Indonesia dikenal sebagai bangsa yang besar karena perjuangan rakyatnya dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Di berbagai daerah, rakyat bahu-membahu melawan penjajah dengan keberanian, pengorbanan, dan semangat kebangsaan yang tinggi. Tidak hanya Surabaya, beberapa kota lain di Indonesia juga memainkan peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan. Kota-kota ini layak menyandang predikat “Kota Pahlawan” karena menjadi saksi bisu pertempuran heroik, lahirnya tokoh-tokoh pejuang, serta semangat patriotik yang masih hidup hingga kini. Mari mengenal Kota-Kota Pahlawan di Indonesia: Jejak Perjuangan di Berbagai Daerah?
Artikel ini akan mengulas kota-kota pahlawan di Indonesia dan bagaimana jejak perjuangan mereka membentuk sejarah bangsa.
1. Surabaya – Kota Pahlawan Nasional
Surabaya dikenal luas sebagai Kota Pahlawan karena menjadi pusat perlawanan rakyat terhadap pasukan Sekutu pada 10 November 1945. Pertempuran yang terjadi setelah tewasnya Brigjen Mallaby ini melibatkan ribuan rakyat dari berbagai kalangan, mulai dari pemuda, santri, hingga masyarakat biasa.
Tokoh seperti Bung Tomo tampil di garis depan, menyemangati rakyat melalui siaran radio. Meski kalah secara militer, semangat juang rakyat Surabaya mengguncang dunia dan menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia bukan sekadar pernyataan, tetapi diperjuangkan dengan darah dan nyawa.
Tugu Pahlawan, Museum 10 November, dan peringatan Hari Pahlawan setiap tahun adalah bentuk penghormatan terhadap perjuangan rakyat Surabaya.
2. Bandung – Kota Lautan Api
Bandung diberi julukan “Kota Lautan Api” karena peristiwa yang terjadi pada 23 Maret 1946, ketika rakyat dan tentara Indonesia membumihanguskan kota bagian selatan untuk menghindari pendudukan Belanda. Aksi ini merupakan bentuk taktik “bumi hangus” agar pasukan musuh tidak dapat menggunakan Bandung sebagai basis operasi.
Peristiwa ini memperlihatkan bahwa rakyat Bandung rela kehilangan tempat tinggal demi mempertahankan kemerdekaan. Perlawanan ini menunjukkan kesadaran kolektif akan arti kemerdekaan dan pengorbanan.
Monumen Bandung Lautan Api di Lapangan Tegalega kini menjadi simbol keberanian warga Bandung dalam mempertahankan kedaulatan negara.
3. Yogyakarta – Kota Perjuangan dan Ibukota Darurat
Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai kota budaya dan pendidikan, tetapi juga kota perjuangan. Setelah Belanda melancarkan Agresi Militer II dan menduduki ibu kota Jakarta, Yogyakarta menjadi ibu kota sementara Republik Indonesia antara 1946–1949.
Di kota inilah Bung Karno dan Bung Hatta ditahan, dan dari sinilah gerilya rakyat dilancarkan. Salah satu peristiwa penting adalah Serangan Umum 1 Maret 1949, di mana pasukan Indonesia berhasil merebut kota Yogyakarta dari tangan Belanda selama enam jam. Aksi ini membuktikan eksistensi Republik Indonesia kepada dunia internasional.
Karena jasanya, Yogyakarta diberi gelar “Kota Pahlawan Nasional” oleh Presiden Soekarno, dan hingga kini memiliki status istimewa sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
4. Aceh – Daerah Modal
Aceh dikenal sebagai daerah dengan semangat jihad dan perlawanan yang sangat kuat terhadap penjajah Belanda. Pada masa penjajahan, Aceh menjadi salah satu daerah yang paling sulit ditaklukkan.
Tokoh seperti Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, dan Hasan Tiro menjadi simbol perlawanan dari bumi Serambi Mekah. Setelah Indonesia merdeka, rakyat Aceh memberikan dukungan finansial kepada Republik Indonesia berupa emas dan kekayaan lain untuk membeli pesawat pertama Indonesia, Seulawah RI-001.
Karena kontribusinya, Aceh disebut sebagai “Daerah Modal” bagi Republik Indonesia.
5. Semarang – Kota Pertempuran Lima Hari
Semarang memiliki sejarah penting dalam perlawanan terhadap Jepang dan Belanda. Yang paling terkenal adalah Pertempuran Lima Hari di Semarang yang berlangsung pada 15–19 Oktober 1945.
Peristiwa ini dipicu oleh aksi kejam pasukan Jepang terhadap tenaga medis Indonesia. Dalam pertempuran tersebut, pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan rakyat Semarang bahu-membahu melawan tentara Jepang yang tidak mau menyerahkan diri.
Kota ini juga melahirkan banyak tokoh pejuang seperti Dr. Kariadi, yang gugur dalam menjalankan tugasnya sebagai dokter.
6. Makassar – Perlawanan di Wilayah Timur
Makassar, sebagai kota terbesar di Indonesia Timur, turut memainkan peran dalam mempertahankan kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka, Belanda masih berusaha menguasai wilayah timur Indonesia dengan mendirikan negara boneka, Negara Indonesia Timur (NIT).
Namun rakyat Makassar menolak keras. Pada tahun 1946–1947 terjadi pertempuran antara rakyat yang dipimpin Jenderal A.H. Nasution dan pasukan Belanda. Selain itu, kota ini juga menjadi pusat perjuangan tokoh seperti Sultan Hasanuddin dari Gowa yang telah lama dikenal karena keberaniannya melawan VOC.
7. Palembang – Kota Perjuangan Sumatra Selatan
Palembang, kota terbesar di Sumatra Selatan, memiliki sejarah panjang perlawanan terhadap penjajahan. Dalam masa revolusi fisik, Palembang menjadi salah satu pusat pertempuran melawan Belanda.
Pertempuran besar terjadi pada 5 Januari 1947, ketika tentara Belanda melancarkan serangan ke kota ini. Pasukan TNI dan rakyat Palembang melakukan perlawanan sengit dalam Pertempuran Lima Hari Lima Malam.
Rakyat yang dipimpin oleh Letkol Mochammad Hasan berhasil menghambat laju Belanda dan menegaskan bahwa rakyat Sumatra juga siap mempertahankan kemerdekaan.
8. Medan – Kota Medan Area
Setelah Proklamasi, Belanda yang kembali ke Sumatra Utara menghadapi perlawanan hebat dari rakyat Medan. Peristiwa ini dikenal sebagai “Medan Area”, yaitu wilayah di mana rakyat dan tentara Indonesia mengusir pasukan Sekutu dan Belanda dari pusat kota ke pinggiran.
Istilah “Medan Area” menjadi simbol perjuangan rakyat dalam mempertahankan kota. Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area dibentuk untuk mengatur perlawanan.
Monumen Medan Area dibangun sebagai penghormatan kepada para pejuang yang gugur di wilayah ini.
Baca juga: Masuknya Belanda ke Sunda Kelapa: Awal Kolonialisme di Batavia
