Kerajaan Mataram Kuno yang berkembang di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur pada abad ke-8 hingga ke-10 Masehi dikenal sebagai salah satu pusat peradaban besar di Nusantara. Salah satu kekayaan budaya yang sangat menonjol dari kerajaan ini adalah keberagaman agama, khususnya agama Hindu dan Buddha. Keberadaan dua agama besar ini tidak hanya terlihat dari catatan sejarah, tetapi juga dibuktikan melalui peninggalan arkeologis seperti candi, prasasti, dan karya seni.
Artikel ini akan membahas secara lengkap bagaimana Hindu dan Buddha berkembang dalam Kerajaan Mataram Kuno, bukti-bukti fisik yang ditemukan, serta pengaruh keduanya terhadap kebudayaan dan kehidupan masyarakat pada masa itu.
Latar Belakang Keberagaman Agama di Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh dua dinasti besar, yaitu Dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu (aliran Siwa), dan Dinasti Syailendra yang menganut agama Buddha Mahayana. Kedua dinasti ini silih berganti berkuasa dan bahkan sempat hidup berdampingan.
Perbedaan keyakinan tidak menyebabkan konflik besar, melainkan menciptakan lingkungan yang toleran dan harmonis, di mana masing-masing dinasti memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan spiritual dan budaya.
Bukti Sejarah Agama Hindu di Mataram Kuno
1. Prasasti Canggal (732 M)
Prasasti ini ditemukan di daerah Gunung Wukir, Magelang, dan ditulis dalam bahasa Sanskerta menggunakan aksara Pallawa. Prasasti ini menyebutkan pendirian lingga (simbol Dewa Siwa) oleh Raja Sanjaya. Ini menjadi bukti awal pengaruh agama Hindu di Mataram Kuno.
2. Candi Prambanan
Kompleks Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Dibangun pada masa Dinasti Sanjaya, candi ini dipersembahkan kepada Trimurti: Siwa, Wisnu, dan Brahma. Relief di dinding candi menggambarkan kisah Ramayana, salah satu epos besar Hindu.
3. Candi Sambisari, Candi Plaosan Lor, dan Candi Barong
Candi-candi ini menunjukkan pengaruh arsitektur Hindu yang kuat, termasuk dalam bentuk arca dan perwujudan Dewa-Dewi Hindu. Letaknya tersebar di daerah Sleman dan Prambanan, yang dulu menjadi pusat Kerajaan Mataram.
Bukti Sejarah Agama Buddha di Mataram Kuno
1. Prasasti Kalasan (778 M)
Prasasti ini menceritakan pembangunan Candi Kalasan oleh Dinasti Syailendra untuk menghormati Dewi Tara, sosok penting dalam Buddha Mahayana. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta dan menunjukkan pengaruh besar agama Buddha.
2. Candi Borobudur
Merupakan candi Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada masa Dinasti Syailendra. Struktur candi menggambarkan perjalanan spiritual umat Buddha dari dunia fana menuju Nirwana. Relief-reliefnya menggambarkan ajaran Buddha dan cerita Jataka (kisah kehidupan Buddha sebelumnya).
3. Candi Mendut dan Candi Pawon
Kedua candi ini juga memiliki arsitektur Buddha dan berfungsi sebagai tempat ibadah dan ziarah. Bersama Candi Borobudur, mereka membentuk kompleks keagamaan yang terpadu.
Pengaruh Agama Hindu dan Buddha terhadap Kehidupan Masyarakat
1. Struktur Sosial
Agama Hindu membawa konsep kastanisasi, meskipun tidak seketat di India. Masyarakat mengenal pembagian sosial seperti Brahmana (pemuka agama), Ksatria (penguasa), Waisya (pedagang), dan Sudra (rakyat biasa).
Agama Buddha, khususnya Mahayana, lebih menekankan pada kesetaraan spiritual. Hal ini menciptakan dinamika sosial yang seimbang, terutama di wilayah kekuasaan Dinasti Syailendra.
2. Seni dan Arsitektur
Perpaduan antara seni Hindu dan Buddha menghasilkan berbagai mahakarya seni seperti relief, arca, dan bangunan keagamaan. Teknik pahatan batu, pemilihan lokasi sakral (biasanya di dataran tinggi), serta penggunaan simbolisme keagamaan mencerminkan tingkat peradaban tinggi.
3. Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Kedua agama sangat menekankan pendidikan, terutama yang berkaitan dengan agama, filsafat, dan ilmu kosmologi. Banyak candi berfungsi sebagai tempat pendidikan spiritual bagi para pendeta atau biksu.
4. Pemerintahan dan Legitimasi Kekuasaan
Raja dipandang sebagai penjelmaan dewa, baik dalam tradisi Hindu (Raja = Siwa) maupun Buddha (Raja sebagai Bodhisattva). Ini memberikan legitimasi kuat terhadap kekuasaan raja sekaligus menjadikannya pelindung agama.
Baca juga: VOC Belanda: Perusahaan yang Mengubah Sejarah Indonesia dan Dunia
Toleransi dan Sinergi Agama Hindu-Buddha
Meski berbeda dalam keyakinan, Dinasti Sanjaya dan Syailendra menunjukkan toleransi beragama. Contohnya adalah pernikahan politik antara Rakai Pikatan (Sanjaya/Hindu) dan Pramodhawardhani (Syailendra/Buddha). Hal ini menyatukan dua kekuatan politik dan spiritual, serta menegaskan bahwa kedua agama bisa hidup berdampingan.
Bukti toleransi lainnya terlihat dari pembangunan Candi Plaosan, yang menggabungkan unsur Hindu dan Buddha dalam arsitekturnya.
Peninggalan Arkeologis sebagai Sumber Pembelajaran
Peninggalan-peninggalan agama Hindu dan Buddha di Mataram Kuno kini menjadi sumber pembelajaran penting bagi:
- Sejarah nasional
- Ilmu arkeologi
- Pendidikan karakter (toleransi dan kerukunan)
- Industri pariwisata budaya
Candi Borobudur dan Candi Prambanan telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO, menunjukkan pengakuan internasional terhadap kekayaan budaya Mataram Kuno.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Mengapa agama Hindu dan Buddha berkembang pesat di Mataram Kuno?
Karena kedua agama ini dibawa oleh penguasa dan bangsawan, serta didukung melalui pembangunan candi dan lembaga keagamaan. Hubungan dagang dan budaya dengan India juga mempercepat penyebarannya.
2. Apa perbedaan utama antara Hindu dan Buddha dalam konteks Mataram Kuno?
Hindu lebih menekankan sistem kasta dan pemujaan terhadap Trimurti, sedangkan Buddha Mahayana menekankan pencerahan spiritual, kesetaraan, dan pemujaan terhadap Bodhisattva.
3. Apakah terjadi konflik antara penganut Hindu dan Buddha?
Tidak ditemukan bukti sejarah konflik besar. Sebaliknya, terdapat bukti hidup berdampingan dan saling menghormati, seperti pembangunan candi-candi dan pernikahan antar dinasti.
4. Apa bukti paling terkenal dari masing-masing agama?
Untuk Hindu: Candi Prambanan, dan untuk Buddha: Candi Borobudur.
5. Apakah pengaruh Hindu-Buddha masih terasa di Indonesia saat ini?
Ya. Banyak nilai budaya, sistem pemerintahan, seni, dan bahkan upacara adat yang masih terpengaruh oleh warisan Hindu-Buddha.
Referensi
- Soekmono, R. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia II. Yogyakarta: Kanisius, 1988.
- Coedès, George. The Indianized States of Southeast Asia. University of Hawaii Press, 1968.
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Balai Pustaka, 1990.
- Situs Resmi Cagar Budaya: https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id
- UNESCO World Heritage: https://whc.unesco.org
- Borobudur Park: https://borobudurpark.com