Home » Sejarah » Sejarah Batavia: Dari Sunda Kelapa hingga Pusat Kolonial Belanda
Posted in

Sejarah Batavia: Dari Sunda Kelapa hingga Pusat Kolonial Belanda

Sejarah Batavia: Dari Sunda Kelapa hingga Pusat Kolonial Belanda (ft.istimewa)
Sejarah Batavia: Dari Sunda Kelapa hingga Pusat Kolonial Belanda (ft.istimewa)

Batavia, yang kini dikenal sebagai Jakarta, merupakan kota dengan sejarah panjang yang berakar dari masa kerajaan nusantara hingga menjadi pusat kekuasaan kolonial Belanda. Kota ini bukan hanya pusat administratif dan ekonomi, tetapi juga saksi bisu dari berbagai peristiwa penting yang membentuk perjalanan bangsa Indonesia.

Dalam artikel ini, kita akan mengupas transformasi Batavia, mulai dari masa kejayaannya sebagai pelabuhan Sunda Kelapa, penaklukan oleh VOC, hingga perannya sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda di Hindia Timur. Artikel ini juga akan membahas warisan sejarah Batavia yang masih dapat ditemukan hingga kini.


Sunda Kelapa: Pelabuhan Strategis Kerajaan Sunda

Sebelum dikenal sebagai Batavia, wilayah ini bernama Sunda Kelapa. Sekitar abad ke-14 hingga awal abad ke-16, Sunda Kelapa merupakan pelabuhan utama Kerajaan Sunda yang berada di wilayah barat Pulau Jawa. Pelabuhan ini sangat strategis karena menjadi jalur perdagangan antara Nusantara, India, Arab, Tiongkok, hingga Eropa.

Sunda Kelapa dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, lada, dan hasil bumi lainnya. Para pedagang dari berbagai bangsa datang untuk berdagang di pelabuhan ini, menjadikan wilayah tersebut sebagai salah satu pelabuhan tersibuk di Asia Tenggara kala itu.

Namun, kejayaan Sunda Kelapa mulai goyah ketika kekuatan Islam dari Demak dan Cirebon mulai mengembangkan pengaruhnya. Pada tahun 1527, pasukan dari Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa dan mengganti namanya menjadi Jayakarta.


Jayakarta: Kota Baru yang Berumur Pendek

Setelah direbut oleh Kesultanan Demak, Jayakarta menjadi wilayah yang dikuasai oleh Kesultanan Banten. Kota ini dibangun dengan sistem pemerintahan Islam dan menjadi pusat penyebaran agama Islam di pesisir utara Jawa Barat.

Namun, umur Jayakarta tidak panjang. VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), kongsi dagang Belanda, mulai melirik wilayah ini karena posisinya yang strategis. Pada awal abad ke-17, VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen berniat menguasai Jayakarta untuk kepentingan dagang dan militer.


Batavia: Lahirnya Pusat Kolonial Belanda

Pada tahun 1619, VOC menyerang dan menghancurkan Jayakarta. Jan Pieterszoon Coen kemudian mendirikan kota baru di atas reruntuhan Jayakarta dan menamainya Batavia, sebagai penghormatan kepada bangsa Batavi, nenek moyang orang Belanda.

Batavia dirancang sebagai kota benteng dengan gaya arsitektur Eropa. Kanal-kanal dibangun menyerupai kota Amsterdam, benteng dan tembok kota memperkuat pertahanan, serta kantor dagang dan perumahan elit menghiasi pusat kota. Kota ini menjadi pusat kekuasaan VOC di Asia Timur.

Sebagai pusat kolonial, Batavia menjadi markas utama VOC dan mengontrol jalur perdagangan rempah-rempah, terutama pala dan cengkih dari Maluku. Kota ini juga menjadi tempat pertemuan berbagai etnis seperti Belanda, Tionghoa, Melayu, Arab, dan pribumi, meskipun stratifikasi sosial sangat kental.


Kehidupan Sosial dan Ekonomi di Batavia

Kehidupan di Batavia pada masa kolonial sangat dipengaruhi oleh kebijakan VOC yang berorientasi pada keuntungan dagang. Banyak budak didatangkan dari berbagai daerah seperti Bali, Sulawesi, dan Maluku untuk bekerja di perkebunan dan rumah tangga.

Masyarakat Tionghoa memainkan peran penting dalam perdagangan lokal, tetapi hal ini menimbulkan ketegangan. Pada tahun 1740, terjadi tragedi besar yaitu pembantaian etnis Tionghoa oleh VOC, yang dikenal sebagai Pembantaian Batavia 1740, yang menewaskan ribuan warga Tionghoa.

Secara ekonomi, Batavia berkembang pesat sebagai pusat perdagangan internasional. Jalan-jalan seperti Kali Besar menjadi jantung aktivitas ekonomi, sementara pelabuhan Sunda Kelapa tetap aktif melayani kapal dagang asing.


Batavia di Bawah Pemerintahan Hindia Belanda

Ketika VOC dibubarkan pada tahun 1799 karena kebangkrutan, kekuasaan atas Batavia berpindah ke Pemerintah Hindia Belanda. Batavia tetap menjadi ibu kota administratif dan ekonomi, meskipun berbagai modernisasi mulai diperkenalkan.

Pada abad ke-19, Batavia mulai mengalami perubahan. Jalan-jalan mulai diperlebar, sistem transportasi berkembang, dan penduduk kota meningkat. Meski begitu, Batavia tetap dipenuhi ketimpangan sosial antara warga Eropa dan pribumi.

Pada masa ini pula, banyak gedung-gedung pemerintahan kolonial yang dibangun, seperti Stadhuis (sekarang Museum Fatahillah), Gereja Sion, dan kawasan Weltevreden (kini sekitar Gambir), yang menjadi pusat pemerintahan modern.

Baca juga: Strategi Belanda dalam Memantapkan Kekuasaannya di Nusantara


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.