Home » Sejarah » Peninggalan Sejarah Kerajaan Singasari: Candi-Candi dan Prasasti Penting
Posted in

Peninggalan Sejarah Kerajaan Singasari: Candi-Candi dan Prasasti Penting

Peninggalan Sejarah Kerajaan Singasari: Candi-Candi dan Prasasti Penting (ft.istimewa)
Peninggalan Sejarah Kerajaan Singasari: Candi-Candi dan Prasasti Penting (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang berjaya di Nusantara pada abad ke-13. Berdiri pada tahun 1222 M dan berakhir pada 1292 M, peninggalan sejarah Kerajaan Singasari yang sangat penting dalam perkembangan budaya, politik, dan agama di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Timur.

Salah satu warisan paling nyata dari kejayaan Singasari adalah peninggalan-peninggalan arkeologis, seperti candi dan prasasti. Peninggalan ini tidak hanya menunjukkan kemegahan arsitektur dan seni ukir zaman itu, tetapi juga mengungkap banyak informasi mengenai struktur pemerintahan, agama, dan hubungan antarwilayah di masa lampau.

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri berbagai peninggalan sejarah Kerajaan Singasari yang masih dapat ditemukan hingga kini, serta makna penting di baliknya.


Candi-Candi Warisan Kerajaan Singasari

1. Candi Singasari

Candi ini merupakan peninggalan paling terkenal dari Kerajaan Singasari. Terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, candi ini diduga sebagai tempat pemakaman Raja Kertanegara, raja terakhir Singasari.

Arsitekturnya unik karena menggabungkan gaya Hindu dan Buddha, yang mencerminkan kepercayaan Siwa-Buddha yang dianut oleh Kertanegara. Di bagian kaki candi terdapat relief makhluk mitologis, sedangkan tubuh candi berdiri kokoh dengan struktur batu andesit.

Candi Singasari juga dianggap sebagai monumen politik dan keagamaan, menandai kekuatan spiritual dan sekuler sang raja.


2. Candi Jago (Jajaghu)

Terletak di Tumpang, Kabupaten Malang, Candi Jago awalnya bernama Jajaghu, yang berarti “keagungan”. Dibangun sebagai tempat perabuan Ranggawuni (Raja Wisnuwardhana), ayah dari Kertanegara, candi ini berfungsi sebagai penghormatan terhadap raja yang telah wafat dan dipuja sebagai Bodhisattwa.

Candi Jago memiliki relief yang menggambarkan cerita-cerita dari kitab Kunjarakarna, Pancatantra, dan Parthayana. Ini menunjukkan bahwa kesusastraan India sangat berpengaruh terhadap spiritualitas masyarakat Singasari.

Salah satu ciri khas candi ini adalah bentuknya yang tidak simetris karena bagian atasnya hancur akibat sambaran petir atau kerusakan alam lainnya. Meski demikian, nilai historis dan artistiknya tetap tinggi.


3. Candi Kidal

Candi ini terletak di Rejokidal, Tumpang, Malang. Dibangun pada tahun 1248 M, Candi Kidal didedikasikan untuk Anusapati, raja kedua Singasari dan anak tiri dari Ken Arok.

Ciri khas Candi Kidal adalah relief Garudeya, yaitu kisah Garuda yang membebaskan ibunya dari perbudakan. Kisah ini menjadi simbol kesetiaan dan pengorbanan, yang diharapkan tercermin dalam kepemimpinan raja.

Arsitektur Candi Kidal menunjukkan bahwa saat itu masyarakat Singasari telah memiliki kemampuan tinggi dalam teknik pembangunan dan pemahaman filosofi agama.


4. Candi Jawi

Terletak di Prigen, Pasuruan, Candi Jawi dulunya bernama Jajawa dan didirikan oleh Kertanegara. Candi ini menjadi simbol perpaduan ajaran Hindu-Siwa dan Buddha, mencerminkan toleransi dan sinkretisme agama pada masa Singasari.

Candi Jawi digunakan sebagai tempat pemujaan dan ziarah spiritual. Arsitekturnya ramping dan tinggi, mengingatkan pada bentuk menara, dan dihiasi dengan arca dan relief tokoh-tokoh keagamaan.

Yang menarik, abu Kertanegara dikabarkan disebar di dua tempat: sebagian di Candi Singasari, dan sebagian di Candi Jawi.


5. Candi Brahu (Diduga Peninggalan Awal)

Meskipun lebih sering dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit, beberapa ahli menduga Candi Brahu yang terletak di kawasan Trowulan sempat digunakan pada masa akhir Singasari sebagai tempat ritual atau transit kekuasaan menuju Majapahit.

Candi ini terbuat dari batu bata merah dan memiliki bentuk khas candi Jawa Timur. Keberadaannya menunjukkan kesinambungan tradisi keagamaan dan kebudayaan dari Singasari ke Majapahit.


Prasasti-Prasasti Penting Peninggalan Singasari

Selain candi, prasasti menjadi sumber utama dalam mempelajari sejarah Singasari. Berikut beberapa prasasti penting:

1. Prasasti Mula Malurung

Prasasti ini sangat penting karena mencatat silsilah raja-raja Singasari dan berbagai aspek politik serta pemerintahan pada masa itu. Prasasti Mula Malurung terdiri dari beberapa lempeng tembaga dan ditulis dalam bahasa Jawa Kuno menggunakan aksara Kawi.

Ditemukan di Kediri dan diterbitkan pada masa pemerintahan Kertanegara, prasasti ini menjadi sumber primer yang menjelaskan transisi kekuasaan dari Tumapel ke Singasari.


2. Prasasti Singasari

Ditemukan di sekitar kompleks Candi Singasari, prasasti ini berisi tentang pembangunan candi sebagai tempat perabuan dan pemuliaan Raja Kertanegara. Teks prasasti ini memperkuat dugaan bahwa candi tersebut dibangun sebagai bentuk penghormatan spiritual terhadap raja.


3. Prasasti Maribong

Prasasti ini menyebutkan kebijakan Kertanegara dalam urusan pemerintahan dan pembagian wilayah. Selain itu, prasasti ini juga memberikan informasi tentang sistem administrasi di daerah-daerah kekuasaan Singasari.


4. Prasasti Wurare

Prasasti ini memperingati penobatan Kertanegara sebagai Jina (Buddha) tertinggi. Disusun dalam bahasa Sanskerta, prasasti ini menegaskan status keagamaan Kertanegara sebagai pemimpin spiritual dan politik, serta mencerminkan cita-cita untuk menyatukan Nusantara.

Baca juga: Benarkah Belanda Menjajah Indonesia Selama 350 Tahun? Mitos atau Fakta?


Makna Peninggalan Sejarah Singasari

Peninggalan candi dan prasasti bukan sekadar artefak kuno, melainkan sumber berharga yang membantu kita memahami sejarah, kebudayaan, dan spiritualitas masyarakat masa lalu. Beberapa hal penting yang bisa ditarik dari peninggalan ini antara lain:

1. Sinkretisme Agama

Candi-candi seperti Jawi dan Singasari menunjukkan perpaduan ajaran Hindu dan Buddha. Ini menandakan bahwa masyarakat saat itu hidup dalam toleransi dan keterbukaan spiritual.

2. Pengaruh Politik dan Budaya

Prasasti-prasasti Singasari mengungkap strategi politik kerajaan, termasuk ekspedisi militer, aliansi, dan sistem administrasi wilayah. Candi sebagai tempat pemujaan juga berfungsi sebagai monumen politik dan kekuasaan.

3. Keunggulan Seni dan Arsitektur

Relief dan arsitektur candi menunjukkan tingkat kemajuan masyarakat Singasari dalam seni rupa dan teknik bangunan.


Pelestarian dan Tantangan

Sayangnya, banyak peninggalan sejarah Singasari yang kini mengalami kerusakan akibat faktor alam maupun ulah manusia. Upaya pelestarian harus dilakukan secara menyeluruh oleh pemerintah dan masyarakat. Beberapa tantangan utama pelestarian meliputi:

  • Minimnya pendanaan restorasi
  • Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap nilai sejarah
  • Ancaman urbanisasi dan pembangunan di sekitar situs sejarah

Kesimpulan

Kerajaan Singasari, meskipun hanya berdiri sekitar 70 tahun, meninggalkan jejak sejarah yang sangat kuat melalui candi-candi megah dan prasasti penting. Peninggalan tersebut menjadi bukti kejayaan peradaban Hindu-Buddha di Indonesia, dan mencerminkan kedalaman nilai-nilai spiritual, kekuasaan politik, serta seni budaya masyarakat saat itu.

Peninggalan Sejarah Kerajaan Singasari seperti Candi Singasari, Candi Jago, Prasasti Mula Malurung, dan Prasasti Wurare tidak hanya memperkaya khazanah sejarah Indonesia, tetapi juga memperkuat identitas kebudayaan nasional. Melestarikan warisan ini adalah tanggung jawab bersama untuk generasi masa kini dan yang akan datang.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apa saja peninggalan Kerajaan Singasari yang masih ada?
Beberapa peninggalan penting Kerajaan Singasari adalah Candi Singasari, Candi Jago, Candi Kidal, Candi Jawi, serta Prasasti Mula Malurung dan Prasasti Wurare.

2. Di mana lokasi Candi Singasari?
Candi Singasari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

3. Apa fungsi utama candi pada masa Kerajaan Singasari?
Candi berfungsi sebagai tempat perabuan raja, tempat pemujaan, serta sebagai simbol kekuasaan dan keagungan spiritual.

4. Mengapa Prasasti Mula Malurung dianggap penting?
Karena prasasti ini mencatat silsilah raja-raja Singasari dan memberikan informasi mengenai kebijakan politik serta struktur pemerintahan kerajaan.

5. Bagaimana cara melestarikan peninggalan sejarah seperti candi dan prasasti?
Pelestarian bisa dilakukan melalui edukasi publik, pengawasan situs, restorasi berkala oleh instansi budaya, dan keterlibatan aktif masyarakat setempat.


Referensi

  1. Soekmono, R. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia II. Kanisius, Yogyakarta, 1988.
  2. Muljana, Slamet. Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit. Yogyakarta: LKiS, 2005.
  3. Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia II. Balai Pustaka, Jakarta, 2008.
  4. Direktorat Jenderal Kebudayaan – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
  5. Situs Cagar Budaya Nasional: https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.