Pulau Sulawesi, yang terletak di bagian tengah Indonesia, memiliki warisan peninggalan sejarah dan budaya yang kaya. Salah satu aspek paling menonjol dari warisan ini adalah peninggalan kerajaan-kerajaan lokal yang pernah berjaya di berbagai wilayah Sulawesi. Meskipun banyak kerajaan tersebut telah runtuh secara politik, jejak budaya dan sejarahnya tetap hidup dan terjaga dalam berbagai bentuk hingga hari ini.
Peninggalan-peninggalan ini tidak hanya mencerminkan kejayaan masa lalu, tetapi juga menjadi identitas budaya masyarakat lokal serta daya tarik wisata sejarah yang penting. Dari bangunan keraton hingga sistem adat dan hukum, Sulawesi menyimpan banyak warisan yang patut dilestarikan dan dikenali secara lebih luas.
Kerajaan-Kerajaan Besar di Sulawesi
Beberapa kerajaan penting yang pernah berdiri di Sulawesi antara lain:
- Kerajaan Luwu (Sulawesi Selatan): dianggap sebagai kerajaan tertua di Sulawesi.
- Kesultanan Gowa-Tallo (Makassar): kerajaan maritim dan pusat penyebaran Islam di timur Indonesia.
- Kerajaan Bone: terkenal karena perlawanan Arung Palakka terhadap penjajahan Belanda.
- Kerajaan Ternate dan Tidore (yang pengaruhnya menjangkau Sulawesi Utara).
- Kesultanan Buton (Sulawesi Tenggara): terkenal dengan konstitusi tertulisnya, Martabat Tujuh.
Setiap kerajaan memiliki peninggalan budaya dan sejarah yang berbeda-beda, mencerminkan karakteristik sosial, ekonomi, dan keagamaan masing-masing.
Peninggalan Arsitektur dan Situs Sejarah
1. Benteng Keraton Buton (Baubau, Sulawesi Tenggara)
Benteng ini diakui sebagai salah satu benteng terluas di dunia dan dibangun dari batu kapur. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat pertahanan dan pemerintahan Kesultanan Buton. Di dalam benteng ini terdapat bangunan keraton, masjid tua, dan rumah-rumah adat bangsawan.
2. Benteng Somba Opu (Makassar, Sulawesi Selatan)
Merupakan pusat pemerintahan dan pertahanan Kesultanan Gowa. Meskipun sempat hancur oleh Belanda, kini benteng ini telah dipugar dan menjadi kompleks wisata sejarah dan budaya.
3. Istana Raja Bone (Watampone)
Istana ini menjadi simbol kekuasaan raja-raja Bone. Meski banyak mengalami renovasi, sebagian arsitektur tradisional Bugis masih terlihat, termasuk ukiran dan tata letak ruangan khas kerajaan.
4. Masjid Tua Katangka (Gowa)
Dibangun pada abad ke-17, masjid ini merupakan salah satu yang tertua di Sulawesi dan menjadi bukti masuknya Islam ke wilayah Gowa. Arsitekturnya memadukan unsur lokal dan pengaruh Timur Tengah.
Tradisi dan Sistem Sosial Budaya
1. Upacara Adat dan Gelar Bangsawan
Masyarakat Sulawesi masih memegang teguh struktur sosial kerajaan melalui penggunaan gelar seperti “Daeng”, “Andi”, “Opu”, dan “La”. Gelar ini menandakan status sosial dan keturunan dalam sistem adat Bugis dan Makassar.
2. Sistem Hukum Adat
Sisa-sisa sistem hukum adat kerajaan seperti yang ada di Buton masih dijalankan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Martabat Tujuh, konstitusi tertulis Kesultanan Buton, menjadi landasan hukum dan tata kehidupan yang sangat terstruktur dan demokratis pada masanya.
3. Musik dan Tari Tradisional Kerajaan
Tari-tarian seperti Tari Pakarena dari Gowa atau Tari Bosara dari Bone merupakan bentuk ekspresi budaya kerajaan. Musik pengiringnya biasanya menggunakan alat tradisional seperti gong, gendang, dan kecapi.
Peninggalan Bahasa dan Sastra
Beberapa kerajaan di Sulawesi juga meninggalkan warisan dalam bentuk naskah kuno dan sastra lisan, seperti:
- Sureq Galigo: naskah epik Bugis yang sangat terkenal, mengisahkan asal-usul dan mitologi suku Bugis.
- La Galigo: ditulis dalam aksara lontara, menjadi salah satu karya sastra terbesar dari Sulawesi Selatan.
- Hukum Adat Tertulis: seperti hukum kerajaan Luwu yang mengatur tata kehidupan masyarakat dari masa lampau.
Bahasa Bugis, Makassar, dan Tolaki hingga kini masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari, memperlihatkan bahwa warisan kerajaan juga hidup dalam tutur masyarakat.
Islam dan Warisan Religius
Sebagian besar kerajaan di Sulawesi menerima Islam sejak abad ke-16. Proses Islamisasi tersebut tidak menghapus nilai-nilai budaya lokal, melainkan menyatukannya dalam sistem pemerintahan dan adat kerajaan.
Masjid-masjid tua, kalender Islam tradisional, dan pelaksanaan syariat secara kultural menjadi ciri khas peninggalan kerajaan. Bahkan beberapa upacara adat lokal masih menggunakan unsur-unsur Islam sebagai bagian penting dalam perayaannya.
Upaya Pelestarian dan Edukasi
Pemerintah daerah dan masyarakat adat di Sulawesi terus berupaya menjaga kelestarian peninggalan sejarah ini. Bentuk pelestarian tersebut antara lain:
- Festival budaya kerajaan seperti Festival Keraton Nusantara yang sering melibatkan kerajaan-kerajaan adat di Sulawesi.
- Museum dan cagar budaya, seperti Museum La Pawawoi di Bone atau Museum Buton di Baubau.
- Program pendidikan lokal, yang memasukkan sejarah kerajaan dalam kurikulum sekolah dasar hingga menengah.
Upaya digitalisasi naskah kuno juga dilakukan untuk menjaga keberlangsungan literasi sejarah dan sastra kerajaan.
Baca juga: Warisan Infrastruktur Belanda di Indonesia: Dari Jalan Raya hingga Rel Kereta Api
Potensi Wisata Sejarah
Peninggalan kerajaan-kerajaan di Sulawesi kini menjadi aset penting dalam sektor pariwisata. Wisatawan bisa menikmati:
- Wisata sejarah: berkunjung ke keraton, masjid tua, dan benteng peninggalan kerajaan.
- Wisata budaya: menyaksikan tari adat, prosesi tradisional, dan mencicipi kuliner khas bangsawan.
- Wisata edukasi: belajar tentang struktur kerajaan, sistem hukum adat, dan nilai-nilai kehidupan masyarakat kerajaan.
Kawasan seperti Baubau, Gowa, Bone, dan Luwu menjadi destinasi utama wisata sejarah di Sulawesi yang terus dikembangkan.
Kesimpulan
Peninggalan sejarah dan budaya kerajaan-kerajaan di Sulawesi adalah bagian penting dari warisan Nusantara. Bangunan bersejarah, sistem sosial, hukum adat, serta tradisi lisan dan tertulis menjadi bukti betapa maju dan beragamnya peradaban di pulau ini sejak ratusan tahun silam.
Melalui pelestarian dan pendidikan, warisan tersebut tidak hanya dijaga, tetapi juga diperkenalkan kepada generasi muda dan dunia luar. Hal ini menjadikan Sulawesi sebagai kawasan penting dalam memahami sejarah dan kekayaan budaya Indonesia secara menyeluruh.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa saja kerajaan besar yang pernah ada di Sulawesi?
Beberapa kerajaan besar di Sulawesi meliputi Kerajaan Luwu, Gowa-Tallo, Bone, Buton, dan kerajaan-kerajaan di bawah pengaruh Ternate-Tidore.
2. Apakah peninggalan kerajaan di Sulawesi masih ada?
Ya, banyak peninggalan yang masih ada dan terjaga, seperti Benteng Keraton Buton, Benteng Somba Opu, Masjid Katangka, serta tradisi dan sistem hukum adat.
3. Apa kontribusi kerajaan-kerajaan Sulawesi terhadap budaya Indonesia?
Kontribusi mereka meliputi sistem hukum adat, sastra seperti La Galigo, tradisi Islam lokal, arsitektur keraton, dan seni budaya seperti tari dan musik tradisional.
4. Bagaimana cara melestarikan warisan budaya kerajaan di Sulawesi?
Melalui pendidikan, digitalisasi naskah, pelestarian situs sejarah, festival budaya, dan dukungan dari pemerintah daerah serta masyarakat lokal.
5. Apakah kerajaan-kerajaan di Sulawesi masih eksis saat ini?
Secara politik tidak, namun beberapa kerajaan masih ada dalam bentuk simbolik dan adat, seperti Lembaga Adat Buton atau Kerajaan Bone yang dipimpin oleh raja adat.
Referensi
- Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Serambi, 2008.
- Pelras, Christian. The Bugis. Blackwell Publishing, 1996.
- Dinas Kebudayaan Sulawesi Selatan. https://disbud.sulselprov.go.id
- Badan Pelestarian Cagar Budaya Makassar. https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id
- Portal Wisata Sulawesi. https://sulselprov.go.id
- Arsip Digital Indonesia. https://arsipindonesia.go.id