Home » Sejarah » Candi Sukuh dan Cetho: Warisan Unik Kerajaan Hindu di Lereng Gunung Lawu
Posted in

Candi Sukuh dan Cetho: Warisan Unik Kerajaan Hindu di Lereng Gunung Lawu

Candi Sukuh dan Cetho: Warisan Unik Kerajaan Hindu di Lereng Gunung Lawu (ft.istimewa)
Candi Sukuh dan Cetho: Warisan Unik Kerajaan Hindu di Lereng Gunung Lawu (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Indonesia memiliki kekayaan sejarah dan budaya yang luar biasa, terutama peninggalan dari masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha. Di lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah, terdapat dua candi unik yang menjadi saksi kejayaan kerajaan Hindu di tanah Jawa, yakni Candi Sukuh dan Candi Cetho. Kedua candi ini bukan hanya memiliki nilai sejarah yang tinggi, tetapi juga mengandung unsur arsitektur dan simbolisme yang berbeda dari candi-candi Hindu lain di Indonesia.

Candi Sukuh dan Cetho menampilkan warisan budaya yang khas dan mengagumkan, sekaligus memperkaya khazanah budaya Nusantara. Artikel ini akan membahas secara mendalam sejarah, keunikan, dan nilai budaya dari kedua candi tersebut, serta mengulas pentingnya pelestarian warisan ini.


Sejarah Singkat Candi Sukuh dan Candi Cetho

Candi Sukuh

Candi Sukuh diperkirakan dibangun pada abad ke-15, sekitar masa kemunduran Kerajaan Majapahit. Berbeda dengan candi Hindu lain yang biasanya berbentuk pagoda atau kuil bertingkat, Candi Sukuh memiliki bentuk yang unik menyerupai piramida dengan relief-relief yang menggambarkan tema kesuburan dan kehidupan.

Letak Candi Sukuh ada di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada ketinggian sekitar 910 meter di atas permukaan laut. Pembangunannya diduga sebagai bagian dari usaha para raja Hindu terakhir di Jawa untuk mempertahankan tradisi Hindu di tengah pengaruh Islam yang mulai masuk.

Candi Cetho

Candi Cetho juga berada di lereng Gunung Lawu, tidak jauh dari Candi Sukuh, dengan ketinggian sekitar 1.496 meter di atas permukaan laut. Candi ini merupakan salah satu candi Hindu yang terakhir dibangun di Jawa dan memperlihatkan gaya arsitektur yang sangat berbeda dari candi-candi klasik Hindu sebelumnya.

Candi Cetho diduga dibangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit atau awal masa kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sebagai simbol keberlangsungan tradisi Hindu di Jawa. Candi ini lebih kompleks dengan berbagai teras bertingkat yang dihiasi dengan relief dan patung-patung dewa-dewi Hindu.


Keunikan Arsitektur dan Simbolisme

Arsitektur Candi Sukuh

Candi Sukuh memiliki struktur yang sangat berbeda dengan candi Hindu tradisional seperti Prambanan atau Borobudur. Bentuknya menyerupai piramida bertingkat yang sederhana namun artistik. Puncak candi ini berbentuk seperti altar dengan relief seksual yang dianggap sebagai simbol kesuburan dan kehidupan baru.

Beberapa relief di Candi Sukuh menggambarkan mitos dan cerita Hindu seperti Ramayana dan cerita tentang Dewi Sri, dewi padi dan kesuburan dalam budaya Jawa. Candi ini menjadi lambang perpaduan budaya Hindu dan tradisi lokal Jawa yang kuat.

Arsitektur Candi Cetho

Candi Cetho memiliki susunan teras yang bertingkat-tingkat, menyerupai tangga raksasa yang naik ke puncak. Setiap teras dihiasi oleh berbagai relief dan patung yang menggambarkan konsep kosmologi Hindu, seperti siklus kelahiran, kematian, dan reinkarnasi.

Di Candi Cetho terdapat banyak simbol yang menggambarkan perjalanan spiritual dan konsep filosofis Hindu yang mendalam, termasuk patung Dewa Siwa dan berbagai ornamen floral dan geometris yang artistik.


Nilai Budaya dan Spiritualitas

Candi Sukuh dan Candi Cetho bukan hanya warisan arkeologis, tetapi juga merupakan tempat spiritual bagi masyarakat Hindu di Jawa dan pengunjung dari berbagai daerah. Keduanya masih digunakan sebagai tempat ritual dan upacara keagamaan Hindu hingga kini.

Selain itu, kedua candi ini juga menjadi lambang identitas budaya Jawa yang kaya akan tradisi dan filosofi. Simbol-simbol yang terdapat di dalamnya mengandung makna tentang kesuburan, siklus kehidupan, serta keseimbangan antara alam dan manusia.

Baca juga: Warisan Penjajahan Belanda di Indonesia: Apa Saja yang Masih Bertahan?


Pelestarian dan Tantangan

Meski memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, Candi Sukuh dan Candi Cetho menghadapi berbagai tantangan pelestarian, seperti:

  • Kerusakan akibat cuaca dan erosi: Letaknya yang di pegunungan menyebabkan candi rentan terhadap kerusakan alam.
  • Kunjungan wisata yang belum terkelola optimal: Pengunjung yang tidak menjaga kebersihan dan keutuhan situs dapat merusak struktur candi.
  • Kurangnya sumber dana pelestarian: Dana terbatas menghambat upaya restorasi dan konservasi.

Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, dan wisatawan sangat penting agar kedua candi ini tetap terjaga kelestariannya untuk generasi mendatang.


Potensi Wisata dan Edukasi

Candi Sukuh dan Candi Cetho memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata budaya dan edukasi. Wisatawan bisa menikmati keindahan alam lereng Gunung Lawu sekaligus belajar tentang sejarah dan filosofi Hindu Jawa.

Beberapa aktivitas wisata yang bisa dikembangkan adalah:

  • Wisata budaya dan sejarah dengan pemandu lokal yang kompeten
  • Workshop seni dan tradisi Hindu Jawa
  • Penyelenggaraan festival budaya tahunan
  • Program edukasi untuk pelajar dan mahasiswa

Dengan pengembangan yang tepat, situs ini dapat menjadi pusat budaya yang memperkuat jati diri bangsa sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.


Kesimpulan

Candi Sukuh dan Candi Cetho adalah warisan unik dari Kerajaan Hindu di lereng Gunung Lawu yang menyimpan banyak cerita dan filosofi tentang kehidupan, kesuburan, dan spiritualitas. Keunikan arsitektur dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya menjadikan kedua candi ini sebagai peninggalan yang sangat berharga bagi Indonesia.

Pelestarian kedua situs ini adalah tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa generasi mendatang tetap dapat menikmati dan mengambil pelajaran dari sejarah serta budaya yang kaya ini. Melalui wisata edukasi dan konservasi yang berkelanjutan, Candi Sukuh dan Candi Cetho akan terus menjadi simbol keagungan dan keberagaman budaya Nusantara.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Di mana lokasi tepat Candi Sukuh dan Candi Cetho?
Keduanya terletak di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi Sukuh berada di ketinggian sekitar 910 mdpl, sementara Candi Cetho berada di ketinggian 1.496 mdpl.

2. Apa keunikan utama Candi Sukuh dibanding candi lain di Indonesia?
Candi Sukuh memiliki bentuk piramida yang unik dan relief seksual sebagai simbol kesuburan, berbeda dari candi Hindu tradisional yang lebih megah dan bertingkat.

3. Apakah Candi Cetho masih digunakan untuk ritual keagamaan?
Ya, Candi Cetho masih aktif digunakan sebagai tempat ritual dan upacara oleh umat Hindu di Jawa.

4. Bagaimana cara menuju Candi Sukuh dan Cetho?
Dari Kota Solo atau Surakarta, perjalanan menuju Karanganyar dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum, kemudian dilanjutkan ke lereng Gunung Lawu.

5. Apakah kedua candi ini telah dilestarikan dengan baik?
Pemerintah dan beberapa lembaga telah melakukan upaya pelestarian, namun tantangan masih ada terutama terkait kerusakan alam dan pengelolaan wisata.


Referensi

  1. Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah – https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjawatengah
  2. Direktorat Jenderal Kebudayaan – https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
  3. Suwarno, Sejarah dan Arkeologi Candi Sukuh dan Cetho, Penerbit Puslitbang, 2018
  4. Dinas Pariwisata Jawa Tengah – https://dispar.jatengprov.go.id

sejarah, pelajaran ips, indonesia, pendidikan, kerajaan, Nusantara, warisan kerajaan nusantara, budaya, prasasti, candi, masjid,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.