Surabaya dikenal luas sebagai “Kota Pahlawan” berkat pertempuran heroik 10 November 1945. Namun, perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia tidak hanya terjadi di satu kota. Banyak daerah lain di berbagai penjuru Nusantara juga mencatatkan peran penting dalam melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Kota-kota ini memiliki kisah perjuangan tersendiri yang tak kalah heroik dan layak dikenal sebagai kota pahlawan di luar Surabaya.
Dalam artikel ini, kita akan mengenal beberapa daerah lain di Indonesia yang berjasa besar bagi perjuangan kemerdekaan, baik melalui perlawanan fisik, peran diplomasi, maupun sebagai basis pergerakan nasional.
1. Yogyakarta: Ibu Kota Perjuangan
Peran Utama:
- Menjadi ibu kota Republik Indonesia setelah Jakarta diduduki Belanda (1946–1949).
- Tempat pengasingan dan basis pemerintahan darurat.
Yogyakarta memainkan peran strategis dalam mempertahankan eksistensi Republik Indonesia setelah Belanda melancarkan Agresi Militer I dan II. Kota ini menjadi saksi Serangan Umum 1 Maret 1949, sebuah operasi militer yang menunjukkan kepada dunia bahwa Republik Indonesia masih ada dan aktif.
Selain itu, Yogyakarta adalah tempat berkumpulnya tokoh nasional, termasuk Soeharto, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan Soekarno. Sultan HB IX bahkan menyatakan integrasi Kesultanan Yogyakarta ke dalam Republik Indonesia tanpa syarat.
2. Bandung: Kota Perlawanan dan Lautan Api
Peran Utama:
- Lokasi perlawanan sengit pada Maret 1946 dalam peristiwa Bandung Lautan Api.
- Pusat pergerakan nasional sebelum kemerdekaan.
Bandung dikenal dengan peristiwa heroik Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946, ketika rakyat dan pejuang membumihanguskan kota bagian selatan agar tidak jatuh ke tangan pasukan Sekutu. Peristiwa ini menggambarkan semangat pengorbanan total rakyat Bandung dalam mempertahankan kemerdekaan.
Bandung juga merupakan kota tempat berdirinya sekolah-sekolah nasionalis, seperti Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB), yang banyak melahirkan pemimpin bangsa.
3. Aceh: Daerah Modal Republik
Peran Utama:
- Menyumbangkan dana, emas, dan pesawat untuk Republik Indonesia.
- Basis perlawanan terhadap Belanda selama lebih dari 70 tahun.
Aceh dikenal dengan sebutan Daerah Modal Republik Indonesia, karena perannya dalam mendanai pembelian pesawat Dakota RI-001 Seulawah yang digunakan untuk diplomasi internasional pasca-proklamasi.
Lebih jauh ke belakang, Aceh juga tercatat sebagai daerah yang paling lama melawan penjajahan Belanda. Perlawanan Cut Nyak Dhien, Teuku Umar, dan lainnya menandai kegigihan rakyat Aceh dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan wilayah.
4. Jakarta: Pusat Proklamasi dan Perlawanan Awal
Peran Utama:
- Tempat pembacaan Proklamasi 17 Agustus 1945.
- Saksi pertempuran-pertempuran awal pasca-kemerdekaan.
Sebagai ibu kota negara dan tempat pembacaan proklamasi kemerdekaan, Jakarta memiliki posisi simbolik yang kuat dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Di kota inilah Soekarno dan Hatta menyatakan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang dan menandai lahirnya negara Republik Indonesia.
Setelah proklamasi, Jakarta juga menjadi medan pertempuran antara rakyat dan tentara Sekutu yang ingin menduduki kembali wilayah Indonesia. Pertempuran terjadi di berbagai sudut kota seperti di Salemba dan Jatinegara.
5. Semarang: Pertempuran Lima Hari
Peran Utama:
- Lokasi Pertempuran Lima Hari pada Oktober 1945.
- Pusat milisi pemuda dan pelajar melawan Jepang.
Pertempuran Lima Hari di Semarang terjadi pada 15–19 Oktober 1945, ketika pemuda-pemuda Indonesia yang tergabung dalam milisi dan pelajar bertempur melawan tentara Jepang yang belum sepenuhnya menyerah. Konflik ini dipicu oleh penahanan dokter Indonesia oleh Jepang dan berkembang menjadi perlawanan bersenjata besar.
Pertempuran tersebut menjadi simbol keberanian rakyat sipil, termasuk para pelajar, dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan.
6. Bukittinggi: Ibu Kota Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
Peran Utama:
- Tempat berdirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) saat Soekarno-Hatta ditangkap.
- Basis komunikasi luar negeri.
Ketika Soekarno dan Hatta ditangkap dalam Agresi Militer II Belanda pada 1948, pemerintahan Republik hampir lumpuh. Namun, di Bukittinggi, Sumatra Barat, dibentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) oleh Syafruddin Prawiranegara.
Dari kota ini, Republik tetap menjalankan roda pemerintahan, mengoordinasi perlawanan, dan menjaga komunikasi dengan dunia luar. PDRI menjadi bukti ketahanan Republik Indonesia dalam menghadapi invasi dan upaya pembubaran oleh Belanda.
7. Makassar: Perlawanan Terhadap Agresi Belanda di Indonesia Timur
Peran Utama:
- Basis pertahanan di Kawasan Indonesia Timur.
- Tempat perlawanan pasukan Indonesia melawan tentara Belanda.
Makassar menjadi pusat perlawanan di wilayah timur Indonesia, khususnya pada masa agresi Belanda. Meski sempat dikuasai oleh Belanda, perjuangan tetap berlanjut melalui jaringan laskar rakyat dan simpatisan Republik yang tersebar di Sulawesi Selatan.
Tokoh seperti Andi Abdullah Bau Massepe dan Sultan Hasanuddin (meski masa perjuangannya lebih awal) menjadi simbol perjuangan rakyat Sulawesi melawan penjajah.
Baca juga: Dampak Kolonialisme Belanda terhadap Masyarakat Sunda Kelapa
8. Banten: Basis Gerakan Rakyat dan Santri
Peran Utama:
- Melahirkan gerakan rakyat dan santri melawan Belanda.
- Basis perjuangan tokoh seperti KH. Syam’un dan KH. Wasid.
Banten memiliki sejarah panjang perlawanan terhadap kolonialisme, termasuk pemberontakan petani tahun 1888. Di masa kemerdekaan, Banten menjadi tempat pertahanan para laskar santri dan rakyat yang menolak pendudukan Belanda. KH. Syam’un, seorang ulama dan pejuang kemerdekaan asal Serang, turut andil dalam membangun pemerintahan Republik di wilayah barat Jawa.
Mengapa Kota-Kota Ini Juga Layak Disebut Kota Pahlawan?
Istilah “Kota Pahlawan” tidak hanya disematkan secara administratif. Kota-kota di atas menunjukkan kontribusi nyata bagi perjuangan kemerdekaan, baik secara militer, politik, ekonomi, maupun diplomasi. Mereka menjadi medan tempur, tempat pengambilan keputusan penting, hingga lokasi penyebaran semangat nasionalisme.
Masing-masing kota memiliki identitas kepahlawanan yang unik dan berakar pada kearifan lokal, budaya, serta tokoh-tokoh inspiratif yang berasal dari daerah tersebut.
Mengapa Mengenal Kota-Kota Pahlawan Itu Penting?
Mengenal kota-kota pahlawan di luar Surabaya penting untuk:
- Memahami sejarah secara menyeluruh, bukan hanya dari satu sudut pandang atau satu kota.
- Menghargai kontribusi daerah lain dalam perjuangan nasional.
- Membangun rasa persatuan dan nasionalisme lintas daerah.
- Menjadikan sejarah sebagai inspirasi untuk menghadapi tantangan masa kini.
Penutup
Indonesia merdeka bukan karena perjuangan satu orang atau satu kota. Kemerdekaan adalah hasil dari gotong royong seluruh rakyat di berbagai daerah yang rela mengorbankan jiwa dan raga. Kota-kota seperti Yogyakarta, Bandung, Aceh, Semarang, dan lainnya telah mencatatkan jejak emas dalam sejarah bangsa dan layak mendapat penghargaan sebagai kota-kota pahlawan di luar Surabaya.
Sebagai generasi penerus, sudah sepatutnya kita menjaga semangat perjuangan itu—bukan hanya dengan mengenangnya, tetapi juga dengan menerapkannya dalam kehidupan nyata, seperti menjaga persatuan, menghargai keberagaman, dan mencintai tanah air.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apakah hanya Surabaya yang disebut Kota Pahlawan?
Secara resmi, Surabaya dijuluki Kota Pahlawan karena pertempuran besar 10 November 1945. Namun, banyak kota lain juga berjasa besar dan bisa disebut kota pahlawan secara historis.
2. Apa yang membuat Yogyakarta penting dalam perjuangan kemerdekaan?
Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia saat Jakarta dikuasai Belanda, dan dari sana Republik tetap eksis melalui PDRI dan Serangan Umum 1 Maret.
3. Mengapa Aceh disebut Daerah Modal Republik?
Karena rakyat Aceh menyumbangkan dana dan emas untuk mendukung diplomasi dan logistik perjuangan Republik, termasuk pembelian pesawat pertama Indonesia.
4. Apa yang terjadi dalam Bandung Lautan Api?
Rakyat Bandung membumihanguskan kota bagian selatan agar tidak digunakan pasukan Sekutu pada Maret 1946, sebagai bentuk perlawanan total.
5. Apa kontribusi Semarang dalam perjuangan?
Semarang mencatat sejarah lewat Pertempuran Lima Hari pada Oktober 1945, di mana rakyat dan pelajar bertempur melawan tentara Jepang.
Referensi
- Pemerintah Republik Indonesia – https://www.indonesia.go.id
- Dinas Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah – Arsip Pertempuran Semarang
- Ensiklopedia Nasional Indonesia – Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
- Kompas.com, Historia.id – Artikel Sejarah Kota-Kota Pahlawan
- Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)
- Buku Sejarah Nasional Indonesia – Balai Pustaka
