Kerajaan-kerajaan di Nusantara pada masa lampau dikenal dengan dinamika politik dan sosialnya yang kompleks. Salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia klasik yang mencerminkan kebijaksanaan dan kedewasaan dalam kepemimpinan adalah Airlangga Raja Mataram. Ia merupakan raja yang bukan hanya berani menghadapi kekacauan politik, tetapi juga rela membagi kerajaannya demi mewujudkan perdamaian.
Kepemimpinan Airlangga menjadi simbol kebijaksanaan dan stabilitas dalam masa peralihan pasca runtuhnya Kerajaan Medang. Artikel ini membahas lebih dalam tentang siapa Airlangga Raja Mataram, perannya dalam menyatukan dan membangun kembali kerajaan, serta keputusan besarnya membagi wilayah kekuasaan untuk mencegah konflik.
Latar Belakang Kelahiran dan Asal Usul Airlangga
Airlangga lahir sekitar tahun 990 Masehi. Ia adalah anak dari Raja Udayana, penguasa Kerajaan Bali, dan Mahendradatta, seorang putri dari Dinasti Isyana di Jawa Timur. Dengan demikian, Airlangga memiliki darah bangsawan dari dua kerajaan besar: Bali dan Jawa.
Pernikahan politik antara Udayana dan Mahendradatta bertujuan memperkuat hubungan antara Bali dan Medang (atau Mataram Kuno). Sejak kecil, Airlangga telah menunjukkan kecerdasan dan kepribadian yang kuat. Ia dididik dalam ajaran Hindu dan ilmu pemerintahan, dan dikenal sebagai pemuda yang bijak dan berbudi luhur.
Keruntuhan Medang dan Awal Perjuangan Airlangga
Tahun 1016 M, Kerajaan Medang mengalami kehancuran akibat serangan dari raja bawahan bernama Wurawari dari Lwaram. Pada saat serangan itu, Airlangga masih berusia muda dan terpaksa melarikan diri ke hutan bersama beberapa pengikut setianya.
Namun, Airlangga tidak tinggal diam. Setelah mengasingkan diri selama beberapa tahun, ia mulai menyusun kekuatan. Dengan dukungan rakyat dan sisa-sisa pasukan kerajaan, ia berhasil merebut kembali wilayah-wilayah penting dan menegakkan kembali kekuasaan di Jawa Timur.
Tahun 1019 M, Airlangga dinobatkan sebagai raja dan mulai membangun kembali kerajaan yang hancur. Ia mendirikan Kerajaan Kahuripan, sebagai kelanjutan dari Kerajaan Medang.
Pemerintahan Airlangga dan Upaya Rekonstruksi
Sebagai pemimpin, Airlangga menunjukkan kualitas luar biasa. Ia memfokuskan pemerintahannya pada:
1. Stabilisasi Politik
Airlangga berhasil menyatukan berbagai daerah yang sebelumnya terpecah akibat kekacauan. Ia membentuk sistem pemerintahan yang terorganisasi dan memperkuat kekuasaan pusat.
2. Pemulihan Ekonomi
Ia membangun sistem irigasi dan memperbaiki pertanian. Pelabuhan-pelabuhan seperti Hujung Galuh (sekarang Surabaya) kembali aktif, memperkuat perdagangan internasional.
3. Penyebaran Agama dan Budaya
Airlangga adalah penganut Hindu Siwa, tetapi ia menghormati agama Buddha dan mendukung penyebarannya. Di masa pemerintahannya, banyak candi dan prasasti dibangun. Ia juga mendorong pertumbuhan seni, sastra, dan budaya.
Pembagian Kerajaan: Kebijakan Bijak Demi Perdamaian
Menjelang akhir hidupnya, Airlangga dihadapkan pada persoalan suksesi. Kedua putranya (atau dua pewaris tahta dari garis bangsawan) memperebutkan kekuasaan. Untuk menghindari perang saudara, Airlangga memilih langkah luar biasa: membagi kerajaannya menjadi dua.
Pada tahun 1042 M, atas saran penasihat spiritualnya Mpu Bharada, Airlangga membagi kerajaan menjadi:
- Kerajaan Janggala
Terletak di wilayah timur (diperkirakan mencakup daerah sekitar Surabaya). - Kerajaan Panjalu (Kadiri)
Terletak di bagian barat (daerah sekitar Kediri).
Langkah ini menandai akhir pemerintahan Airlangga sebagai raja. Ia mengundurkan diri dari takhta dan memilih menjadi pertapa dengan nama Resi Gentayu.
Baca juga: Bandung: Paris van Java dengan Sentuhan Arsitektur Kolonial Belanda
Warisan dan Pengaruh Airlangga
Keputusan Airlangga membagi kerajaan menuai pujian karena dianggap mampu menjaga perdamaian dan stabilitas politik di Jawa. Meskipun kemudian kedua kerajaan (Janggala dan Panjalu) mengalami konflik, kebijakan Airlangga memberi waktu bagi masyarakat untuk berkembang dan membangun kembali struktur pemerintahan yang tertib.
Warisan Airlangga meliputi:
- Sistem pemerintahan yang terorganisir
- Pembangunan infrastruktur pertanian dan perdagangan
- Pembentukan identitas budaya Jawa yang kuat
- Model kepemimpinan yang menjunjung tinggi perdamaian dan kebijaksanaan
Namanya tetap dikenang dalam berbagai prasasti dan cerita rakyat. Salah satu karya sastra yang terkenal dari masa ini adalah Kakawin Arjuna Wiwaha, karya Mpu Kanwa, yang didedikasikan untuk Airlangga.
Relevansi Sosok Airlangga dalam Konteks Modern
Airlangga menjadi simbol pemimpin ideal: cerdas, bijaksana, dan mementingkan kepentingan rakyat di atas ambisi pribadi. Di era modern, kisah Airlangga relevan sebagai pelajaran tentang pentingnya diplomasi, konsensus, dan kesediaan mengorbankan kekuasaan demi stabilitas negara.
Namanya pun diabadikan dalam berbagai institusi di Indonesia, seperti Universitas Airlangga di Surabaya yang menjadi salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Kesimpulan
Airlangga adalah tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang dikenal karena kepemimpinannya dalam membangun kembali kerajaan pasca kehancuran, serta keputusan bijaknya membagi kerajaan demi menghindari konflik berkepanjangan. Ia bukan hanya seorang raja, tetapi juga negarawan, pemikir, dan pejuang perdamaian sejati.
Kisah hidup Airlangga Raja Mataram memberikan pelajaran penting tentang pentingnya ketegasan, diplomasi, dan pengorbanan demi masa depan bangsa. Warisannya masih hidup hingga kini dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus Indonesia.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Siapakah Airlangga?
Airlangga adalah raja Kerajaan Kahuripan yang memerintah sekitar tahun 1019–1042 M. Ia dikenal sebagai pemimpin bijak yang membagi kerajaannya untuk menghindari perang saudara.
2. Apa alasan Airlangga membagi kerajaannya?
Untuk mencegah konflik antara dua calon pewaris tahta, ia membagi kerajaannya menjadi Kerajaan Janggala dan Panjalu (Kadiri) sebagai solusi damai.
3. Apa saja peninggalan Airlangga?
Beberapa prasasti seperti Prasasti Pucangan, sistem irigasi dan pelabuhan, serta karya sastra Kakawin Arjuna Wiwaha adalah warisan masa pemerintahannya.
4. Apa agama yang dianut Airlangga?
Airlangga adalah penganut Hindu aliran Siwa, tetapi ia juga mendukung ajaran Buddha dan dikenal sebagai pemimpin yang toleran.
5. Di mana Airlangga menghabiskan masa akhir hidupnya?
Setelah turun takhta, ia menjadi pertapa dengan nama Resi Gentayu dan hidup menyepi hingga wafat.
Referensi
- Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
- Slamet Muljana. (2006). Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit. Yogyakarta: LKIS.
- Tim Depdikbud. (1990). Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
- Kemdikbud.go.id – Pusat Dokumentasi Kebudayaan
- Perpusnas.go.id – Koleksi Sejarah Nusantara