Home » Berita » Guru Lebih Penting: Pendidikan Tidak Akan Berkualitas Tanpa Guru Hebat
Posted in

Guru Lebih Penting: Pendidikan Tidak Akan Berkualitas Tanpa Guru Hebat

Guru Lebih Penting: Pendidikan Tidak Akan Berkualitas Tanpa Guru Hebat (ft.istimewa)
Guru Lebih Penting: Pendidikan Tidak Akan Berkualitas Tanpa Guru Hebat (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Jakarta, Agustus 2025 — Pendidikan di Indonesia terus berkembang, baik dari sisi kurikulum, teknologi, maupun kebijakan. Guru lebih penting, namun satu hal tetap tidak berubah: guru tetap menjadi kunci utama dalam keberhasilan pendidikan. Di tengah perdebatan tentang perubahan kurikulum setiap kali pergantian menteri dan semakin maraknya digitalisasi sekolah, pertanyaan yang penting untuk diajukan adalah: Apakah kita sudah cukup serius meningkatkan kualitas guru?

Kurikulum Bisa Berubah, Tapi Siapa yang Mengajar?

Sejak reformasi, sistem pendidikan Indonesia telah mengalami berbagai revisi kurikulum: dari KBK, KTSP, Kurikulum 2013, hingga Kurikulum Merdeka. Perubahan ini seringkali menyulitkan sekolah dan guru untuk beradaptasi. Tetapi, terlepas dari sebaik apa pun kurikulum yang dibuat, jika guru tidak mampu menerjemahkan isi kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang bermakna, maka pembelajaran takkan efektif.

“Silabus bisa disalin, materi bisa diunduh dari internet, tapi interaksi antara guru dan siswa tidak bisa digantikan,” ujar Dr. Harun Yudhistira, pakar pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta.

Teknologi Tanpa Guru Aktif = Pemborosan

Banyak sekolah kini bangga membeli perangkat canggih seperti Chromebook, Smartboard, dan langganan Learning Management System (LMS). Sayangnya, masih banyak cerita di lapangan tentang guru yang malas belajar dan tidak memanfaatkan teknologi untuk kegiatan pembelajaran. Chromebook yang seharusnya digunakan untuk eksperimen ilmiah, coding, atau presentasi siswa malah digunakan untuk menonton drama Korea saat jam kosong.

Infrastruktur digital hanya akan berdampak jika diiringi dengan kesiapan guru. Dalam banyak kasus, sekolah-sekolah yang minim fasilitas justru menghasilkan lulusan unggul karena didukung oleh guru-guru berdedikasi tinggi.

Guru Bukan Hanya Pengajar, Tapi Pendidik

Tugas guru bukan hanya menyampaikan materi. Guru membentuk karakter, membangun logika berpikir, dan menjadi inspirasi. Sebagus apa pun materi ajar, tanpa sentuhan pedagogis dan empati dari guru, siswa hanya akan menjadi penghafal, bukan pemikir.

Sebuah studi dari Kemendikbudristek tahun 2024 menunjukkan bahwa pengaruh guru terhadap pencapaian siswa mencapai 40%, lebih tinggi daripada faktor kurikulum (25%) dan fasilitas (15%).

Evaluasi Bukan Hanya untuk Siswa, Tapi Juga Guru

Seringkali kita menuntut siswa untuk belajar keras, disiplin, dan patuh terhadap aturan. Tapi bagaimana dengan guru? Masih banyak kasus guru yang menolak pelatihan, enggan membuat modul ajar inovatif, bahkan alergi terhadap perubahan.

Sudah saatnya evaluasi dilakukan menyeluruh, termasuk:

  • Evaluasi kompetensi digital guru.
  • Evaluasi kemampuan pedagogik dan sosial.
  • Evaluasi produktivitas dalam menghasilkan media ajar dan penilaian formatif.

Kurikulum bisa saja berubah, tetapi profesionalisme guru harus menjadi standar yang konsisten.

Sekolah Hebat = Guru Hebat

Guru lebih penting, kita sering menyebut sekolah-sekolah unggulan berdasarkan fasilitas, bangunan megah, dan status akreditasi. Namun, sekolah unggul yang sejati adalah sekolah yang memiliki guru-guru hebat yang konsisten belajar, mengembangkan diri, dan membimbing siswa secara total.

Contoh baik bisa dilihat di berbagai sekolah pinggiran yang menjadi juara lomba inovasi karena gurunya aktif mencari peluang dan belajar mandiri meski dengan gaji pas-pasan. Guru adalah investasi terbesar dalam dunia pendidikan.

Gerakan Nasional Meningkatkan Kualitas Guru

Sebagai tanggapan atas tantangan ini, pemerintah melalui Kemendikbudristek sedang merancang Gerakan Nasional Guru Pembelajar Abad 21, yang berisi:

  • Pelatihan teknologi pembelajaran yang wajib setiap semester.
  • Skema insentif bagi guru yang aktif mengikuti pelatihan daring.
  • Penguatan komunitas belajar antar guru (MGMP & KKG) yang berbasis proyek nyata.
  • Mekanisme audit kompetensi secara berkala.

Namun, semua inisiatif ini akan sia-sia jika tidak disambut dengan kesadaran pribadi dari para guru. Menjadi guru tidak hanya pekerjaan, tapi tanggung jawab moral.

Baca juga: Yayasan Pendidikan GHAMA Resmi Meluncurkan Gerakan SCENE: Kompas Peta Hidup Bagi Siswa dan Guru


Kesimpulan

Guru lebih penting, kurikulum bisa berubah setiap kali ada menteri baru, dan teknologi di sekolah bisa terus berkembang. Tapi tanpa guru yang mau belajar, berinovasi, dan peduli pada masa depan anak didik, pendidikan Indonesia hanya akan jadi panggung kosmetik.

Guru tetap menjadi aktor utama dalam pendidikan. Di tangan guru, masa depan bangsa ditentukan. Chromebook bisa dibeli, kurikulum bisa ditulis ulang, tetapi guru hebat harus dibentuk dan diperjuangkan.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apakah benar teknologi pendidikan akan menggantikan guru di masa depan?
Tidak. Teknologi adalah alat bantu. Guru tetap dibutuhkan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing.

2. Apa yang bisa dilakukan sekolah jika gurunya belum siap teknologi?
Sekolah perlu mengadakan pelatihan internal dan memastikan setiap guru memiliki mentor atau komunitas belajar.

3. Bagaimana meningkatkan profesionalisme guru secara berkelanjutan?
Melalui pelatihan rutin, penilaian kompetensi, serta sistem penghargaan dan sanksi yang adil.

4. Apakah kurikulum yang sering berubah merugikan guru?
Ya, jika tidak ada pendampingan dan pelatihan yang memadai. Namun, perubahan juga membuka peluang untuk pembaruan metode dan pendekatan pembelajaran.

5. Apa solusi jangka panjang untuk menghadirkan guru hebat di seluruh Indonesia?
Reformasi pendidikan guru sejak dari LPTK (lembaga pendidikan tenaga kependidikan), peningkatan kesejahteraan, dan sistem rekrutmen berbasis kompetensi dan karakter.


Referensi:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.