Home » Sejarah » Peninggalan Sejarah Kesultanan Cirebon yang Masih Bisa Dilihat Hari Ini
Posted in

Peninggalan Sejarah Kesultanan Cirebon yang Masih Bisa Dilihat Hari Ini

Peninggalan Sejarah Kesultanan Cirebon yang Masih Bisa Dilihat Hari Ini (ft.istimewa)
Peninggalan Sejarah Kesultanan Cirebon yang Masih Bisa Dilihat Hari Ini (ft.istimewa)

Kesultanan Cirebon adalah salah satu kerajaan Islam yang berpengaruh di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Jawa Barat. Didirikan pada abad ke-15 oleh Sunan Gunung Jati, Cirebon berkembang pesat sebagai pusat dakwah Islam dan perdagangan di pesisir utara Jawa. Peninggalan Sejarah Kesultanan Cirebon, seiring berjalannya waktu Kesultanan Cirebon mengalami berbagai dinamika, termasuk perpecahan dan intervensi politik. Namun, warisan sejarahnya masih dapat disaksikan hingga hari ini melalui bangunan, artefak, dan tradisi budaya.

Artikel Peninggalan Sejarah Kesultanan Cirebon akan mengulas secara lengkap tentang peninggalan sejarah Kesultanan Cirebon yang masih bisa dilihat hari ini, termasuk keraton, masjid, benda pusaka, hingga seni budaya yang terus hidup di tengah masyarakat.


1. Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan adalah istana tertua di Cirebon dan merupakan pusat pemerintahan utama Kesultanan Cirebon. Dibangun pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II, keraton ini masih berdiri kokoh hingga saat ini. Arsitekturnya memadukan gaya Jawa, Sunda, Tionghoa, dan Islam, mencerminkan keragaman budaya Cirebon.

Beberapa bagian penting dari Keraton Kasepuhan:

  • Pendopo Agung: tempat penerimaan tamu kehormatan.
  • Museum Pusaka: menyimpan berbagai koleksi keris, tombak, gamelan, dan kereta kerajaan.
  • Kereta Singa Barong: kereta kencana kerajaan yang memiliki unsur simbolik kekuasaan dan spiritualitas.

Keraton ini masih menjadi tempat upacara adat seperti Grebeg Syawal dan Maulid Nabi.


2. Keraton Kanoman

Keraton Kanoman adalah hasil dari perpecahan Kesultanan Cirebon pada abad ke-17. Didirikan oleh Sultan Anom I, keraton ini memiliki nilai sejarah yang tak kalah penting. Arsitekturnya juga memperlihatkan perpaduan budaya lokal dengan sentuhan Islam dan Tionghoa.

Beberapa peninggalan penting:

  • Paksi Naga Liman: kereta kencana simbol kekuatan dan kewibawaan.
  • Bangsal Jinem: tempat Sultan menerima tamu dan mengadakan acara resmi.
  • Taman Sari Gua Sunyaragi: meskipun secara administratif berdiri sendiri, tempat ini berkaitan erat dengan tradisi keraton Kanoman.

3. Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Masjid ini dibangun pada masa awal Kesultanan Cirebon, diprakarsai oleh Sunan Gunung Jati dan arsiteknya adalah Sunan Kalijaga. Masjid Sang Cipta Rasa menjadi simbol kekuatan spiritual dan penyebaran Islam di tanah Cirebon.

Keunikan masjid ini:

  • Memiliki tujuh lapis atap bersusun seperti gunungan wayang, khas masjid tradisional Jawa.
  • Mempunyai mimbar asli dari abad ke-15 yang masih digunakan.
  • Setiap hari Jumat, tradisi Adzan Pitu (tujuh muadzin) masih dilaksanakan, warisan dari masa Wali Songo.

4. Taman Air Gua Sunyaragi

Gua Sunyaragi adalah situs unik berbentuk taman air dan gua buatan yang digunakan sebagai tempat meditasi dan peristirahatan keluarga kerajaan. Nama “Sunyaragi” berasal dari kata “sunya” (sepi) dan “ragi” (raga), yang bermakna tempat menyepi.

Keistimewaan:

  • Dibangun dengan batu karang laut dan dihiasi ornamen gaya Tionghoa dan Hindu-Buddha.
  • Memiliki lorong rahasia, kolam pemandian, dan taman yang dulu digunakan untuk ritual dan pelatihan prajurit.
  • Dikenal sebagai salah satu contoh arsitektur spiritual paling unik di Nusantara.

5. Benda Pusaka dan Koleksi Keraton

Selain bangunan fisik, Kesultanan Cirebon meninggalkan banyak pusaka dan koleksi penting yang masih dilestarikan di keraton-keraton, antara lain:

  • Keris dan Tombak: Pusaka sakral yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual.
  • Batik Cirebon: Khususnya motif Mega Mendung, yang menjadi simbol ketenangan dan perlindungan. Batik ini dikembangkan dalam lingkungan keraton dan menjadi warisan budaya tak benda.
  • Al-Qur’an Tulisan Tangan: Beberapa salinan kitab suci dari abad ke-17 masih tersimpan rapi di perpustakaan keraton.

6. Seni dan Tradisi Budaya Cirebon

Kesultanan Cirebon juga dikenal sebagai pelestari kebudayaan Islam dan seni tradisional, seperti:

a. Tari Topeng Cirebon

Tari Topeng adalah seni pertunjukan khas Cirebon yang berkembang di lingkungan keraton. Penarinya menggunakan topeng (kedok) yang berbeda sesuai karakter cerita. Tarian ini kental dengan nilai moral dan spiritual.

b. Wayang Golek Cirebon

Berbeda dari wayang di daerah lain, wayang golek Cirebon punya gaya visual dan cerita yang khas, sering mengangkat kisah dakwah Islam.

c. Gamelan Sekaten

Ansambel musik gamelan ini biasa digunakan dalam upacara keagamaan dan peringatan Maulid Nabi, menunjukkan perpaduan antara kesenian dan spiritualitas Islam.

Baca juga: Dari VOC ke Hindia Belanda: Perjalanan Kolonialisme Belanda di Indonesia


7. Tradisi Maulid Nabi dan Panjang Jimat

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW atau Grebeg Maulid adalah salah satu perayaan akbar yang masih dilaksanakan di Keraton Kasepuhan dan Kanoman. Acara ini dikenal juga sebagai Panjang Jimat, yaitu prosesi mengarak benda pusaka seperti Jimat Nabi dari keraton ke masjid.

Ciri khas acara ini:

  • Diiringi oleh musik tradisional, tarian, dan doa-doa.
  • Menjadi daya tarik wisata religi dan budaya yang menarik ribuan pengunjung setiap tahun.
  • Mencerminkan keterikatan antara masyarakat Cirebon dengan warisan Kesultanan.

8. Situs Makam Sunan Gunung Jati

Terletak di Gunung Sembung, sekitar 5 km dari pusat kota Cirebon, makam ini menjadi tempat ziarah utama umat Islam dari berbagai daerah. Kompleks ini juga menyimpan arsitektur khas campuran budaya Arab, Jawa, dan Tionghoa.

Makam ini memiliki beberapa keistimewaan:

  • Terbagi dalam sembilan pintu (batas spiritual).
  • Tidak semua orang boleh masuk ke bagian terdalam makam.
  • Dikelola oleh para keturunan langsung Sunan Gunung Jati yang disebut Dzurriyah.

9. Pendidikan dan Manuskrip Islam

Kesultanan Cirebon juga dikenal sebagai pusat pendidikan Islam sejak abad ke-16. Banyak manuskrip keagamaan, tafsir, dan fiqih yang ditulis tangan dalam bahasa Arab, Jawa Pegon, dan Cirebon. Manuskrip-manuskrip ini disimpan dan dipelajari hingga hari ini sebagai sumber keilmuan klasik Islam Nusantara.


Kesimpulan

Peninggalan sejarah Kesultanan Cirebon bukan hanya bangunan tua atau artefak kuno, tetapi juga warisan spiritual, seni, dan budaya yang hidup hingga sekarang. Keraton, masjid, taman, hingga pusaka dan tradisi yang masih dijaga dengan baik adalah bukti nyata kejayaan masa lalu yang bertransformasi menjadi identitas budaya Cirebon hari ini.

Bagi siapa pun yang ingin memahami sejarah Islam dan kebudayaan pesisir utara Jawa, Cirebon adalah destinasi yang sangat penting. Di tengah modernisasi, pelestarian warisan Kesultanan Cirebon menjadi tugas bersama agar generasi mendatang tetap bisa merasakan jejak peradaban besar ini.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Di mana letak Keraton Kasepuhan dan Kanoman?
Keraton Kasepuhan dan Kanoman terletak di Kota Cirebon, Jawa Barat, sekitar 10 menit dari Stasiun Cirebon.

2. Apakah peninggalan Kesultanan Cirebon terbuka untuk wisata umum?
Ya, beberapa keraton, taman, dan masjid membuka akses untuk umum, terutama saat perayaan budaya dan ziarah.

3. Apa yang membedakan batik Cirebon dengan batik dari daerah lain?
Batik Cirebon, khususnya motif Mega Mendung, memiliki filosofi dan warna-warna khas yang mencerminkan ketenangan dan spiritualitas.

4. Apakah masih ada keturunan Kesultanan Cirebon yang berkuasa?
Ya, terdapat empat keraton di Cirebon (Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, Keprabonan) yang masing-masing dipimpin oleh keturunan keluarga kerajaan.

5. Kapan waktu terbaik untuk mengunjungi Cirebon untuk melihat tradisi keraton?
Waktu terbaik adalah saat perayaan Maulid Nabi (Panjang Jimat) dan Grebeg Syawal, ketika keraton menggelar berbagai acara adat.


Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.