Kurikulum Merdeka hadir sebagai respons terhadap tantangan zaman, menuntut perubahan paradigma pendidikan dari sekadar transfer pengetahuan menjadi proses pembelajaran yang mendalam dan bermakna. Salah satu pendekatan yang kini semakin diperkuat dalam implementasi Kurikulum Merdeka adalah Deep Learning — pembelajaran mendalam yang tidak hanya fokus pada hafalan, tetapi juga pemahaman konseptual, analisis kritis, dan penerapan dalam kehidupan nyata. Contoh Penerapan Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka!
Artikel Contoh Penerapan Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka ini membahas secara mendalam tentang bagaimana deep learning diterapkan dalam Kurikulum Merdeka, mengapa pendekatan ini relevan, serta berbagai contoh konkrit praktiknya di dalam kelas.
Apa Itu Deep Learning dalam Pendidikan?
Deep learning dalam konteks pendidikan berbeda dari konsep dalam kecerdasan buatan (AI). Di dunia pendidikan, deep learning mengacu pada proses belajar yang:
- Memungkinkan siswa mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman atau informasi sebelumnya,
- Mendorong pemahaman yang bermakna dan reflektif,
- Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif,
- Memfasilitasi pembelajaran yang tahan lama (durable) dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi.
Deep learning menjadi lawan dari surface learning yang hanya berfokus pada hafalan fakta tanpa pemahaman yang mendalam.
Kurikulum Merdeka dan Prinsip Pembelajaran Mendalam
Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada guru dan peserta didik untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan, minat, dan konteks lokal. Filosofi ini sangat sejalan dengan prinsip-prinsip deep learning, yang berpusat pada pembelajaran yang personal, aktif, dan bermakna.
Beberapa karakteristik Kurikulum Merdeka yang mendukung deep learning antara lain:
- Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5): Mengajak siswa untuk belajar melalui proyek nyata yang melibatkan empati, pemecahan masalah, dan kolaborasi.
- Capaian Pembelajaran (CP) berbasis kompetensi: Fokus pada penguasaan kompetensi esensial, bukan sekadar konten.
- Pembelajaran berdiferensiasi: Menyesuaikan pendekatan belajar dengan kebutuhan dan potensi individu siswa.
Contoh Penerapan Deep Learning di Kurikulum Merdeka
1. Proyek P5: “Gaya Hidup Berkelanjutan”
Dalam proyek ini, siswa diminta untuk meneliti dampak sampah plastik di lingkungan sekitar mereka. Mereka melakukan wawancara dengan warga, observasi di lapangan, serta merancang solusi konkret seperti kampanye pengurangan plastik atau membuat produk daur ulang.
Nilai Deep Learning:
- Siswa tidak hanya belajar tentang ekosistem dan pencemaran, tetapi juga mempraktikkan riset, kolaborasi, empati sosial, dan komunikasi.
2. Diskusi Filosofis di Mata Pelajaran PPKn
Daripada sekadar menghafal sila-sila Pancasila, siswa diajak berdiskusi tentang dilema etis di kehidupan nyata, misalnya: “Apakah keadilan harus selalu sama bagi semua orang?”
Nilai Deep Learning:
- Mendorong siswa berpikir kritis, mengembangkan argumen, dan memahami nilai-nilai secara kontekstual.
3. Eksperimen Terpadu dalam IPA
Guru IPA mengembangkan modul interdisipliner yang menggabungkan pelajaran tentang fotosintesis, perubahan iklim, dan pertanian berkelanjutan. Siswa kemudian diminta merancang sistem tanam hidroponik sederhana di sekolah.
Nilai Deep Learning:
- Siswa mengintegrasikan berbagai konsep dan menerapkannya dalam bentuk solusi nyata.
4. Cerita Digital di Bahasa Indonesia
Siswa membuat cerita digital yang menceritakan budaya lokal mereka menggunakan narasi, gambar, dan audio. Proyek ini mendorong literasi digital sekaligus memperkuat identitas budaya.
Nilai Deep Learning:
- Pembelajaran lintas teks, media, dan konteks kehidupan nyata.
5. Matematika Kontekstual
Alih-alih hanya menyelesaikan soal abstrak, guru matematika menyajikan masalah kontekstual seperti menghitung efisiensi penggunaan air di rumah atau menghitung biaya pembangunan taman sekolah.
Nilai Deep Learning:
- Mendorong pemahaman konsep matematika dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Peran Guru dalam Menerapkan Deep Learning
Guru bukan lagi satu-satunya sumber informasi, melainkan fasilitator, mentor, dan perancang pengalaman belajar. Untuk mendukung deep learning dalam Kurikulum Merdeka, guru perlu:
- Merancang aktivitas berbasis masalah atau proyek, bukan hanya ceramah.
- Mendorong pertanyaan terbuka dan eksplorasi jawaban yang beragam.
- Membiasakan refleksi dan diskusi sebagai bagian dari proses belajar.
- Mengintegrasikan asesmen formatif yang mendalam, seperti jurnal, diskusi, portofolio, dan presentasi.
- Menggunakan teknologi secara bijak, bukan sekadar presentasi, tetapi sebagai alat eksplorasi dan kolaborasi.
Baca juga: Guru Lebih Penting: Pendidikan Tidak Akan Berkualitas Tanpa Guru Hebat
Tantangan dan Solusi
Tantangan:
- Keterbatasan waktu dan beban administrasi.
- Kesiapan guru dalam mengembangkan pembelajaran berbasis proyek.
- Kurangnya sumber belajar kontekstual yang mendukung deep learning.
Solusi:
- Pelatihan guru secara berkelanjutan dan kolaboratif.
- Berbagi praktik baik antar sekolah atau komunitas guru.
- Menggunakan platform digital seperti Merdeka Mengajar dan LMS yang menyediakan materi adaptif.
Kesimpulan
Deep learning bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan dalam pendidikan abad ke-21 yang menuntut siswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Kurikulum Merdeka menyediakan ruang yang luas untuk pendekatan ini, melalui proyek P5, asesmen berbasis kompetensi, dan pembelajaran berdiferensiasi.
Dengan menerapkan deep learning, guru menciptakan pembelajaran yang mindful (sadar dan reflektif), meaningful (bermakna), dan durable (tahan lama). Pembelajaran bukan lagi sekadar mencapai nilai, tetapi tentang memaknai hidup dan berkontribusi dalam masyarakat.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apakah deep learning berarti pembelajaran harus selalu menggunakan proyek besar?
Tidak selalu. Deep learning bisa dimulai dari kegiatan sederhana yang mendorong refleksi, diskusi mendalam, atau keterkaitan antar pelajaran.
2. Apakah semua guru bisa menerapkan deep learning tanpa pelatihan khusus?
Deep learning membutuhkan pemahaman pedagogi yang baik, namun guru bisa mulai dari langkah kecil seperti mengubah pertanyaan menjadi terbuka, memberi ruang refleksi, atau mengajak siswa berpikir kritis.
3. Apakah deep learning hanya cocok untuk jenjang SMP atau SMA?
Tidak. Prinsip deep learning bisa diterapkan sejak PAUD dengan pendekatan yang sesuai perkembangan usia.
4. Bagaimana cara mengukur keberhasilan deep learning?
Gunakan asesmen formatif seperti portofolio, jurnal belajar, observasi diskusi, hingga proyek akhir. Fokus pada proses dan pemahaman, bukan hanya hasil akhir.
5. Apa kaitannya deep learning dengan Profil Pelajar Pancasila?
Deep learning memperkuat nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila karena membantu siswa menjadi berpikir kritis, mandiri, bergotong-royong, serta memiliki kesadaran global dan kebhinekaan.
Referensi
- Kemendikbudristek. (2022). Buku Panduan Kurikulum Merdeka. Jakarta: Direktorat Jenderal PAUD, Dikdas, dan Dikmen.
- OECD. (2019). Learning Compass 2030. Retrieved from: https://www.oecd.org/education/2030-project/
- Fullan, M., & Langworthy, M. (2014). A Rich Seam: How New Pedagogies Find Deep Learning. Pearson Education.
- Darling-Hammond, L. et al. (2019). Implications for educational practice of the science of learning and development. Applied Developmental Science.
Jika Anda guru atau kepala sekolah yang tertarik mengembangkan pembelajaran mendalam di kelas, mulailah dengan satu langkah kecil: ajukan satu pertanyaan reflektif kepada siswa, dan biarkan diskusi itu tumbuh menjadi pembelajaran yang tak terlupakan.