisan melawan Belanda yang terjadi pada 1908, di mana raja dan rakyat memilih mati daripada tunduk kepada penjajahan.
4. Mengapa Klungkung dianggap penting dalam sejarah politik Bali?
Karena berperan sebagai pusat legitimasi politik, spiritual, dan budaya setelah runtuhnya Kerajaan Gelgel, serta memiliki pengaruh terhadap raja-raja lain di Bali.
5. Apa warisan budaya dari Kerajaan Klungkung yang masih ada?
Lukisan Wayang Kamasan, Kerta Gosa, struktur pemerintahan desa adat, dan berbagai pura peninggalan kerajaan.
Referensi
- Pringle, Robert. A Short History of Bali: Indonesia’s Hindu Realm. Allen & Unwin, 2004.
- Ardika, I Wayan. Bali Tempo Dulu. Udayana University Press, 2016.
- Geertz, Clifford. Negara: The Theatre State in Nineteenth-Century Bali. Princeton University Press, 1980.
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
- https://www.balitourismboard.org
- https://purbakala.kemdikbud.go.id