Kerajaan Ternate dan Tidore adalah dua kerajaan Islam besar yang pernah berjaya di kawasan timur Nusantara, tepatnya di Kepulauan Maluku. Kedua kerajaan ini bukan hanya berpengaruh di wilayah Maluku saja, tetapi juga menjangkau bagian lain dari Indonesia bagian timur, termasuk Sulawesi Utara. Dalam lintasan sejarah, pengaruh politik, ekonomi, dan keagamaan dari Ternate dan Tidore meninggalkan jejak yang kuat di wilayah ini.
Artikel ini akan membahas bagaimana kekuatan maritim Ternate dan Tidore menjangkau Sulawesi Utara, bentuk pengaruh yang mereka tinggalkan, serta relevansi sejarahnya dalam dinamika kawasan timur Indonesia.
Sejarah Singkat Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berdiri sekitar abad ke-13 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah. Ternate dikenal sebagai “Kerajaan Rempah” karena menguasai perdagangan cengkeh, salah satu komoditas paling berharga di dunia saat itu. Berkat kekuatan maritimnya, Ternate menjalin hubungan dagang dan politik dengan berbagai wilayah di Indonesia timur, termasuk Sulawesi.
Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore adalah rival utama Ternate dan juga merupakan kerajaan Islam yang kuat. Tidore dikenal menjalin hubungan diplomatik dengan Spanyol sebagai penyeimbang kekuatan Ternate yang bersekutu dengan Portugis dan kemudian Belanda. Seperti Ternate, Tidore juga memainkan peran penting dalam jalur perdagangan rempah dan perluasan pengaruh politiknya ke wilayah lain, termasuk Papua dan Sulawesi Utara.
Pengaruh Politik dan Ekspansi ke Sulawesi Utara
Wilayah Sulawesi Utara, khususnya daerah pesisir dan kepulauan seperti Sangihe, Talaud, dan Gorontalo, merupakan bagian dari jaringan kekuasaan dan pengaruh Ternate dan Tidore. Ekspansi ini bukan semata-mata kolonisasi, tetapi juga ikatan melalui perjanjian, hubungan dagang, dan penyebaran agama Islam.
1. Kepulauan Sangihe dan Talaud
Daerah kepulauan ini secara historis berada di bawah pengaruh Kerajaan Ternate. Ternate menempatkan pejabat penguasa yang disebut Jogugu atau Sangaji untuk mewakili otoritas kerajaan. Sistem ini memungkinkan kontrol administratif dan perpajakan dari Ternate atas wilayah tersebut.
Kapal-kapal Ternate secara rutin berlayar ke kepulauan ini untuk mengambil hasil bumi seperti kelapa, pala, dan cengkeh, serta memantau jalur perdagangan lokal.
2. Gorontalo dan Bolaang Mongondow
Gorontalo dikenal memiliki hubungan erat dengan Tidore. Meskipun wilayah ini memiliki kerajaan lokal, seperti Kerajaan Gorontalo dan Limboto, mereka sering menjalin hubungan diplomatik dan perlindungan dengan Kerajaan Tidore, terutama saat menghadapi ancaman dari kerajaan-kerajaan lain atau serangan bajak laut.
Tidore menjadikan Gorontalo sebagai wilayah penting dalam memperluas pengaruh Islam dan menjaga jalur dagang menuju Teluk Tomini.
Penyebaran Islam di Sulawesi Utara
Salah satu pengaruh paling kuat yang dibawa Ternate dan Tidore ke Sulawesi Utara adalah penyebaran agama Islam. Islam masuk ke wilayah ini melalui para pedagang, mubalig, dan pejabat kerajaan yang menetap di sana.
Islam diterima secara bertahap di masyarakat lokal, terutama di wilayah pesisir seperti Gorontalo, Bolango, dan beberapa daerah di Minahasa. Kerajaan lokal yang berafiliasi dengan Ternate dan Tidore kemudian mengadopsi Islam sebagai agama resmi.
Pengaruh Ekonomi dan Perdagangan
Wilayah Sulawesi Utara merupakan bagian dari jaringan perdagangan rempah-rempah antara Maluku, Mindanao (Filipina Selatan), dan Malaka. Ternate dan Tidore menjadikan wilayah ini sebagai jalur transit penting untuk rempah, hasil hutan, dan hasil laut.
Pelabuhan-pelabuhan kecil di wilayah ini berkembang menjadi titik persinggahan bagi kapal-kapal dari Maluku, memperkuat hubungan ekonomi antara Maluku dan Sulawesi Utara. Sebagai imbal balik, masyarakat lokal mendapatkan akses terhadap barang-barang dari luar seperti tekstil, logam, dan senjata.
Konflik dan Kolonialisme
Dengan masuknya bangsa Eropa ke Nusantara, wilayah pengaruh Ternate dan Tidore menjadi sasaran politik adu domba. Portugis, Spanyol, dan kemudian Belanda, masing-masing bersekutu dengan salah satu dari dua kerajaan ini.
1. Spanyol dan Tidore
Spanyol, melalui basis mereka di Filipina, menjalin kerja sama erat dengan Tidore. Beberapa kali Spanyol bahkan mengirim pasukan untuk membantu Tidore mempertahankan wilayahnya dari serangan Ternate dan Belanda.
Wilayah Sulawesi Utara yang dekat dengan Filipina menjadi jalur logistik penting dalam hubungan ini. Beberapa pengaruh budaya Filipina juga masuk ke Sulawesi Utara melalui koneksi ini.
2. Belanda dan Ternate
Sementara itu, Belanda menjadikan Ternate sebagai sekutu strategisnya untuk mengontrol perdagangan rempah-rempah. VOC membangun benteng dan pangkalan dagang di Ternate, dan dari sanalah mereka mengatur sistem monopoli rempah.
Dalam proses ini, Belanda juga memperluas pengaruhnya ke wilayah Sulawesi Utara, seringkali menggantikan posisi yang sebelumnya dikuasai oleh Ternate atau Tidore.
Baca juga: Warisan Penjajahan Belanda di Indonesia: Apa Saja yang Masih Bertahan?
Warisan Budaya dan Sejarah
Hingga kini, pengaruh sejarah Ternate dan Tidore masih terasa di Sulawesi Utara, terutama di daerah-daerah yang dulunya berada dalam zona kekuasaan kedua kerajaan tersebut. Pengaruh itu dapat dilihat pada:
- Bahasa dan istilah-istilah adat di Sangihe dan Talaud yang memiliki kesamaan dengan bahasa Ternate.
- Islamisasi Gorontalo, yang jejaknya terlihat dari lembaga-lembaga keagamaan tradisional dan arsitektur masjid kuno.
- Silsilah bangsawan lokal, yang masih merujuk pada keturunan atau hubungan historis dengan Ternate dan Tidore.
Kesimpulan
Kerajaan Ternate dan Tidore bukan hanya kerajaan Islam yang kuat di Maluku, tetapi juga pemain utama dalam sejarah kawasan timur Indonesia. Pengaruhnya di Sulawesi Utara sangat signifikan, baik dalam aspek politik, ekonomi, maupun budaya.
Melalui sistem kekuasaan maritim, hubungan dagang, serta penyebaran agama Islam, kedua kerajaan ini membentuk lanskap sosial dan budaya Sulawesi Utara hingga kini. Meskipun kemudian pengaruh mereka meredup karena kolonialisme, warisan sejarah dan identitas yang ditinggalkan tetap menjadi bagian dari jati diri masyarakat Sulawesi Utara.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apakah Kerajaan Ternate dan Tidore pernah menguasai Sulawesi Utara secara langsung?
Secara politik, tidak semua wilayah dikuasai langsung, tetapi banyak daerah seperti Sangihe, Talaud, dan Gorontalo berada di bawah pengaruh atau naungan Ternate dan Tidore.
2. Apa bukti pengaruh Ternate dan Tidore di Sulawesi Utara?
Bukti pengaruh terlihat dari sistem pemerintahan lokal, penyebaran Islam, bahasa, hingga hubungan dagang historis antara wilayah-wilayah tersebut.
3. Mengapa Ternate dan Tidore bisa begitu berpengaruh?
Keduanya menguasai perdagangan rempah dan memiliki armada laut yang kuat, memungkinkan mereka menjalin hubungan dagang dan politik dengan berbagai wilayah di Indonesia timur.
4. Apakah Ternate dan Tidore masih ada sekarang?
Secara kultural dan adat, keduanya masih eksis sebagai kesultanan adat yang dihormati, meskipun tidak lagi memiliki kekuasaan politik.
5. Apa peran bangsa Eropa dalam konflik antara Ternate dan Tidore?
Portugis, Spanyol, dan Belanda memanfaatkan persaingan antara Ternate dan Tidore untuk kepentingan kolonial mereka, memperburuk konflik dan akhirnya mendominasi wilayah Nusantara.
Referensi
- Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200–2008, Jakarta: Serambi, 2008.
- Pelras, Christian. The Bugis, Oxford: Blackwell Publishers, 1996.
- Van Fraassen, Chr. F. Ternate, de Molukken en de Indonesische Archipel, 1987.
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
- https://sulutprov.go.id
- https://perpusnas.go.id