Home » Sejarah » Peninggalan Budaya Kolonial Belanda yang Masih Terlihat di Indonesia
Posted in

Peninggalan Budaya Kolonial Belanda yang Masih Terlihat di Indonesia

Peninggalan Budaya Kolonial Belanda yang Masih Terlihat di Indonesia (ft.istimewa)
Peninggalan Budaya Kolonial Belanda yang Masih Terlihat di Indonesia (ft.istimewa)

Selama lebih dari 3,5 abad penjajahan Belanda di Indonesia, tidak hanya kekayaan alam dan tenaga kerja yang mereka eksploitasi, tetapi juga mereka meninggalkan warisan budaya yang cukup besar. Peninggalan Budaya Kolonial Belanda yang Masih Terlihat di Indonesia, jejak budaya kolonial Belanda masih bisa dilihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, mulai dari bangunan, sistem hukum, tata kota, hingga gaya hidup.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang peninggalan budaya kolonial Belanda yang masih terlihat di Indonesia hingga hari ini, serta bagaimana warisan tersebut membentuk wajah Indonesia modern.


1. Arsitektur dan Bangunan Bersejarah

Peninggalan budaya kolonial yang paling mencolok adalah bangunan-bangunan bergaya arsitektur Eropa yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Arsitektur kolonial Belanda memiliki ciri khas seperti dinding tebal, jendela besar, atap tinggi, dan penggunaan material lokal yang disesuaikan dengan iklim tropis.

Beberapa contoh peninggalan bangunan kolonial yang masih berdiri kokoh:

  • Gedung Sate (Bandung): Dibangun pada 1920, menjadi ikon kota Bandung dan kini digunakan sebagai kantor Gubernur Jawa Barat.
  • Lawang Sewu (Semarang): Bekas kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), kini menjadi destinasi wisata sejarah.
  • Kota Tua (Jakarta): Kawasan bersejarah yang dipenuhi bangunan kolonial seperti Museum Fatahillah, Gedung Pos, dan Stasiun Jakarta Kota.
  • Benteng Vastenburg (Solo) dan Benteng Rotterdam (Makassar): Benteng pertahanan militer Belanda yang kini menjadi tempat wisata dan pusat budaya.

Arsitektur kolonial ini menjadi saksi bisu masa penjajahan sekaligus menunjukkan adaptasi budaya Belanda dengan lingkungan Nusantara.


2. Tata Kota Kolonial

Belanda menerapkan sistem tata kota bergaya Eropa di wilayah jajahannya. Kota-kota dibangun dengan pola yang teratur, memisahkan zona pemerintahan, perdagangan, permukiman Eropa, dan permukiman pribumi.

Ciri khas tata kota kolonial:

  • Alun-alun sebagai pusat kegiatan sosial dan pemerintahan.
  • Jalan-jalan lebar dan lurus.
  • Kanal atau sungai sebagai jalur transportasi dan drainase.
  • Kawasan administrasi dikelilingi oleh permukiman elite dan pasar.

Contoh tata kota kolonial bisa ditemukan di Surabaya (Kota Lama), Semarang (Kota Lama), Jakarta (Kota Tua), dan Bogor yang ditata sebagai kota kebun dengan taman-taman luas.


3. Sistem Hukum dan Administrasi

Peninggalan budaya Belanda yang sangat fundamental adalah sistem hukum. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang digunakan di Indonesia berasal dari hukum Belanda (Wetboek van Strafrecht).

Selain itu, sistem administrasi kolonial membentuk dasar birokrasi modern Indonesia, seperti:

  • Pengarsipan dokumen pemerintahan.
  • Pembentukan jabatan administratif seperti residen, asisten residen, dan camat.
  • Pemetaan wilayah administratif seperti provinsi dan kabupaten.

Meskipun banyak telah diperbarui, fondasi sistem hukum dan birokrasi Indonesia masih berakar dari masa kolonial.


4. Infrastruktur Transportasi

Belanda juga membangun infrastruktur transportasi yang sangat penting dan masih digunakan hingga kini. Tujuan utamanya adalah mendukung pengangkutan hasil bumi dari daerah pedalaman ke pelabuhan untuk diekspor.

Beberapa contoh infrastruktur peninggalan kolonial:

  • Rel kereta api: Dibangun sejak abad ke-19, masih digunakan oleh PT KAI untuk jalur utama seperti Jakarta–Bandung, Yogyakarta–Surabaya, dan lainnya.
  • Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) dan Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya): Awalnya dibangun oleh Belanda untuk ekspor-impor.
  • Jembatan dan terowongan: Seperti Jembatan Merah di Surabaya dan terowongan di Jalur Kereta Padalarang.

Warisan transportasi ini menjadi tulang punggung mobilitas masyarakat dan logistik Indonesia.


5. Pendidikan dan Sistem Sekolah

Salah satu peninggalan penting Belanda adalah sistem pendidikan formal bergaya Eropa. Sekolah-sekolah seperti HIS (untuk pribumi elit), ELS (untuk anak-anak Eropa), dan MULO menjadi cikal bakal sistem sekolah dasar dan menengah di Indonesia saat ini.

Tokoh-tokoh nasional seperti Soekarno, Hatta, dan Ki Hajar Dewantara pernah menempuh pendidikan di sekolah kolonial. Warisan ini juga memperkenalkan konsep pendidikan sistematis, buku pelajaran, serta pelatihan guru (kweekschool).

Meski pada awalnya diskriminatif, sistem pendidikan kolonial membuka pintu bagi munculnya kaum intelektual pribumi yang menjadi pelopor kemerdekaan.


6. Bahasa dan Kosakata Serapan

Bahasa Belanda pernah menjadi bahasa resmi dalam pemerintahan kolonial dan pengadilan. Meskipun kini tidak lagi digunakan secara luas, pengaruhnya masih terasa dalam berbagai kosakata bahasa Indonesia.

Contoh kata serapan dari bahasa Belanda:

  • Kantor (kantoor)
  • Polisi (politie)
  • Meja (tafel)
  • Resleting (ritssluiting)
  • Sepatu (schoen)
  • Stroopwafel (wafel lapis gula), menjadi makanan khas Belanda yang populer di Indonesia.

Selain kosakata, gaya penulisan resmi dalam surat dan dokumen juga dipengaruhi struktur kalimat bahasa Belanda.

Baca juga: Jembatan-Jembatan Bersejarah Peninggalan Belanda di Indonesia


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.