Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama dua periode (2004–2014) menandai fase penting dalam transformasi diplomasi dan peran Indonesia di tingkat global. Di bawah pemerintahannya, Indonesia tidak hanya memfokuskan diri pada isu-isu domestik, tetapi juga tampil aktif di berbagai forum internasional, memainkan peran strategis sebagai negara demokratis, berpenduduk besar, dan kekuatan ekonomi menengah.
SBY dikenal sebagai presiden dengan visi global dan pendekatan diplomatik yang moderat, cerdas, dan aktif. Melalui diplomasi multilateral, kerja sama regional, serta peran dalam isu perubahan iklim dan perdamaian dunia, ia berhasil memperkuat citra Indonesia sebagai aktor penting dalam percaturan global.
Artikel ini akan mengulas bagaimana peran Indonesia di panggung internasional diperkuat selama kepemimpinan SBY, termasuk partisipasi dalam forum global, diplomasi lingkungan, dan kontribusi terhadap perdamaian dunia.
Kebijakan Luar Negeri Era SBY: Aktif dan Bebas
Doktrin “Independent and Active”
Kebijakan luar negeri Indonesia tetap berpegang pada prinsip “bebas aktif”, namun di era SBY, prinsip ini diimplementasikan secara lebih proaktif dalam hubungan internasional. Indonesia menjadi negara demokratis terbesar ketiga di dunia, dengan populasi Muslim terbesar yang menjadi jembatan dialog antara dunia Barat dan Islam.
SBY berupaya menempatkan Indonesia sebagai negara yang menjembatani perbedaan, mendorong perdamaian, dan memperjuangkan keadilan global, sambil tetap mengutamakan kepentingan nasional.
Partisipasi dalam Forum Internasional
1. G20: Indonesia sebagai Anggota Aktif
Pada masa SBY, Indonesia menjadi anggota aktif G20, forum negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Sejak krisis global 2008, SBY mendorong peran Indonesia dalam G20 sebagai:
- Wakil dari negara berkembang dan kawasan Asia Tenggara.
- Pendorong reformasi tata kelola ekonomi global yang lebih inklusif.
- Penyeimbang antara kepentingan negara maju dan berkembang.
Indonesia dianggap kredibel karena berhasil menjaga stabilitas ekonomi domestik dan menjadi contoh sukses negara demokrasi pasca-krisis.
2. APEC dan ASEAN
SBY mendorong penguatan peran Indonesia di kawasan melalui:
- ASEAN Community (2015) yang dipersiapkan selama masa pemerintahannya.
- Diplomasi aktif dalam penyelesaian konflik Laut Cina Selatan.
- Peran dalam APEC Summit 2013 di Bali yang menampilkan kepemimpinan Indonesia dalam isu perdagangan bebas dan pembangunan inklusif.
Diplomasi Lingkungan: Indonesia Sebagai Pemimpin Isu Perubahan Iklim
Konferensi Perubahan Iklim Bali (UNFCCC COP-13, 2007)
Salah satu pencapaian terbesar SBY dalam diplomasi global adalah menjadi tuan rumah Konferensi Perubahan Iklim PBB pada tahun 2007 di Bali. Konferensi ini menghasilkan Bali Road Map, yang menjadi landasan negosiasi kesepakatan iklim pasca-Kyoto Protocol.
Peran dalam REDD+ dan Perlindungan Hutan Tropis
SBY juga menandatangani kerja sama dengan Norwegia dalam program REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation), menjadikan Indonesia sebagai pionir negara berkembang yang:
- Berkomitmen mengurangi emisi dari deforestasi.
- Melindungi hutan tropis dan keanekaragaman hayati.
- Menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan.
Pidato di Forum Dunia
SBY beberapa kali menyampaikan pidato penting di Majelis Umum PBB, G20, dan World Economic Forum (WEF) untuk:
- Menyerukan kerja sama global dalam mengatasi perubahan iklim.
- Mendorong pertumbuhan ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan.
- Menyuarakan kepentingan negara berkembang dalam skema perdagangan dan lingkungan global.
Peran dalam Perdamaian dan Resolusi Konflik
1. Misi Perdamaian PBB (Peacekeeping)
Di bawah kepemimpinan SBY, Indonesia aktif mengirimkan pasukan perdamaian (peacekeepers) ke berbagai negara konflik seperti Lebanon, Sudan, dan Republik Demokratik Kongo melalui misi UNIFIL, MONUC, dan lainnya.
Pemerintahan SBY bahkan mendirikan Indonesian Peace and Security Center (IPSC) sebagai pusat pelatihan pasukan perdamaian yang diakui secara internasional.
2. Diplomasi Damai dan Islam Moderat
SBY secara konsisten mengedepankan citra Islam moderat dan menjadi juru bicara penting dalam upaya:
- Menjembatani ketegangan antara dunia Islam dan Barat, pasca tragedi 9/11.
- Menolak ekstremisme dengan pendekatan dialog antar-agama.
- Mendorong “interfaith dialogue” di berbagai forum internasional.
SBY dipercaya sebagai pemimpin yang mampu menciptakan narasi alternatif tentang dunia Muslim yang damai dan demokratis.
Baca juga: Peran B J Habibie dalam Reformasi 1998 dan Awal Demokrasi Indonesia
