Kedatangan bangsa Portugis ke Nusantara pada awal abad ke-16 menandai awal interaksi intensif antara Eropa dan kerajaan-kerajaan lokal di kepulauan Indonesia. Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang menjalin kontak dagang, militer, dan budaya dengan kerajaan-kerajaan besar seperti Kesultanan Ternate, Tidore, Demak, Malaka, Sunda, dan Bima. Dalam interaksinya, Portugis tidak hanya berdagang, tetapi juga mempengaruhi dinamika politik lokal, menyebarkan agama Katolik, dan memperkenalkan sistem pertahanan serta teknologi baru. Bagaimana Hubungan Portugis dengan Kerajaan-Kerajaan di Nusantara?
Namun, hubungan ini tidak selalu harmonis. Kerajaan-kerajaan Nusantara memiliki kepentingan sendiri dalam mempertahankan kedaulatan dan kekayaan rempah-rempah yang menjadi rebutan global. Artikel ini membahas secara mendalam bentuk-bentuk hubungan antara Portugis dengan kerajaan-kerajaan Nusantara, mulai dari kerja sama dagang, aliansi politik, konflik bersenjata, hingga dampaknya terhadap sejarah kawasan.
Latar Belakang Kedatangan Portugis
Portugis tiba di Asia Tenggara setelah berhasil menjelajahi jalur laut ke India pada tahun 1498 melalui ekspedisi Vasco da Gama. Setelah menaklukkan Malaka pada 1511, Portugis mulai menyebar ke arah timur, menuju Nusantara, terutama Maluku, yang dikenal sebagai sumber utama rempah-rempah dunia seperti cengkeh dan pala.
Tujuan utama kedatangan Portugis adalah:
- Menguasai perdagangan rempah-rempah secara langsung.
- Menyebarkan agama Katolik melalui misi Jesuit.
- Mendirikan pangkalan militer untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara.
Bentuk Hubungan Portugis dengan Kerajaan-Kerajaan di Nusantara
1. Hubungan dengan Kesultanan Ternate
Kesultanan Ternate menjadi kerajaan Nusantara pertama yang menjalin hubungan diplomatik dan militer dengan Portugis. Pada tahun 1512, setelah ekspedisi António de Abreu dan Francisco Serrão mencapai Maluku, Portugis menjalin kerja sama dengan Sultan Bayanullah.
Kerja sama awal meliputi:
- Pendirian benteng Portugis di Ternate (Benteng São João Baptista).
- Monopoli pembelian rempah-rempah oleh Portugis.
- Pertukaran bantuan militer, terutama melawan Kesultanan Tidore.
Namun hubungan ini memburuk setelah Portugis mulai mencampuri urusan dalam negeri Ternate dan membunuh Sultan Khairun. Akibatnya, di bawah pimpinan Sultan Baabullah, Portugis diusir dari Ternate pada tahun 1575.
2. Hubungan dengan Kesultanan Tidore
Kesultanan Tidore adalah rival utama Ternate dan pada awalnya memiliki hubungan lebih dingin dengan Portugis. Namun ketika Portugis mendekati Ternate, Spanyol mencoba menjalin hubungan dengan Tidore sebagai penyeimbang. Hal ini menyebabkan konflik antara dua kekuatan Eropa (Portugis vs Spanyol) di wilayah Maluku.
Tidore memanfaatkan konflik ini untuk menjaga kemerdekaan politik mereka dan sesekali membentuk aliansi dengan Portugis ketika kepentingan mereka sejalan.
3. Hubungan dengan Kesultanan Demak
Kesultanan Demak di Jawa dikenal sebagai pusat kekuatan Islam yang berkembang pesat pada awal abad ke-16. Ketika Portugis menguasai Malaka, Demak melihat ini sebagai ancaman besar terhadap perdagangan Muslim dan penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Akibatnya:
- Demak menjadi salah satu kekuatan utama dalam perlawanan terhadap Portugis.
- Raja Demak, terutama Sultan Trenggana, mengirim armada untuk membantu melawan Portugis di Malaka dan juga mendukung Jepara dan Palembang.
Hubungan antara Demak dan Portugis cenderung konfliktual dan ideologis, karena berbasis pada pertarungan antara Kristen Eropa dan Islam lokal.
4. Hubungan dengan Kerajaan Sunda
Kerajaan Sunda (Pajajaran) di Jawa Barat memiliki hubungan yang relatif unik. Saat itu, kerajaan ini merasa terjepit antara kekuatan Islam dari Demak dan Banten. Maka, pada tahun 1522, Kerajaan Sunda menjalin perjanjian dengan Portugis melalui “Perjanjian Sunda Kelapa.”
Isi perjanjian tersebut:
- Portugis diizinkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
- Sebagai imbalannya, Portugis akan melindungi kerajaan dari ancaman luar dan mendapatkan akses dagang rempah.
Namun proyek ini gagal karena Demak dan Cirebon menyerang Sunda Kelapa terlebih dahulu (1527), dipimpin oleh Fatahillah. Akibatnya, Portugis tidak pernah benar-benar membangun pengaruh besar di wilayah Sunda.
5. Hubungan dengan Kerajaan Bima dan Flores
Portugis juga menjalin hubungan dagang dan penyebaran agama di wilayah timur Nusantara seperti Flores, Timor, dan Bima. Di wilayah ini, Portugis berhasil membangun komunitas Kristen yang bertahan hingga kini, terutama di Flores dan Timor Timur.
Penyebaran agama Katolik dilakukan oleh misionaris Jesuit dan Dominikan. Pengaruh Portugis dalam hal ini cukup kuat dalam bidang budaya, bahasa (kata serapan Portugis), dan tradisi keagamaan.
Baca juga: Gus Dur Setelah Lengser: Perannya sebagai Tokoh Bangsa dan Pemikir Demokrasi
Dampak Hubungan Portugis dengan Kerajaan-Kerajaan Nusantara
1. Perubahan Politik dan Keseimbangan Kekuatan
Kehadiran Portugis menyebabkan ketegangan antar kerajaan lokal meningkat, terutama karena mereka berpihak kepada satu kerajaan dalam konflik. Misalnya, dukungan Portugis kepada Ternate memperparah rivalitas dengan Tidore.
Campur tangan Portugis dalam urusan internal kerajaan juga menyebabkan instabilitas politik di berbagai wilayah.
2. Terbentuknya Koalisi Anti-Portugis
Beberapa kerajaan seperti Demak, Aceh, Jepara, dan bahkan Ternate setelah insiden Khairun, membentuk koalisi perlawanan terhadap Portugis. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua kerajaan tunduk, bahkan banyak yang melihat Portugis sebagai ancaman terhadap kedaulatan mereka.
3. Dampak Ekonomi
Dengan sistem monopoli yang diberlakukan Portugis, kerajaan-kerajaan lokal kehilangan kendali atas perdagangan rempah-rempah. Rakyat dipaksa menjual hasil bumi dengan harga yang ditentukan, menyebabkan kemiskinan dan ketergantungan ekonomi.
4. Penyebaran Agama dan Budaya
Portugis meninggalkan jejak budaya di beberapa wilayah Nusantara:
- Istilah dalam bahasa Indonesia seperti gereja, sepatu, meja, jendela berasal dari bahasa Portugis.
- Tradisi Katolik berkembang di Flores, Ambon, dan Timor.
- Musik, pakaian, dan tata kota di beberapa wilayah menunjukkan pengaruh Eropa.
Akhir Pengaruh Portugis dan Kedatangan Kekuatan Baru
Setelah mengalami berbagai perlawanan dan kesulitan mempertahankan kekuasaannya, pengaruh Portugis mulai menurun pada akhir abad ke-16. Posisi mereka digantikan oleh kekuatan baru, terutama VOC Belanda, yang memiliki sistem administrasi lebih terstruktur dan militer yang lebih kuat.
Portugis tetap mempertahankan sebagian kecil wilayah seperti Pulau Solor, Larantuka (Flores Timur), dan Timor Portugis (sekarang Timor Leste) hingga abad ke-20.
Kesimpulan
Hubungan Portugis dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara mencerminkan kompleksitas interaksi antara dunia Barat dan Timur pada era kolonial awal. Dalam beberapa kasus, hubungan ini bersifat saling menguntungkan, terutama dalam bidang perdagangan dan pertahanan. Namun, dalam banyak kasus lainnya, kehadiran Portugis menimbulkan konflik, penindasan ekonomi, dan perlawanan rakyat.
Jejak hubungan tersebut masih bisa dilihat hingga kini dalam bentuk budaya, bahasa, agama, dan struktur sosial di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia. Sejarah ini menjadi pelajaran penting tentang bagaimana intervensi asing dapat memengaruhi dinamika lokal, serta pentingnya mempertahankan kedaulatan dan identitas budaya dalam menghadapi kekuatan global.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Kapan Portugis pertama kali datang ke Nusantara?
Portugis pertama kali tiba di Maluku pada tahun 1512 setelah menaklukkan Malaka pada tahun 1511.
2. Kerajaan mana yang pertama kali bekerja sama dengan Portugis?
Kesultanan Ternate adalah kerajaan pertama yang menjalin kerja sama strategis dengan Portugis.
3. Apa isi Perjanjian Sunda Kelapa antara Portugis dan Kerajaan Sunda?
Perjanjian tersebut mengizinkan Portugis membangun benteng di Sunda Kelapa sebagai imbalan atas perlindungan dan kerja sama dagang.
4. Mengapa Portugis diusir dari Ternate?
Portugis diusir setelah membunuh Sultan Khairun dan terlalu mencampuri urusan dalam negeri. Sultan Baabullah memimpin pengusiran pada 1575.
5. Apa saja warisan budaya Portugis di Indonesia?
Warisan Portugis mencakup kosakata dalam bahasa Indonesia, tradisi Katolik di Flores dan Ambon, serta pengaruh dalam musik dan arsitektur lokal.
Referensi:
- Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi.
- Andaya, Leonard Y. (1993). The World of Maluku. Honolulu: University of Hawai’i Press.
- Ensiklopedia Sejarah Nasional Indonesia – https://ensiklopedia.kemdikbud.go.id
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI – https://www.kemdikbud.go.id
Artikel ini disusun untuk keperluan edukasi dan informasi sejarah, dan dapat diakses di buguruku.com – platform belajar sejarah Indonesia.
