Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Nusantara. Berdiri pada tahun 1222 Masehi di wilayah Jawa Timur, Singasari didirikan oleh Ken Arok setelah menaklukkan Kerajaan Kediri dalam Perang Ganter. Dalam masa keberadaannya yang relatif singkat—kurang dari satu abad—kerajaan ini mampu memberikan kontribusi penting dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial, serta mewariskan budaya Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial di Kerajaan Singasari dan sistem pemerintahan yang kelak dilanjutkan oleh Kerajaan Majapahit.
Artikel Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial di Kerajaan Singasari akan mengulas secara lengkap tentang kehidupan politik, ekonomi, dan sosial masyarakat di Kerajaan Singasari, termasuk bagaimana kerajaan ini dikelola dan berkembang menjadi kekuatan regional yang diperhitungkan pada masanya.
Kehidupan Politik di Kerajaan Singasari
1. Sistem Pemerintahan dan Kekuasaan Raja
Kerajaan Singasari menganut sistem monarki absolut, di mana raja memegang kekuasaan tertinggi baik dalam urusan pemerintahan, militer, maupun agama. Raja dianggap sebagai titisan dewa (dewaraja), yang menjadikan kekuasaannya bersifat sakral. Ken Arok adalah raja pertama Singasari dan pendiri dinasti Rajasa. Setelah Ken Arok, kekuasaan dilanjutkan oleh Anusapati, Tohjaya, Ranggawuni (Wisnuwardhana), dan yang terakhir adalah Kertanegara.
2. Politik Dinasti dan Intrik Kekuasaan
Kehidupan politik di Singasari diwarnai oleh banyak intrik dan perebutan kekuasaan antar anggota keluarga kerajaan. Misalnya, Anusapati membunuh Ken Arok sebagai balas dendam karena kematian ayah kandungnya, Tunggul Ametung. Kemudian, Tohjaya membunuh Anusapati, namun akhirnya dikalahkan oleh Ranggawuni.
Puncak kejayaan politik Singasari terjadi pada masa pemerintahan Kertanegara (1268–1292), yang menjalankan ekspansi wilayah dan menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan asing, termasuk Tiongkok dan India.
3. Kebijakan Ekspansi dan Diplomasi
Kertanegara terkenal dengan kebijakan ekspansinya, seperti Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275, yang bertujuan memperluas pengaruh Singasari ke Sumatra dan menahan ekspansi Mongol dari Dinasti Yuan. Ia juga mengirim utusan diplomatik ke luar negeri dan berani menolak tuntutan upeti dari Kubilai Khan, yang akhirnya memicu invasi Mongol setelah wafatnya Kertanegara.
Kehidupan Ekonomi di Kerajaan Singasari
1. Pertanian sebagai Sektor Utama
Sektor ekonomi utama masyarakat Singasari adalah pertanian. Lokasi kerajaan yang berada di dataran tinggi subur seperti daerah Malang memungkinkan pengembangan tanaman padi dan palawija. Sistem irigasi yang baik, ditopang oleh aliran Sungai Brantas, menjadi tulang punggung produksi pangan.
2. Perdagangan dan Jalur Maritim
Letak strategis Singasari yang dekat dengan pelabuhan-pelabuhan penting di pesisir utara dan selatan Jawa mendukung kegiatan perdagangan, baik dalam negeri maupun antarnegara. Kerajaan ini terlibat aktif dalam perdagangan rempah-rempah, kayu cendana, emas, serta hasil bumi lainnya. Hubungan dagang dilakukan dengan pedagang dari Tiongkok, India, dan bahkan Timur Tengah.
Perdagangan maritim semakin kuat di masa Kertanegara, yang membuka hubungan dagang dengan wilayah Asia Tenggara lain seperti Melayu, Champa, dan Burma.
3. Pajak dan Sistem Upeti
Pemerintahan Singasari mengenakan pajak kepada rakyat dan daerah taklukan. Pajak dibayarkan dalam bentuk hasil bumi, ternak, atau barang berharga lainnya. Sistem ini membantu membiayai pembangunan infrastruktur, candi, dan keperluan militer.
Kehidupan Sosial di Kerajaan Singasari
1. Stratifikasi Sosial
Masyarakat Kerajaan Singasari terbagi dalam kelas-kelas sosial yang cukup ketat. Di puncak hierarki adalah raja dan keluarga bangsawan, kemudian diikuti oleh para brahmana (pendeta), ksatria (militer), waisya (pedagang dan petani kaya), dan sudra (rakyat biasa). Di luar sistem ini, terdapat pula golongan budak atau abdi yang tidak memiliki hak penuh.
2. Kehidupan Agama dan Kepercayaan
Singasari dikenal sebagai kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Kepercayaan ini hidup berdampingan dan sering kali saling berbaur dalam praktik spiritual masyarakat. Raja Kertanegara, misalnya, dikenal sebagai penganut sinkretisme antara Hindu Siwa dan Buddha Tantra. Hal ini tercermin dalam pembangunan candi-candi seperti Candi Jawi dan Candi Jago yang memadukan unsur Hindu dan Buddha.
Upacara keagamaan dilakukan secara besar-besaran dan melibatkan banyak lapisan masyarakat, dari bangsawan hingga rakyat biasa.
3. Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Kehidupan intelektual mulai berkembang, terutama di lingkungan istana dan kalangan brahmana. Ilmu pengetahuan yang berkembang saat itu meliputi filsafat, sastra, astronomi, dan pengobatan tradisional. Kitab-kitab keagamaan dalam bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno menjadi rujukan utama.
4. Kesenian dan Budaya
Seni ukir, arsitektur candi, serta seni sastra menjadi bagian penting dalam budaya Singasari. Banyak candi yang dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada raja-raja yang telah meninggal dan dianggap sebagai dewa. Relief di candi menggambarkan cerita epik seperti Ramayana dan Mahabharata.
Baca juga: Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia di Bawah Penjajahan Belanda
Warisan Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial Singasari
Kerajaan Singasari meletakkan dasar-dasar penting bagi perkembangan kerajaan besar berikutnya, yaitu Majapahit. Kehidupan politik yang kuat, sistem ekonomi berbasis agraria dan maritim, serta kehidupan sosial yang harmonis dalam keberagaman agama dan budaya menjadi warisan yang tetap hidup dalam sejarah Indonesia.
Kesimpulan
Kehidupan politik, ekonomi, dan sosial di Kerajaan Singasari mencerminkan kemajuan dan dinamika masyarakat Nusantara pada abad ke-13. Di bidang politik, kerajaan ini dikenal melalui ekspansi dan diplomasi yang kuat, terutama di bawah kepemimpinan Kertanegara. Dalam bidang ekonomi, pertanian dan perdagangan menjadi sektor andalan yang mendorong kemakmuran kerajaan. Sementara itu, kehidupan sosial masyarakat Singasari menunjukkan harmoni dalam kepercayaan, budaya, dan struktur sosial yang kompleks namun terorganisir.
Peninggalan berupa candi, prasasti, dan karya sastra menjadi bukti peradaban tinggi yang pernah tumbuh di bawah panji Kerajaan Singasari. Dengan memahami sejarahnya, kita tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga belajar bagaimana membangun masa depan yang kuat dengan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa sistem pemerintahan yang digunakan di Kerajaan Singasari?
Singasari menganut sistem monarki absolut dengan raja sebagai penguasa tertinggi dalam urusan politik, militer, dan keagamaan.
2. Siapa raja yang paling berpengaruh dalam sejarah Singasari?
Raja Kertanegara adalah raja yang paling berpengaruh karena kebijakan ekspansi wilayah dan diplomasi luar negeri yang luas.
3. Apa sektor ekonomi utama masyarakat Singasari?
Pertanian menjadi sektor ekonomi utama, disusul oleh perdagangan maritim dan sistem pajak dari daerah taklukan.
4. Bagaimana kehidupan sosial di Singasari?
Masyarakat terbagi dalam kelas sosial tertentu, namun kehidupan agama dan budaya berkembang pesat dan menunjukkan toleransi.
5. Apa warisan penting dari Kerajaan Singasari?
Warisan penting meliputi sistem pemerintahan, karya arsitektur seperti candi, serta nilai-nilai toleransi budaya dan agama.
Referensi
- Soekmono, R. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Kanisius, Yogyakarta, 1988.
- Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit. LKiS, Yogyakarta, 2005.
- Ricklefs, M. C. Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Serambi, Jakarta, 2008.
- Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
- Cagar Budaya Nasional Singasari: https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id