5. Kuliner
Akulturasi dalam bidang kuliner terjadi sangat luas. Masakan khas Belanda seperti semur, kroket, perkedel, kastengel, dan lapis legit telah menjadi bagian dari kuliner Indonesia. Proses memasak ala Belanda sering kali disesuaikan dengan bumbu dan bahan lokal.
Bahkan kebiasaan ngeteh sore (tea time) dan tradisi makan di meja dengan urutan makanan (appetizer, main course, dessert) juga berasal dari budaya Belanda.
6. Busana dan Gaya Hidup
Pengaruh gaya berpakaian Eropa mulai meresap ke kalangan bangsawan dan masyarakat elite pribumi. Muncullah gaya busana seperti kebaya encim dengan kombinasi rok panjang ala Eropa, atau penggunaan jas dan dasi oleh tokoh nasional.
Kebiasaan sehari-hari seperti tata cara makan, cara duduk, hingga etiket sosial juga banyak terpengaruh oleh gaya Eropa yang dibawa oleh Belanda.
Baca juga: Warisan Infrastruktur Belanda: Antara Sejarah, Fungsi, dan Pelestarian
Pengaruh Akulturasi dalam Masyarakat Modern Indonesia
Meskipun Indonesia telah merdeka sejak 1945, hasil akulturasi budaya Indonesia-Belanda masih sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari. Banyak sistem yang diadopsi dari kolonial terus digunakan karena dianggap efisien dan telah membentuk kebiasaan masyarakat.
Beberapa warisan itu adalah:
- Sistem pendidikan berbasis kurikulum dan jenjang
- Tata ruang kota kolonial yang masih digunakan
- Bangunan cagar budaya peninggalan Belanda
- Bahasa dan istilah administrasi
- Tradisi kuliner khas โtempo doeloeโ
Namun, penting dicatat bahwa akulturasi bukan berarti kehilangan identitas. Justru, masyarakat Indonesia mampu menyerap dan menyesuaikan pengaruh asing menjadi bagian dari kebudayaan nasional.
Akulturasi sebagai Bagian dari Proses Sejarah
Akulturasi budaya Indonesia dan Belanda pada masa penjajahan adalah contoh nyata dari bagaimana interaksi dua budaya bisa menghasilkan unsur kebudayaan baru. Walaupun terjadi dalam konteks kolonialisme, proses ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kemampuan adaptif dan kreatif dalam menghadapi pengaruh luar.
Pemahaman tentang akulturasi ini penting dalam upaya pelestarian budaya serta menjadi bahan pembelajaran sejarah yang kritis dan objektif. Generasi muda perlu melihat sejarah bukan hanya dari sisi dominasi dan penjajahan, tetapi juga proses kebudayaan yang membentuk kehidupan masa kini.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa yang dimaksud dengan akulturasi budaya Indonesia dan Belanda?
Akulturasi budaya Indonesia dan Belanda adalah proses percampuran unsur-unsur budaya antara dua bangsa selama masa penjajahan, yang melahirkan bentuk budaya baru tanpa menghilangkan budaya asli masing-masing.
2. Apa contoh akulturasi budaya yang terlihat hingga kini?
Contohnya antara lain arsitektur kolonial, penggunaan kata-kata Belanda dalam bahasa Indonesia, sistem pendidikan, kuliner seperti semur dan kroket, serta pakaian seperti kebaya encim.
3. Mengapa akulturasi ini terjadi?
Karena adanya interaksi jangka panjang antara masyarakat Belanda dan Indonesia selama masa kolonial, baik dalam kehidupan sehari-hari, sistem pemerintahan, pendidikan, maupun budaya.
4. Apakah akulturasi budaya merupakan hal yang negatif?
Tidak. Akulturasi bukanlah bentuk dominasi sepihak, tetapi perpaduan yang menghasilkan kekayaan budaya baru. Meski dalam konteks kolonial, proses ini mencerminkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam mengadaptasi pengaruh luar.
5. Apa manfaat mempelajari akulturasi budaya Indonesia dan Belanda?
Manfaatnya antara lain meningkatkan pemahaman sejarah, menghargai keberagaman budaya, serta menyadari proses terbentuknya identitas bangsa Indonesia yang dinamis dan terbuka terhadap perubahan.
Referensi
- Fadly Rahman. Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial. Gramedia, 2019.
- Onghokham. Runtuhnya Hindia Belanda. Pustaka Utama Grafiti, 2004.
- Ricklefs, M.C. A History of Modern Indonesia Since c.1200. Stanford University Press, 2008.
- Historia.id. โJejak Arsitektur Kolonial di Nusantara.โ
- Kompas.com. โBahasa Indonesia dan Pengaruh Belanda.โ
- Tempo.co. โKebaya Encim dan Mode Peranakan Eropa.โ
