Home » Sejarah » Masjid Agung Demak: Peninggalan Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa
Posted in

Masjid Agung Demak: Peninggalan Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa

Masjid Agung Demak: Peninggalan Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa (ft.istimewa)
Masjid Agung Demak: Peninggalan Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Masjid Agung Demak merupakan salah satu situs paling bersejarah dalam perjalanan masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara. Terletak di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, masjid Agung Demak peninggalan kerajaan Islam Pertama di Indonesia ini dipercaya sebagai tempat ibadah umat Islam yang dibangun oleh Wali Songo pada abad ke-15, pada masa Kerajaan Demak yang dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.

Dengan arsitektur yang khas dan penuh makna simbolik, Masjid Agung Demak bukan hanya tempat ibadah, melainkan juga pusat dakwah, pendidikan, dan pemerintahan Islam pada masa kejayaannya. Warisan ini menjadi bukti nyata bahwa Islam di Indonesia menyebar secara damai, melalui pendekatan budaya, perdagangan, dan spiritualitas.


Sejarah Singkat Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak dibangun sekitar tahun 1479 M, pada masa pemerintahan Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak. Ia merupakan keturunan Raja Majapahit yang memeluk Islam dan menjadi raja pertama di kerajaan Islam tersebut. Pembangunan masjid ini tidak lepas dari peran Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, dan Sunan Ampel, yang menjadi tokoh utama penyebaran Islam di Jawa.

Masjid ini menjadi simbol kekuasaan dan kejayaan Kerajaan Demak yang berfungsi tidak hanya sebagai pusat kegiatan keagamaan, tetapi juga tempat musyawarah para wali dan pemimpin Islam. Dalam sejarahnya, masjid ini disebut sebagai tempat pertemuan Wali Songo dalam menyusun strategi dakwah dan memperkuat pemerintahan Islam di Pulau Jawa.


Arsitektur Unik Penuh Simbolisme

Salah satu daya tarik utama Masjid Agung Demak adalah arsitektur tradisionalnya yang mencerminkan akulturasi budaya lokal dan nilai-nilai Islam. Masjid ini memiliki struktur bangunan kayu dan atap tumpang tiga, khas arsitektur Jawa kuno.

1. Saka Guru (Tiang Utama)

Terdapat empat tiang utama yang dikenal sebagai Saka Guru, yang konon dibuat oleh para Wali Songo. Salah satunya bahkan disebut dibuat oleh Sunan Kalijaga dari serpihan kayu yang direkatkan menggunakan teknik tanpa paku, melambangkan persatuan dari keberagaman.

2. Atap Tumpang Tiga

Atap masjid terdiri dari tiga tingkatan yang melambangkan tiga tingkat iman dalam Islam, yaitu:

  • Islam (tunduk kepada Allah),
  • Iman (percaya sepenuh hati), dan
  • Ihsan (berbuat baik seolah-olah melihat Allah).
3. Pintu Bledeg

Pintu utama masjid dikenal sebagai Pintu Bledeg, yang dalam bahasa Jawa berarti “petir”. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo, tokoh sakti dalam legenda Jawa yang dipercaya mampu menangkap petir. Ukiran pada pintu ini sarat makna religius dan simbolis.


Fungsi Masjid Sebagai Pusat Dakwah dan Pemerintahan

Pada masa kejayaan Kerajaan Demak, masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, melainkan pusat pemerintahan dan pengambilan keputusan. Di sinilah para wali dan pemimpin Islam berkumpul untuk menyusun strategi penyebaran agama Islam, merumuskan hukum-hukum Islam (syariah), serta membahas kebijakan kerajaan.

Kerajaan Demak sendiri dikenal sebagai kekuatan maritim yang berpengaruh di pesisir utara Jawa dan menjadi pusat kekuatan Islam setelah keruntuhan Majapahit. Masjid Agung Demak menjadi salah satu simbol perubahan zaman dari era Hindu-Buddha menuju Islam.


Pelestarian dan Peran Masjid di Era Modern

Hingga kini, Masjid Agung Demak masih berdiri kokoh dan menjadi situs cagar budaya nasional. Pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai upaya konservasi untuk menjaga keaslian dan kelestariannya. Di sekitar masjid juga terdapat Museum Masjid Agung Demak yang menyimpan berbagai artefak sejarah, termasuk mimbar kuno, bedug, dan naskah-naskah keislaman.

Masjid ini juga menjadi destinasi wisata religi utama di Jawa Tengah, terutama saat bulan Ramadan dan Maulid Nabi. Ribuan peziarah dari berbagai daerah datang untuk beribadah dan mengenang jasa para wali dalam menyebarkan Islam di Nusantara.

Baca juga: Politik Adu Domba dan Monopoli Dagang: Strategi Belanda dalam 350 Tahun Penjajahan


Nilai-Nilai Budaya dan Edukatif

Masjid Agung Demak menjadi simbol Islam Nusantara, yaitu bentuk Islam yang bersinergi dengan budaya lokal. Melalui pendekatan ini, dakwah Islam tidak bersifat konfrontatif, melainkan persuasif dan mengedepankan nilai-nilai kebijaksanaan lokal.

Bagi pelajar dan masyarakat umum, masjid ini merupakan tempat belajar sejarah, arsitektur, dan kearifan lokal. Banyak sekolah dan pesantren yang mengadakan studi lapangan ke Masjid Agung Demak untuk mengenalkan warisan Islam secara nyata dan kontekstual.


Tradisi dan Kegiatan Keagamaan

Sejumlah tradisi Islam Jawa masih hidup di sekitar Masjid Agung Demak. Beberapa di antaranya adalah:

  • Grebeg Besar: Perayaan Idul Adha dengan tradisi budaya yang menggabungkan unsur keislaman dan budaya Jawa.
  • Ziarah Wali: Pengunjung sering melakukan ziarah ke makam Raden Patah, Sunan Kalijaga, dan wali lainnya yang berada di kompleks masjid.
  • Pengajian Rutin: Masjid ini menjadi tempat pengajian rutin oleh ulama setempat, termasuk saat peringatan hari-hari besar Islam.

Makna Historis dalam Sejarah Indonesia

Masjid Agung Demak adalah saksi nyata dari peralihan zaman di Nusantara. Dari kerajaan Hindu-Buddha seperti Majapahit, bergeser ke peradaban Islam yang berkembang pesat di bawah kepemimpinan Kerajaan Demak.

Perubahan ini bukan hanya terjadi di bidang agama, tetapi juga mempengaruhi sistem pemerintahan, hukum, seni, hingga struktur sosial masyarakat. Masjid menjadi pusat perubahan itu, menjadikan Islam sebagai kekuatan yang mempersatukan rakyat Jawa.


Kesimpulan

Masjid Agung Demak peninggalan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa bukan sekadar bangunan ibadah. Ia adalah ikon sejarah dan budaya yang merekam transformasi besar di Jawa, dari zaman Hindu-Buddha menuju kejayaan Islam. Sebagai peninggalan Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, masjid ini menjadi bukti kekuatan spiritual dan budaya yang terus hidup hingga kini.

Melalui pelestarian dan edukasi, Masjid Agung Demak dapat terus menjadi sumber inspirasi generasi muda untuk mengenal akar sejarah Islam Indonesia yang damai, toleran, dan berakar kuat pada budaya lokal.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Di mana lokasi Masjid Agung Demak?
Masjid Agung Demak terletak di Jalan Sultan Fatah, Kauman, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

2. Kapan Masjid Agung Demak dibangun?
Masjid ini dibangun sekitar tahun 1479 Masehi pada masa pemerintahan Raden Patah, raja pertama Kerajaan Demak.

3. Siapa yang membangun Masjid Agung Demak?
Masjid ini dibangun oleh Wali Songo bersama Raden Patah. Sunan Kalijaga dianggap berperan besar dalam rancangan arsitekturnya.

4. Apa keistimewaan arsitektur Masjid Agung Demak?
Ciri khasnya adalah atap tumpang tiga, saka guru dari kayu, dan pintu bledeg yang sarat makna spiritual dan simbolik.

5. Apakah Masjid Agung Demak masih aktif digunakan?
Ya. Masjid ini masih digunakan untuk salat lima waktu, pengajian, dan kegiatan keagamaan lainnya. Selain itu, menjadi tujuan wisata religi.


Referensi

  1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah – https://disbudpar.jatengprov.go.id
  2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI – https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
  3. Indonesia.go.id – “Masjid Agung Demak, Jejak Awal Islam di Pulau Jawa”
  4. Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi
  5. Babad Tanah Jawi (sumber naskah tradisional Jawa)
  6. Situs Resmi Kabupaten Demak – https://demakkab.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.