Kerajaan Pajajaran merupakan salah satu kerajaan besar di Nusantara yang mewarisi kejayaan budaya Sunda pada masa lampau. Berpusat di wilayah barat Pulau Jawa, kerajaan ini memiliki peran penting dalam sejarah peradaban Indonesia, khususnya dalam perkembangan politik, budaya, dan keagamaan masyarakat Sunda. Salah satu aspek penting yang sering menjadi pertanyaan adalah mengenai letak geografis dan cakupan wilayah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Artikel ini akan membahas secara lengkap lokasi kerajaan ini dan seberapa luas pengaruh kekuasaannya.
Letak Geografis Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran berpusat di kota Pakuan, yang saat ini dikenal sebagai Kota Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, letak Pakuan sangat strategis karena berada di dataran tinggi dengan alam yang subur dan dikelilingi oleh sungai-sungai besar seperti Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung.
Letak geografis ini memberikan keunggulan tersendiri bagi Pajajaran:
- Memudahkan pertanian dan irigasi.
- Memiliki pertahanan alam yang kuat.
- Dekat dengan jalur perdagangan pedalaman dan pesisir.
Bukti arkeologis tentang keberadaan pusat kerajaan ini dapat ditemukan dalam Prasasti Batutulis yang terletak di Kelurahan Batutulis, Bogor Selatan, yang menyebut nama besar raja Pajajaran, Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi.
Wilayah Kekuasaan Kerajaan Pajajaran
Wilayah kekuasaan Kerajaan Pajajaran mencakup sebagian besar wilayah barat Pulau Jawa yang saat ini dikenal sebagai Provinsi Jawa Barat dan sebagian wilayah Banten. Secara garis besar, wilayahnya mencakup:
- Bogor (Pakuan Pajajaran) – pusat pemerintahan.
- Sukabumi dan Cianjur – bagian dari wilayah kekuasaan di selatan.
- Purwakarta dan Subang – wilayah strategis untuk pertanian.
- Karawang dan Bekasi – sebagai daerah subur dan jalur ke pesisir.
- Bandung dan Sumedang – daerah dataran tinggi yang subur.
- Tasikmalaya dan Ciamis – bagian dari warisan kerajaan Galuh.
- Cirebon (sebelum berdiri sebagai kesultanan) – wilayah pantai utara yang penting dalam perdagangan.
- Banten (sebelum menjadi kesultanan) – pelabuhan penting seperti Sunda Kelapa (Jakarta sekarang).
Wilayah tersebut dikenal dengan sebutan Tatar Sunda, dan menjadi pusat perkembangan kebudayaan Sunda yang khas dan berpengaruh luas hingga kini.
Perkembangan Wilayah dan Pengaruh Politik
Kerajaan Pajajaran tidak hanya menguasai wilayah secara administratif, tetapi juga memiliki pengaruh budaya dan politik yang luas. Hubungan antara kerajaan pusat di Pakuan dan wilayah-wilayah sekitarnya sering kali bersifat feodal, dengan raja-raja kecil atau penguasa lokal yang tunduk kepada Raja Pajajaran.
Selain itu, kerajaan ini juga menjalin hubungan dagang dan politik dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara dan mancanegara, seperti:
- Kerajaan Majapahit (meskipun sempat berselisih dalam Perang Bubat).
- Kerajaan-kerajaan pesisir utara Jawa.
- Pedagang dari India, Arab, dan Tiongkok yang berdagang melalui pelabuhan Sunda Kelapa.
Pelabuhan Strategis: Sunda Kelapa
Salah satu wilayah penting dari Kerajaan Pajajaran adalah Sunda Kelapa, yang kini menjadi bagian dari Jakarta. Pelabuhan ini merupakan pintu masuk utama bagi perdagangan luar negeri, dan menjadi aset strategis bagi kerajaan.
Pada awal abad ke-16, Pajajaran sempat menjalin kerja sama dagang dengan bangsa Portugis melalui pelabuhan Sunda Kelapa, sebelum akhirnya direbut oleh Kesultanan Demak dan Kesultanan Banten pada 1527 di bawah pimpinan Fatahillah.
Pembagian Wilayah Administratif
Dalam sistem pemerintahan Kerajaan Pajajaran, wilayah-wilayah kekuasaan dibagi menjadi beberapa tingkatan:
- Negara Inti (Nagari): Wilayah di sekitar Pakuan yang langsung diperintah oleh raja.
- Wilayah Kadipaten: Diperintah oleh adipati atau kepala daerah yang tunduk pada Raja Pajajaran.
- Wilayah Perbatasan: Biasanya dijaga oleh pasukan militer dan lebih rawan konflik, seperti wilayah sekitar Banten dan Cirebon.
Sistem ini memungkinkan Raja Pajajaran menjaga kontrol atas wilayah luas meskipun komunikasi dan transportasi masih terbatas pada masa itu.
Baca juga: Sistem Pendidikan Indonesia: Jejak Warisan dari Pemerintahan Kolonial Belanda
Bukti-Bukti Arkeologis dan Prasasti
Beberapa prasasti yang menguatkan informasi tentang letak dan wilayah kekuasaan Kerajaan Pajajaran antara lain:
- Prasasti Batutulis (Bogor): Menyebut nama Prabu Siliwangi dan keberadaan Pakuan sebagai pusat kerajaan.
- Prasasti Kebon Kopi II: Menyebut pengaruh kekuasaan Pajajaran di wilayah barat Jawa.
- Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Jambu: Mengindikasikan pengaruh Kerajaan Tarumanagara yang kemudian diteruskan oleh Pajajaran.
Wilayah Pajajaran di Akhir Masa Pemerintahan
Menjelang akhir abad ke-16, wilayah kekuasaan Kerajaan Pajajaran mulai menyusut karena tekanan dari kekuatan Islam yang berkembang, terutama Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon.
Setelah pada tahun 1579, ibu kota Pakuan direbut oleh Maulana Yusuf dari Banten, maka secara resmi Kerajaan Pajajaran runtuh. Namun, sisa-sisa pengaruh kekuasaan dan budayanya tetap ada di daerah pedalaman Sunda hingga berabad-abad kemudian.
Pengaruh Wilayah Pajajaran terhadap Budaya Sunda Modern
Warisan dari wilayah kekuasaan Pajajaran masih terlihat hingga saat ini dalam budaya masyarakat Sunda:
- Bahasa Sunda sebagai bahasa dominan di wilayah eks Pajajaran.
- Tradisi dan adat istiadat seperti seren taun, wayang golek, dan angklung.
- Cerita-cerita rakyat seperti Prabu Siliwangi, Maung Pajajaran, dan Gunung Tangkuban Parahu.
- Kepercayaan lokal seperti Sunda Wiwitan yang masih dianut di wilayah pedalaman.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Di mana letak pusat Kerajaan Pajajaran?
Pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran berada di Pakuan, yang saat ini dikenal sebagai Kota Bogor, Jawa Barat.
2. Apa saja wilayah yang termasuk kekuasaan Kerajaan Pajajaran?
Wilayahnya mencakup hampir seluruh Jawa Barat saat ini, termasuk Bogor, Sukabumi, Bandung, Ciamis, hingga Banten sebelum menjadi kesultanan.
3. Apakah Jakarta termasuk wilayah Pajajaran?
Ya, pelabuhan Sunda Kelapa, yang kini menjadi bagian dari Jakarta Utara, merupakan pelabuhan penting Kerajaan Pajajaran.
4. Mengapa Kerajaan Pajajaran bisa runtuh?
Kerajaan Pajajaran runtuh akibat serangan dari Kesultanan Banten pada tahun 1579, ditambah melemahnya kekuatan politik dan militer internal.
5. Apakah warisan Kerajaan Pajajaran masih bisa ditemukan sekarang?
Ya. Beberapa prasasti seperti Batutulis dan peninggalan budaya Sunda seperti bahasa, adat, dan seni tradisional merupakan warisan dari masa Pajajaran.
Referensi
- Ekajati, Edi S. (1995). Kebudayaan Sunda. Bandung: Pustaka Jaya.
- Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya.
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (1981). Prasasti Batutulis dan Peninggalan Sejarah di Bogor.
- Pemerintah Provinsi Jawa Barat: https://jabarprov.go.id
- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN): https://brin.go.id