Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di Nusantara, tepatnya di Jawa Timur, sekitar abad ke-11 hingga ke-13 Masehi. Dikenal sebagai kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno yang terpecah menjadi dua (Kediri dan Janggala), Kediri mencapai masa kejayaannya di bawah kepemimpinan Raja Jayabaya. Bagaimana kondisi Kehidupan Sosial dan Budaya di Kerajaan Kediri pada Masa Kejayaannya?
Di balik kejayaannya dalam bidang politik dan ekonomi, kehidupan sosial dan budaya di Kerajaan Kediri juga berkembang sangat pesat. Kerajaan ini menjadi pusat peradaban dan intelektual yang melahirkan berbagai karya sastra, sistem sosial yang terorganisir, dan perkembangan budaya Hindu yang kuat.
Struktur Sosial dalam Kerajaan Kediri
Kehidupan sosial masyarakat Kediri terstruktur dalam sistem kasta dan status sosial yang mencerminkan pengaruh agama Hindu. Berikut adalah struktur sosial yang berlaku:
1. Golongan Bangsawan dan Raja
Raja menempati posisi tertinggi dalam struktur sosial, dianggap sebagai titisan dewa (dewaraja). Golongan bangsawan dan keluarga kerajaan menguasai pemerintahan dan tanah. Mereka hidup dengan kemewahan dan dihormati oleh seluruh lapisan masyarakat.
2. Pendeta dan Brahmana
Kelompok Brahmana memainkan peran penting dalam urusan keagamaan dan pendidikan. Mereka bertugas memimpin upacara keagamaan, memberi nasihat spiritual, dan menyebarkan nilai-nilai Hindu dalam masyarakat.
3. Ksatria
Ksatria adalah golongan prajurit dan militer yang bertugas menjaga keamanan kerajaan. Mereka juga memiliki peran penting dalam ekspansi wilayah dan mempertahankan kekuasaan raja.
4. Waisya
Waisya terdiri atas para pedagang, pengrajin, dan petani yang menjadi tulang punggung ekonomi kerajaan. Mereka menjalankan kegiatan perdagangan, pertanian, dan produksi barang konsumsi.
5. Sudra dan Rakyat Jelata
Sudra merupakan golongan pekerja kasar, buruh, dan pelayan. Mereka menjalankan peran yang mendukung kelas-kelas di atasnya. Meski berada di lapisan bawah, peran mereka tetap dianggap penting dalam struktur sosial.
6. Kaum Budak
Dalam sistem feodal Kediri, budak juga dikenal sebagai bagian dari masyarakat. Mereka biasanya adalah tawanan perang atau orang-orang yang terlilit utang.
Kehidupan Budaya di Kerajaan Kediri
1. Seni Sastra dan Bahasa
Kerajaan Kediri dikenal sebagai salah satu pusat sastra klasik Jawa Kuno. Masa pemerintahan Raja Jayabaya hingga Raja Kameswara menjadi masa keemasan perkembangan sastra. Beberapa karya terkenal yang lahir dari Kediri antara lain:
- Kakawin Bharatayudha: Ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan oleh Mpu Panuluh, berisi kisah Mahabharata yang disesuaikan dengan konteks lokal Jawa.
- Smaradhahana: Karya Mpu Dharmaja, yang kemudian menginspirasi perkembangan cerita Panji.
- Kresnayana dan Hariwangsa: Karya sastra yang menggambarkan epos Hindu dalam gaya khas Jawa.
Bahasa yang digunakan dalam karya sastra Kediri adalah bahasa Jawa Kuno, yang berkembang pesat sebagai bahasa kesusastraan dan keagamaan.
2. Kepercayaan dan Agama
Agama Hindu menjadi agama utama di Kediri, khususnya aliran Siwaisme. Namun, terdapat pula pengaruh agama Buddha, meskipun tidak dominan.
Ciri khas praktik keagamaan Kediri antara lain:
- Pemujaan dewa-dewa Hindu, seperti Siwa, Wisnu, dan Brahma.
- Pembangunan tempat suci dan candi, meskipun jumlah dan ukuran tidak sebesar pada masa Majapahit.
- Upacara besar seperti korban api (homa), perayaan keagamaan, dan pemujaan terhadap raja sebagai dewa.
3. Seni Rupa dan Arsitektur
Seni rupa berkembang dalam bentuk relief, arca, dan seni pahat yang menghiasi tempat suci atau bangunan kerajaan. Gaya seni Kediri cenderung lebih halus dan ekspresif dibandingkan masa sebelumnya.
Arsitektur Kediri ditandai dengan:
- Bangunan dari batu bata dan batu andesit.
- Ornamen candi yang menggambarkan cerita epik Hindu.
- Struktur sederhana, namun memiliki simbolisme kuat terhadap kosmologi Hindu.
4. Seni Pertunjukan dan Musik
Budaya Kediri juga meliputi seni pertunjukan tradisional, seperti:
- Wayang purwa yang menampilkan cerita Ramayana dan Mahabharata.
- Tari-tarian sakral yang digelar saat upacara keagamaan dan kerajaan.
- Gamelan sebagai alat musik utama dalam hiburan dan ritus keagamaan.
Pendidikan dan Intelektualisme
Kerajaan Kediri dikenal memiliki lingkungan yang mendukung perkembangan intelektualisme Hindu-Buddha. Banyak pendeta dan pujangga hidup di istana atau lingkungan keraton untuk menulis, mengajar, dan berdiskusi tentang filsafat, keagamaan, dan sastra.
Raja Jayabaya sendiri dianggap sebagai raja bijak dan visioner. Ia dikenal karena ramalan Jayabaya yang dipercaya hingga sekarang oleh masyarakat Jawa.
Kehidupan Sehari-hari Masyarakat
1. Pertanian dan Pangan
Masyarakat Kediri sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Sungai Brantas memberikan irigasi yang melimpah, membuat lahan pertanian sangat subur. Mereka menanam:
- Padi
- Ubi-ubian
- Kacang-kacangan
- Buah-buahan lokal
2. Perdagangan
Sebagai kerajaan yang strategis, Kediri menjadi pusat perdagangan di Jawa Timur. Barang yang diperdagangkan meliputi beras, hasil hutan, rempah-rempah, dan barang kerajinan seperti kain dan perhiasan.
3. Kerajinan Tangan dan Industri Rumah Tangga
Banyak warga Kediri yang mahir membuat:
- Anyaman bambu
- Perhiasan logam mulia
- Kain tenun
- Gerabah
Kerajinan ini tak hanya untuk kebutuhan lokal, tetapi juga dijual ke pedagang luar.
Baca juga: Akhir Penjajahan Belanda: Proklamasi Kemerdekaan dan Agresi Militer Belanda
Peran Perempuan di Masyarakat Kediri
Meski masyarakat Kediri bersifat patriarkal, perempuan tetap memiliki peran sosial yang penting. Mereka terlibat dalam:
- Produksi dan pengolahan hasil tani
- Perdagangan di pasar
- Pekerjaan rumah tangga dan keagamaan
Beberapa naskah juga menggambarkan perempuan terpelajar dan terlibat dalam kegiatan sastra.
Hubungan Sosial dan Gotong Royong
Masyarakat Kediri menjunjung tinggi nilai gotong royong dalam kehidupan desa. Mereka bersama-sama mengelola irigasi, membangun lumbung padi, dan saling membantu dalam upacara adat. Nilai kekeluargaan dan kebersamaan menjadi bagian dari identitas masyarakat.
Kesimpulan
Kehidupan sosial dan budaya di Kerajaan Kediri mencerminkan peradaban yang maju dan berakar kuat pada nilai-nilai Hindu-Jawa. Struktur masyarakat yang rapi, kekayaan sastra, kemajuan dalam pendidikan, dan kehidupan budaya yang dinamis menjadikan Kediri sebagai pusat intelektual dan spiritual yang penting dalam sejarah Nusantara.
Kehidupan rakyat tidak hanya ditentukan oleh kekuasaan raja, tetapi juga oleh nilai-nilai kolektif seperti gotong royong, seni, dan keagamaan. Semua ini membentuk warisan budaya yang berpengaruh hingga masa kini, terutama dalam tradisi Jawa.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Bagaimana struktur sosial di Kerajaan Kediri?
Struktur sosialnya terdiri atas raja dan bangsawan, pendeta, ksatria, waisya (pedagang/petani), sudra (pekerja), dan budak.
2. Apa karya sastra terkenal dari Kerajaan Kediri?
Beberapa karya terkenal adalah Kakawin Bharatayudha, Smaradhahana, Kresnayana, dan Hariwangsa.
3. Apa agama yang dianut masyarakat Kediri?
Mayoritas masyarakat Kediri memeluk agama Hindu, terutama aliran Siwa, meski ada juga pengaruh Buddha.
4. Apakah perempuan memiliki peran penting di Kediri?
Ya, perempuan berperan dalam kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya, termasuk di bidang perdagangan dan produksi kerajinan.
5. Apa yang membuat budaya Kediri begitu berpengaruh?
Karena adanya dukungan raja terhadap perkembangan sastra, pendidikan, dan nilai-nilai Hindu, serta posisi geografis yang strategis dalam perdagangan dan pertukaran budaya.
Referensi
- Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
- Muljana, Slamet. Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit. Yogyakarta: LKiS.
- Prasasti Hantang dan Sirah Keting (Dokumen Epigrafi Kediri).
- Sedyawati, Edi. Budaya dalam Sejarah Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Badan Bahasa Kemendikbud: https://badanbahasa.kemdikbud.go.id